Abad Kedelapan
[AkhirZaman.org] Konsili Liftinae, Belgia, tahun 745 (yang dihadiri oleh Boniface). Keputusan yang ketiga dari konsili ini memberikan amaran tentang pemeliharaan hari Sabat, sesuai dengan perintah yang diputuskan pada Konsili Laodikia.” (Dr. Hefele, Conciliengesch¸3, 512, bagian 362).
India, Cina, Persia, dan lain-lain. “Pemeliharaan hari Sabat hari ketujuh di kalangan orang-orang percaya di Gereja bagian timur dan orang-orang Kristen pengikut St. Thomas di India meluas dan menetap, tidak pernah berhubungan dengan Roma.
Hal itu juga dipertahankan di kalangan kelompok-kelompok yang keluar dari gereja Roma sesudah Konsili Kalsedonia, misalnya, orang Abissinia, orang-orang Jacob, orang-orang Maron, dan orang-orang Armenia.” (Schaff-Herzog, The New Encyclopedia of Religious Knowledge, artikel “Nestorian”: dan juga Realencyclopaedia fur Protestantische Theologia und Kirche, artikel “Nestorianer”).
Cina, tahun 781. Pada tahun 781 M, di sebuah Tugu Cina yang terkenal telah dituliskan di batu marmer yang menceritakan pertumbuhan Kekristenan di Cina pada zaman itu. Tulisan itu terdiri atas 763 kata, yang sudah terpendam di tanah pada tahun 1625 di dekat kota Changan dan sekarang ini berdiri di “Forest of Tablets,” di Changan. Gambaran berikut telah diperoleh dari tulisan di batu itu yang menyatakan bahwa hari Sabat telah dipelihara: “Pada hari ketujuh kami mempersembahkan korban, sesudah mengadakan penyucian hati, dann menerima penghapusan segala dosa kami. Agama ini, karena begitu sempurnanya dan begitu hebat, sehingga sukar diberi nama, tetapi sudah menerangi kegelapan karena pernyataan-pernyataan yang luar biasa itu.” (Christianity in China, M. 1’ Abbe Huc. Jlid I, bab 2, hal. 48, 49).
Abad Kesembilan
Bulgaria. “Di saat-saat permulaan penginjilan di Bulgaria telah diajarkan bahwa janganlah ada pekerjaan yang dilakukan pada hari Sabat.” (Responsa Nicolai Papae I and Consulta Bulagarorum, Responsum 10, yang ditemukan di Mansi, Sacrorum Concilorum Nova et Amplissima Collectio, jilid 15; hal. 406, juga Hefele, Conciliengeschicte, jilid 4, bagian 478).
Bulgaria—Paus Nicolas I, sebagai jawaban surat dari Bogaris, pangeran yang memerintah di Bulgaria. “Pertanyaan 6 – Mandi diijinkan pada hari Minggu. Pertanyaan 10 – Seseorang harus berhenti bekerja pada hari Minggu, akan tetapi tidak boleh pada hari Sabat.” Hefele, 4:346-352, bagian 478).
Bulgaria. “Paus Nicolas I, pada abad kesembilan, mengirimkan satu dokumen yang panjang kepada pangeran yang memerintah di Bulgaria yang mengatakan bahwa seseorang harus berhenti bekerja pada hari Minggu, namun tidak boleh pada hari Sabat. Pimpinan Gereja Yunani, berkeberatan terhadap turut campurnya Kepausan, dan menyatakan agar Paus disingkirkan dari masayarakat.” (Truth Triumphant, hal. 232).
Abad Kesepuluh dan Kesebelas
Gereja di bagian Timur – Kurdistan. “Kelompok Nestorian tidak makan babi, dan memelihara hari Sabat. Mereka tidak mempercayai pengakuan dosa kepada imam atau pun purgatory.” (Schaff – Herzog, The New Encyclopedia of Religious Knowledge, artikel “Nestorians”).
Skotlandia. Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka untuk melalaikan penghormatan terhadap hari Tuhan, dengan cara membaktikan dirinya kepada setiap usaha duniawi pada hari itu, sama sepertinya yang mereka lakukan pada hari–hari yang lain. Ini bertentangan dengan hukum, maka dia (Ratu Margaret) membuktikan kepada mereka dengan berbagai alasan yang masuk akal dan juga dengan kekuasaan. ‘Marilah kita menghormati hari Tuhan,’ katanya, ‘karena kebangkitan Tuhan kita, yang terjadi pada hari itu, dan jangan lagi kita mengerjakan pekerjaan yang merendahkan hari itu; sambil menyadari bahwa pada hari itu kita telah ditebus dari perhambaan si jahat. Paus Gregory yang mulia juga meneguhkan hal yang sama.’” (Life of Saint Margaret, Tugot, hal. 49 Perpustakaan Museum Inggris).
Skotlandia – Ahli sejarah Skene memberikan komentar terhadap pekerjaan Ratu Margaret. “Pokok pemikirannya yang berikut ini menunjukkan bahwa mereak tidak sewajarnya menghormati hari Tuhan, tapi dalam peristiwa berikut ini kelihatannya mereka mengikuti kebiasaan yang sudah lama kita dapati berdasarkan akan sejarah gereja Irlandia yang mula-mula, di mana sebenarnya mereka memelihara hari Sabtu sebagai hari Sabat dan di hari itu mereka berhenti dari segala pekerjaannya.” (Skene, Celtic Scotland, jilid 2, hal. 349).
Skotlandia dan Irlandia. “T. Ratcliffe Barnett, dalam bukunya tentang ratu Skotlandia sebagai seorang Katolik yang tekun, di mana pada tahun 1060 untuk pertama kalinya ia berusaha untuk menghancurkan saudara-saudaranya Columba, ia menulis: ‘Dalam hal ini orang-orang Skotlandia memelihara kebiasaan yang sudah lama dipraktikkan oleh Gereja Irlandia kuno, yang memelihara hari Sabtu sebagai gantinya hari Minggu sebagai hari perhentian.’” (Barnett, Margaret of Scotland: Queen dan Saint, hal. 97).
Konsili Clermont. “Selama perang Salib pertama, Paus Urbanus II memerintahkan kepada konsili Clermont (1095 M) bahwa hari Sabat diasingkan sebagai hari penghargaan kepada Bunda Maria.” (History of Sabbath, hal. 672).
Konstantinopel. “Karena saudara memelihara hari Sabat bersama-sama orang Yahudi dan hari Tuhan bersama kami, kelihatannya saudara meniru sesuatu yang dipelihara oleh sekte Nazarene.” (Migne, Patrologia Latina, jilid 145, hal. 506; lihat juga Hergenroether, Potius, jilid 3, hal. 746). Catatan: Sekte Nazarene adalah sekelompok persekutuan orang Kristen.
Gereja Yunani. “Pemeliharaan hari Sabtu, sebagaimana diketahui oleh masing-masing, menjadi satu pokok pembicaraan yang sangat diperdebatkan antara orang Yunani dan orang Romawi.” (Neale, A History of Holy Eastern Church, jilid I, hal. 731). Catatan: Hal ini dinyatakan sehubungan dengan peprisahan Gereja Yunani dari Gereja Romawi pada tahun 1054.