Saturday, November 23, 2024
Google search engine
HomePendalamanNubuatanMisteri Di Balik Mumi (1)

Misteri Di Balik Mumi (1)

 

[AkhirZaman.org] Ketika makam Raja Tut ditemukan pada tahun 1922, penemuan ini telah membukakan dunia pemahaman baru dan lebih lengkap dari budaya dan kepercayaan Mesir. Lebih dari 5.000 harta tak ternilai ditemukan di makam Raja Tut. Padahal, Raja Tut adalah salah satu dari Firaun yang termiskin! Dia meninggal pada tahun 1350 SM pada usia muda sembilan belas tahun.

Orang Mesir percaya bahwa ketika seseorang meninggal, dia akan dibawa melintasi sungai Nil. Di sisi lain sungai ini, dia akan bertemu Osiris (dewa kematian), dan, bersama dengan Osiris, akan memulai perjalanan ke alam baka.

Raja Tut sungguh-sungguh mempersiapkan segala sesuatunya untuk perjalanan ke alam baka. Orang Mesir percaya bahwa seseorang membutuhkan semua hal yang dia miliki untuk digunakan di alam baka. Dengan demikian mereka dikuburkan menjadi satu dengan kekayaan, perlengkapan, peralatan, dan fasilitas lain yang mereka miliki dalam piramida mereka. Jadi semakin banyak yang Firaun miliki, maka semakin nyaman kehidupan Firaun di alam baka berdasarkan kepercayaan orang Mesir.

Pertanyaan: Apa yang orang Mesir percayai mengenai kehidupan setelah kematian, mumifikasi, dan kehidupan selanjutnya?

Beberapa ahli di Mesir datang untuk meneliti mengenai mumifikasi. Tapi pertanyaannya adalah mengapa orang Mesir sangat serius dalam mengawetkan tubuh? Karena orang Mesir percaya bahwa ketika seseorang meninggal, ia akan terus hidup dalam bentuk lain dan di dunia lain tepat setelah mereka meninggal. Dan unsur orang yang hidup setelah kematian dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan identitasnya di alam baka.

Tapi apakah nilai atau manfaat dalam praktek mereka menjadi mumi bagi orang yang sudah mati? Apakah orang Mesir mengetahui suatu rahasia tentang kematian yang kita tidak ketahui?

Yang menarik adalah, dengan masuknya ke-Kristen-an ke Mesir, praktek membuat mumifikasi berangsur-angsur menghilang. Apa yang orang-orang Kristen ajarkan yang menuntun orang Mesir untuk meninggalkan/berhenti memumikan orang mati? Apa yang terjadi kepada seseorang ketika ia mati? Apakah dia pergi ke Surga? Atau apakah dia pergi ke Neraka? Atau apakah orang mati pergi ke Purgatory/Api Penyucian? Atau apakah orang mati akan mengalami reinkarnasi kepada bentuk yang lebih tinggi atau lebih rendah sama seperti yang diajarkan oleh salah satu agama? Adakah kehidupan tepat setelah kematian?

Orang Mesir percaya ada kehidupan tepat setelah kematian. Itulah mengapa mereka begitu peduli dengan membuat mumi mayat mereka yang mati.

Alkitab sendiri memberikan pertanyaan ini tentang kehidupan setelah kematian. Ayub 14:14 berkata, “Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi?”

Kemana kita harus pergi untuk mendapat jawaban dari pertanyaan itu? Kepada orang Mesir? Atau kepada Firman Tuhan? Mana yang kita pilih?

Kita akan pergi ke Alkitab untuk menemukan jawaban atas pertanyaan, “Jika seseorang mati, akankah hidup lagi?”

Kita akan melihat misteri terbesar sepanjang zaman: Apa yang terjadi ketika seseorang meninggal?

Ini adalah misteri yang orang Mesir kuno tidak pernah bisa mengerti sepenuhnya. Apa yang terjadi pada seseorang ketika dia meninggal? Apakah orang mati pernah hidup lagi? Kita akan mendapatkan jawaban dari Alkitab.

Yesaya 26:19, Alkitab mengatakan, “Ya, TUHAN, orang-orang-Mu yang mati akan hidup pula, mayat-mayat mereka akan bangkit pula. Hai orang-orang yang sudah dikubur di dalam tanah bangkitlah dan bersorak-sorai! Sebab embun TUHAN ialah embun terang, dan bumi akan mengeluarkan orang mati (KJV) kembali.”

Tapi pertanyaannya: Kapan orang-orang mati akan hidup kembali? Apakah ini berbicara tentang kebangkitan? Atau apakah orang mati hidup dalam satu bentuk lain setelah kematian. Dan jika demikian, pertanyaannya adalah apakah orang mati benar-benar mati?

Tapi ada pertanyaan lain, yang jika kita bisa menjawab, akan membantu kita untuk memahami semua pertanyaan lain mengenai kematian dan jiwa.

mummy CopyIni pertanyaannya: Kodrat alamiah apa yang manusia miliki? Apakah manusia itu Fana atau Abadi?

Fana, tentu saja, artinya TAKLUK kepada kematian

Abadi, artinya jelas kebalikan dari Fana. Yaitu TIDAK takluk kepada kematian.

Jadi, kita ini manusia fana, atau abadi? Orang Mesir, tentu saja percaya bahwa kita adalah manusia yang abadi. Itulah mengapa mereka begitu peduli dengan memumifikasi tubuh yang sudah mati. Bahkan ANKH (baca: ankah), bagi orang Mesir adalah simbol (hieroglif) sebenarnya kehidupan setelah kematian. Itu adalah kunci untuk keabadian.

Tapi apa yang Alkitab katakan tentang Immortal/Keabadian? 1 Timotius 6:15, 16, “Yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut.” Kita tahu bagian ini menggambarkan Allah, dan ayat 16 mengatakan, “Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut.”

Jadi Alkitab mengatakan hanya Tuhan yang memiliki keabadian, sudah kodratnya tidak bisa mati. Dari-Nya mengalir kehidupan kepada segala makhluk.

Nah, bagaimana dengan manusia? Apa kodrat yang manusia miliki? Berikut adalah jawaban dari Alkitab. Roma 6:12, “Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana.” Alkitab mengajarkan bahwa manusia adalah fana.

Mungkin Anda berpikir, ya tentu saja, yang dibicarakan ‘kan mengenai tubuh. Kita tahu bahwa tubuh adalah fana. Bahkan dengan apa yang orang Mesir lakukan untuk mengawetkan tubuh, pada akhirnya tetap saja membusuk. Tapi bisa saja Tuhan memberikan jiwa yang abadi di dalam tubuh yang fana.

Jadi pertanyaannya adalah jiwa itu fana atau abadi? Mari kita lihat apa yang Alkitab katakan dalam Yehezkiel 18:4, “Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan jiwa yang berbuat dosa, itu yang harus mati.”

Terbukti sekarang, jiwa adalah fana menurut Alkitab. Ini mungkin mengejutkan bagi sebagian dari kita karena selama ini mungkin yang kita tahu adalah kita memiliki jiwa yang abadi.

Sebenarnya kata “jiwa” digunakan sebanyak 460 kali di dalam Alkitab terjemahan KJV, tetapi tidak pernah sekalipun terdapat istilah “jiwa yang abadi.” Akitab mengatakan bahwa hanya TUHAN yang abadi menurut apa yang tertulis dalam 1 Timotius 1:17, “Allah yang kekal.

Jadi mari kita renungkan: Apa yang Alkitab katakan tentang keadaan manusia dalam kematian? Apa yang terjadi ketika seseorang meninggal?

Mari kita membaca jawaban dari Pengkhotbah 9:5, “Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap.”

Berapa banyak yang mereka tahu? Ayat 6 selanjutnya: “Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari.” Sangat jelas, ketika seseorang mati maka dia tidak lagi memiliki rasa cinta, kebencian, iri hati, dan semua emosi lainnya.

mummification anubis ba CopyMari kita lihat ayat 10 sekarang: “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.” Tidak ada pengetahuan di dunia orang mati, kemana manusia pergi.

Berdasarkan ayat-ayat tadi ada sebuah pertanyaan: Berapa banyak yang orang mati ketahui? Tidak ada. Jadi apa yang sebenarnya terjadi pada saat kematian?

Orang Mesir berpikir mereka tahu. Itulah sebabnya mereka menjadikan mumi bagi orang yang mati. Tapi kita perlu menjawab pertanyaan tersebut dari Alkitab. Dan untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu kembali dan mempertimbangkan bagaimana Allah menciptakan Adam, manusia pertama.

Mari kita baca Kejadian 2:7. Di sini kita akan membaca tentang asal-usul manusia. Manusia tidak berevolusi dari monyet. Dan seperti yang kita baca bagian ini, perhatikan, Anda bisa menemukan tiga unsur dalam komposisi atau susunan manusia. Di sini dikatakan dalam Kejadian 2:7, “TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk (jiwa) yang hidup.”

Perhatikan kata-kata yang dicetak tebal. Apakah Anda melihat tiga unsur di sini dalam bagian tersebut?

1. Tuhan menciptakan manusia dari apa? Debu tanah.
2. Meniupkan ke dalam hidungnya apa? Nafas (roh) kehidupan.
3. Dan manusia menjadi jiwa yang hidup.

Perhatikan: Tuhan tidak MENARUH suatu jiwa kedalam Adam tetapi Adam MENJADIKAN jiwa yang hidup. Apa yang terjadi ketika Adam mati?

Mari kita lihat apa yang Tuhan katakan yang akan terjadi dengan dia ketika nantinya dia mati. Kejadian 3:19, ”Sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah (debu) engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu (ketika mati).”

Dimana Allah katakan Adam akan pergi setelah mati? Kembali menjadi debu. Perhatikan kata kembali. Pada saat kematian segala sesuatu akan kembali.

Dengan fokus pada kata kembali tadi, mari kita menjawab pertanyaan: Apa yang terjadi pada saat kematian? Kita akan kembali ke Pengkotbah 12:7 untuk menjawabnya. Alkitab mengatakan, “Dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh (nafas hidup) kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.”

Di sini sekali lagi, perhatikan ada kata kembali. Semuanya kembalidebu kembali menjadi tanah, dan roh (nafas hidup) kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.

Kita tahu apa debu. Kita mungkin pernah melihat mayat yang membusuk, tapi apa itu roh (nafas hidup) yang kembali kepada Allah? Nah karena roh itu kembali kepada Allah, berarti bukankah roh itu harus datang dari Allah?

65145 sebuah mumi  2 600 tahun CopyPertanyaan: Apa yang datang dari Tuhan di awal yang menyebabkan manusia menjadi jiwa yang hidup? Mari kita baca jawabannya kembali dari Kejadian 2:7, “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” Jadi nafas hidup membuat manusia menjadi makhluk yang hidup. Dan pada saat kematian, nafas hidup kembali ke Sang Pemberi.

Kata roh atau nafas berasal dari kata Ibrani ruwach. Kata ini digunakan sekitar 377 kali dalam Kitab Perjanjian Lama dan diterjemahkan 117 kali sebagai angin atau udara, 33 kali sebagai nafas, dan 227 sebagai roh. Tetapi itu semua berasal dari kata Ibrani yang sama ruwach.

Dalam kematian, “ruwach” atau “nafas” inilah kembali kepada yang mengaruniakan. Kita lihat dalam Pengkhotbah 12:7, “Debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.” Kata roh dalam ayat ini adalah berasal dari kata ruwach dalam bahasa Ibrani.

Dan kata yang sama “ruwach” juga digunakan dalam ayat berikut: Mazmur 146:4, “Apabila nafasnya pergi keluar (KJV), ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya.”

Jadi semakin jelas bahwa jiwa atau roh, tidak dapat hidup terpisah dari tubuh. Karena Alkitab katakan dalam Pengkhotbah 9:5, “Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa.”

Itulah apa yang Alkitab ajarkan. Kita tahu bahwa Adam tidak tinggal dalam beberapa bentuk sebelum Allah menciptakannya. Jadi ketika dia meninggal, dia tidak berubah ke dalam beberapa bentuk yang lain juga.

Perhatikan dari Kejadian 2:7, elemen-emen atau unsur-unsur yang membuat menjadi jiwa yang hidup adalah Debu Tanah, dan Nafas Hidup; hasilnya adalah Manusia atau Jiwa yang Hidup. Kedua unsur itulah yang membentuk jiwa. Itulah penciptaan.

Apa yang terjadi pada jiwa saat kematian? Berikut jawabannya, kembali dari Pengkhotbah 12:7 (NKJV)—“Dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.” Itulah yang terjadi saat kematian.

Pertanyaan: Dimanakah Adam sebelum Allah menciptakannya? Apakah dia seperti hantu yang menunggu Allah membuatkan tubuh untuknya? Tentu tidak! Adam sama sekali belum ada sampai Tuhan menciptakannya. Adam menjadi makhluk yang hidup ketika Tuhan menghembuskan kepadanya nafas hidup.

Jiwa yang hidup adalah perpaduan dari debu tanah dan roh atau nafas hidup. Sebuah perpaduan dari unsur bumi dengan nafas hidup menghasilkan makhluk hidup. Suatu “jiwa yang hidup” itu berarti “orang yang hidup”.

Prinsip ini dapat diilustrasikan dengan lampu pijar. Perpaduan dari lampu pijar dengan listrik menghasilkan cahaya, sama seperti perpaduan antara debu tanah dengan nafas hidup menghasilkan makhluk yang hidup. Ketika kita mematikan lampu, apa yang terjadi dengan cahaya? Cahaya itu “mati,” tetapi kemana ia pergi? Tidak kemana pun! Ini hanya menjadi tidak ada (lenyap begitu saja). Itulah yang terjadi dengan jiwa pada saat kematian. Ini hanya hilang begitu saja, sampai saat kebangkitan.

Kejadian 3:19, “Engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.

Sekarang kita mengerti bahwa ketika mati manusia kembali ke debu, ia hanya lenyap atau hilang begitu saja.

Tapi bagaimana dengan pertanyaan ini: Dimana orang mati berada?

Kita akan lanjutkan dalam artikel nubuatan selanjutnya: “Misteri Dibalik Mumi (2).”

 

 

 

 

 

 

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?