Thursday, November 21, 2024
Google search engine
HomeUncategorizedPEKABARAN NABI ELIA (I)

PEKABARAN NABI ELIA (I)

  1. NABI ELIA DAN BERHALA BAAL

[AkhirZaman.org] Raja Ahab, telah membawa Israel kepada kemerosotan kerohanian lebih buruk dari semua raja yang pernah ada sebelumnya. Ahab telah menikahi Izebel putrid Raja Ethbal dari Sidon seorang imam besar dari dewa Baal. Raja Ahad sudah menyembah Baal dan telah mendirikan mezbah bagi Baal di Samaria (I Raja-Raja 16:31,32). Dengan demikian ia membangkitkan amarah Tuhan lebih daripada semua raja Israel. Bukan itu saja, Isebel istrinya juga telah mendirikan banyak sekali mezbah bagi penyembahan berhala di seluruh Israel sehingga mempengaruhi bangsa itu agar menyembah kepada Baal. Tidak ada kejahatan yang dilakukan oleh raja-raja Israel seperti yang diperbuat Raja Ahab yang didorong oleh istrinya Izebel. Dengan demikian bangsa itu telah melakukan dosa penyembahan berhala sama seperti apa yang diperbuat oleh orang Amori yang sudah dimusnakan Tuhan di hadapan Israel. (I Raja-Raja 21:25).

Tuhan dalam kemurahan-Nya tidak membiarkan bangsa itu mengalami kehancuran dan kebinasaan, sehingga Ia mengutus seorang nabi-Nya yang paling kuat dan berkuasa mengembalikan hati bangsa itu kepada Tuhan Khalik semesta alam. Nabi Elia melihat kemerosotan bangsa itu terus semakin dalam menimbulkan sakit hati dan kemarahan dalam hatinya. Ia sadar bila bangsa itu tidak juga berubah maka hukuman yang dasyat akan segera menimpa mereka oleh karna amarah dari Tuhan yang telah membawa mereka keluar dari perhambaan di Mesir oleh kuasa yang dasyat dan besar.

Sementara bangsa itu menyembah kepada Baal nabi memulai teguran dan panggilan kepada pertobatan supaya hanya memilih satu saja yang disembah yaitu Tuhan atau Baal. (I Raja-Raja 18:21).

“Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN (Yahweh) itu Tuhan, ikutilah Dia dan kalau Baal, ikutilah dia.”

Umat yang bercabang hati, tidak benar-benar mengikuti Tuhan. Mereka menyembah Tuhan sementara mereka juga menyembah kepada Baal.

Kehidupan manusia pada waktu itu adalah dengan pertanian dan peternakan. Orang yang mempunyai tanah yang luas dengan pertanian dan perkebunan adalah orang-orang besar, orang kaya dan yang berpengaruh. Juga peternakan dengan ribuan kambing, domba, sapi dan unta adalah merupakan ukuran kekayaan dan kebesaran pada zaman Israel itu. Dan untuk memperoleh harta dan kekayaan dan kehormatan maka pertanian dan peternakan, tanah yang luas dan subur menjadi ukurannya. Dan tanah yang luas itu sangat membutuhkan hujan dan embun. Dan kepercayaan Israel telah diselimuti oleh kepercayaan bangsa-bangsa sekitar bahwa dewa Baal dan Asyera adalah cewa yang berkuasa menurunkan hujan dan embun untuk kesuburan dan kemakmuran bangsa-bangsa. Israel terlibat dalam penyembahan dewa Baal dan Asyera karna pengaruh Raja Ahab dan istrinya Izebel sendiri.

PUKULAN TERHADAP DEWA BAAL

Sekarang Nabi Elia diutus Tuhan dengan gagah berani dan dengan pernyataan yang keras menunjukkan kepada Israel bahwa Tuhan yang di surgalah si pemberi kemakmuran dan yang dapat menahan dan menurunkan hujan, bukan dewa Baal yang mereka sembah.

I Raja-Raja 17:1. “Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe Gilead, kepada Ahab: ‘ Demi Tuhan yang hidup, Tuhan Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.’”

Melalui Nabi Elia, Tuhan mau menunjukkan kepada Israel bahwa Dialah Tuhan si pemberi hujan. Selama 3 tahun 6 bulan lamanya hujan tidak akan pernah turun sehingga terjadilah kekeringan yang dasyat menimpah negeri itu. (I Raja-Raja 18:14). Dapatkah anda membayangkan apakah yang terjadi bila tidak turun hujan selama 3 tahun 6 bulan? Gagal panen akan menimbulkan bahaya kelaparan dan kebinasaan semua rumput dan tanaman, yang pasti menjadi kebinasaan terhadap manusia, binatang dan ternak serta makhluk lainnya.

Dan pada akhir musim kering 3 ½ tahun itu Elia perlu bertemu dengan Raja Ahab untuk menyatakan kekuasaan Tuhan di surga di hadapan rakyat itu, bukan kekuasaan Baal yang dapat menurunkan hujan dari langit dalam menjawab doa Elia. Maka diumumkan agar semua rakyat datang berkumpul menyaksikan pertunjukan diatas Bukit Karmel.

DEMONSTRASI KUASA DI KARMEL

Elia memanggil rakyat ke atas Bukit Karmel yang pada saat itu sangat gersang dan kering, semua pohon besar dan rindang dimana tempat penyembahan kepada dewa hutan dengan acara cabulnya sekarang tinggal ranting dan dahan kering. Elia mau membuktikan kepada Raja Ahab dan Izebel istrinya bersama 450 orang nabi Baal dan 400 nabi Asyera (dewa hutan belukar) bahwa Tuhan yang di surga adalah Tuhan yang Mahakuasa yang patut di sembah bukan Baal dan Asyera. Penyembahan kepada Baal dan Asyera dilakukan oleh bangsa Israel karna mereka percaya, Baal adalah dewa yang memberikan kesuburan tanah dan mendatangkan hujan. Baal dan Asyera dapat memberikan kemakmuran.

Diatas Bukit Karmel, Elia mendahulukan nabi-nabi Baal sebanyak 450 orang untuk berdoa kepada Baal memohon api untuk membakar korban yang telah disediakan. Nabi Baal semuanya berdoa memohon agar Baal menurunkan api membakar korban yang sudah disediakan.

Akan tetapi sampai mereka habis tenaga berteriak sampai mereka melukai diri mereka hingga darah bercucuran, memohon agar Baal menurunkan api membakar korban yang mereka sudah sediakan tetapi tak kunjung dating hingga petang hari. (I Raja-Raja 18:28).

Kemudian mereka memberikan waktu bagi Elia untuk berdoa kepada Tuhan agar menurunkan api dari langit untuk membakar korban yang telah disediakan Elia di hadapan seluruh rakyat itu. Setelah Elia berdoa maka turunlah api Tuhan dari langit.

ISRAEL DIPULIHKAN KEPADA PENYEMBAHAN TUHAN SAJA

“Lalu turunlah api Tuhan menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka dan berkata: ‘TUHAN (Yahweh), Dialah Tuhan! TUHAN (Yahweh) Dialah Tuhan!’” (I Raja-Raja 18:38-39).

Doa Elia di jawab, Tuhan menurunkan api dari langit membakar habis korban Elia di hadapan rakyat itu. Sehingga umat itu yakin dan berseru:

“TUHAN, Dialah Tuhan! TUHAN Dialah Tuhan!” (I Raja-Raja 18:39). Kemudian Elia menyuruh menangkap semua Nabi Baal satu pun tidak ada yang luput dan membunuh mereka di Sungai Kison (ayat 40). Dengan demikian Elia telah mengembalikan hati bangsa itu kembali kepada Tuhan Khalik semesta alam, hanya satu-satunya yang patut di sembah karna Dialah sumber kemakmuran dan kebahagiaan yang sejati. Dialah Tuhan si pencipta dan penguasa semesta alam ini.

Kemudian Elia berpesan kepada Raja Ahab agar segera pulang karna hujan akan segera turun. Elia kembali naik ke atas Gunung Karmel untuk berdoa memohon agar hujan segera turun. Setelah 7 kali Elia berdoa maka awan gelap muncul dari permukaan laut dan dengan segera menurunkan hujan yang lebat. (I Raja-Raja 18:45). Dan oleh kuasa Tuhan, Elia berlari mendahului Raja Ahab yang naik kereta kuda menuju Yizreel dan sementara itu hujanpun turunlah.

KEROHANIAN YANG TIMPANG

Keadaan kerohanian umat Israel pada waktu itu disebut timpang karna bercabang hati. Sementara mereka menyembah Tuhan, penyembahan kepada berhalapun mereka lakukan, mungkin untuk sebagian secara tersembunyi dan yang lain terang-terangan seperti yang dilakukan Raja Ahab dan Izebel istrinya telah melakukan hal yang sama.

“Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN (Yahweh) itu Tuhan ikutlah Dia dan kalau Baal, ikutlah dia.’ Tetapi rayat itu tidak menjawabnya sepata kata pun.” (I Raja-Raja 18:21).

Hal demikian itulah yang sangat menyakiti hati Tuhan si pencipta yang hanya kepadaNyalah harus dan patut diberi hormat, pujian dan penyembahan yang tulus.

Tuhan tidak menerima persembahan dengan hati bercabang, hati yang terbagi, sebagian untuk dewa, atau berhala dan sebagian untuk Tuhan. Tuhan mau agar segenap hati kita diberikan kepada-Nya. Segenap cinta kita hanya tertuju kepada-Nya. Dan segenap kehidupan kita hanya bergantung pada kasih karunia-Nya. Dialah satu-satunya sumber kehidupan, sumber segala keperluan hidup dan sumber segala perkara yang kita perlukan dalam hidup ini.

Untuk mengembalikan hati bangsa Israel kepada penyembahan yang benar yaitu kepada Tuhan Khalik semesta alam, maka diutus Tuhanlah Nabi Elia, yang dengan penuh keberanian menemplak dan menegur Raja Ahab dan istrinya Izebel yang telah membawa bangsa itu kepada penyembahan Baal dan Asyera.

Dasar dan alasan penyembahan kepada berhala dan dewa adalah karna adanya keinginan untuk hidup lebih makmur dan bahagia. Keserakahan, kesombongan dan keinginan daging akan dapat dipenuhi dengan melakukan penyembahan kepada dewa Baal dan Asyera karna mereka benar-benar percaya, bahwa dewa itulah yang sanggup memberikan kemakmuran dan perlindungan. Demikian pulalah kepercayaan bangsa-bangsa yang ada disekitar mereka pada watu itu.

Bagaimanakah gambaran yang sebenarnya dari kerohanian manusia itu sekarang ini? Apakah ada kemungkinan juga mereka terlibat dalam penyembahan kepada berhala-berhala seperti zaman Israel dahulu? Kalau kita katakan, “Berhala” saat sekarang ini, apakah yang timbul dalam pikiran kita pada zaman moderen ini? Apakah ada: “Berhala” dihati manusia moderen yang menjauhkan Tuhan dalam segala kegiatan hidup dan tujuan kehidupannya? Apakah manusia sekarang ini masih benar menyembah kepada Tuhan dan percaya bahwa Dialah sumber kemakmuran dan kebahagiaan itu? Apakah mungkin seperti pemimpin dan raja Israel Ahab dan Izebel itulah yang mempengaruhi rakyat menyembah berhala maka demikian juga sekarang yakni Israel rohani, umat Tuhan dipengaruhi oleh kehidupan para pemimpin yang menyembah berhala modern sehingga umat Tuhan juga mengikuti penyembahan berhala modern?

Bila Tuhan telah mengutus Nabi Elia dengan penuh keberanian dan kuasa surga menegur dosa Raja Ahab dan Izebel serta menyatakan kuasa Tuhan di Bukit Karmel, di hadapan semua nabi palsu yang menarik hati bangsa itu kepada penyembahan berhala Baal dan Astoreth, maka hal yang sama pula sudah terjadi pada zaman Yohanes Pembabtis dimana dia telah diutus dating dalam kuasa dan roh Elia kepada bangsa Yahudi dan bahkan akan mengutus juga Elia moderen untuk zaman kita ini.

By E. Gultom “Ellen G White tentang ELIA MODERN”

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?