“Katakan Itu dengan Sederhana; Seringlah Katakan Itu.”
[AkhirZaman.org] Mereka yang mengajar anak anak harus menjauhkan diri dari pembicaraan yang membosankan. Kata kata yang singkat dan langsung kepada tujuannya akan memberikan suatu pengaruh yang menggembirakan. Jikalau ada banyak hal yang harus dikatakan, berikan itu dengan singkat tetapi sering diulang ulangi. Sedikit kata kata yang menarik sekali sekali, akan lebih berguna daripada menceritakannya semua dengan sekaligus. Pembicaraan pembicaraan yang panjang akan membebani pikiran anak anak yang masih kecil itu. Terlalu banyak kata kata akan menjadikan mereka merasa muak sekalipun terhadap pelajaran pelajaran rohani, sebagaimana halnya makan terlalu banyak akan membebani perut dan mengurangi selera makan, dan menjadikan mereka muak terhadap makanan. Pikiran manusia bisa dibebani oleh pembicaraan yang terlalu banyak.
Berikan Dorongan untuk Berpikir Sendiri.
Sementara anak anak dan orang muda memperoleh suatu pengetahuan tentang kenyataan kenyataan dari para guru dan buku, biarlah mereka belajar untuk menarik pelajaran dan memahami kebenaran itu dengan diri mereka sendiri. Di dalam pekerjaan mereka berkebun, tanyai mereka tentang apa yang telah mereka pelajari dari hal pemeliharaan tanaman itu. Apabila mereka memandang ke suatu pemandangan yang indah, tanyakan kepada mereka mengapa Allah menutupi padang padang dan hutan dengan aneka ragam warna yang indah. Mengapa tidak semuanya ditutupi oleh warna coklat? Bilamana mereka mengumpulkan bunga bunga, tuntun mereka untuk berpikir mengapa Ia memeliharakan bagi kita keindahan daripada benda benda yang dari Eden itu. Ajar mereka untuk memperhatikan bukti bukti yang ada di mana mana yang nyata di dalam alam tentang pikiran Allah bagi kita, disesuaikannya secara ajaib akan segala perkara itu kepada kebutuhan dan kebahagiaan kita.
Kendalikan Kegiatan Masa Kanak kanak.
Para orang tua tidak perlu merasa bahwa adalah perlu menghalangi kegiatan anak anak mereka, tetapi mereka harus mengerti bahwa adalah perlu untuk menuntun dan melatih mereka dalam arah yang benar dan patut. Dorongan yang aktif ini adalah bagaikan pohon anggur, yang, jikalau tidak dikendalikan, akan merambat ke atas setiap tunggul dan semak belukar, dan mengikatkan ranting rantingya kepada benda penopang yang rendah. Jikalau pohon pohon anggur itu tidak dilatih untuk memperoleh alat penopang yang sepatutnya, maka mereka hanya memboroskan tenaga mereka dengan tidak ada tujuan. Demikian pula halnya dengan anak anak. Kegiatan mereka harus dituntun dalam arah yang benar. Berikan kepada tangan dan pikiran mereka sesuatu untuk dikerjakan yang akan memperkembangkan mereka dalam usaha jasmani dan pikirani.
Ajar Mereka untuk Menjadi Penolong Sejak Kecil.
Sejak kecil anak anak harus diajar untuk menjadi seorang penolong. Segera setelah kekuatan dan kuasa berpikir telah dikembangkan dengan cukup, ia harus diberi tugas untuk dilaksanakan di dalam rumah tangga. Ia harus diberi dorongan untuk berusaha menolong bapa dan ibu, diberi dorongan untuk menyangkal dan mengendalikan diri sendiri, untuk menjadikan kepentingan dan kebahagiaan orang lain lebih utama daripada kepentingannya sendiri, untuk menunggu nunggu kesempatan untuk menggembirakan dan menolong saudara saudara dan teman teman bermain, dan menunjukkan kebajikan kepada orang yang sudah lanjut usia, yang sakit, dan yang malang. Lebih sempurna roh pelayanan yang sejati itu memenuhi rumah tangga, maka akan lebih sempurna hal itu akan dikembangkan di dalam hidup anak anak. Mereka akan belajar untuk memperoleh kebahagiaan di dalam pelayanan dan berkorban bagi kebajikan orang lain.
Para orang tua, tolonglah anak anakmu untuk melakukan kehendak Allah dengan menjadi setia di dalam melakukan tugas tugas yang sebenarnya menjadi bagian mereka sebagai anggota keluarga. Hal ini akan memberikan kepada mereka suatu pengalaman yang amat berguna. Itu akan mengajar mereka bahwa mereka tidak boleh memusatkan pikiran mereka kepada diri mereka sendiri, melakukan kesenangan mereka sendiri, atau menyenangkan diri mereka sendiri. Dengan sabar didik mereka untuk melaksanakan bagian mereka di dalam lingkungan kekeluargaan.
Bentuk Tabiat Melalui Perhatian dalam Hal hal yang Kecil, yang Sering Diulang ulangi.
Para orang tua, di dalam mendidik anak anakmu, ambillah pelajaran pelajaran yang telah diberikan Allah di dalam alam. Jikalau engkau mau memelihara sekuntum bunga mawar atau bunga bakung, bagaimanakah engkau akan mengerjakannya? Tanyalah tukang kebun bagaimana caranya ia menjadikan setiap cabang dan setiap helai daun bertumbuh dengan indahnya, dan memperkembangkannya dengan begitu sepadan dan elok. Ia akan menceritakan kepadamu bahwa bukanlah dengan jamahan jamahan yang kasar, bukan dengan usaha yang kejam; karena hal ini hanyalah akan mematahkan cabang cabang yang lembut itu. Dengan memberikan perhatian terhadap perkara perkara yang kecil, yang diulang ulangi dengan sering. Ia sirami tanahnya dan lindungi tanaman yang sedang bertumbuh itu dari angin yang keras dan dari teriknya sinar matahari, dan Allah membuat mereka bertumbuh dan berkembang dengan indahnya. Di dalam memperlakukan anak anakmu, ikutilah cara dari tukang kebun. Oleh jamahan yang lemah lembut, oleh pelayanan yang penuh kasih sayang, berusahalah untuk membentuk tabiat mereka sesuai dengan pola tabiat Kristus.
Berikan Perhatian Terhadap Perkara yang Kecil kecil.
Betapa suatu kesalahan yang besar telah diperbuat di dalam mendidik anak anak dan orang muda, dengan menganak emaskan dan memanjakan mereka! Mereka jadi mementingkan diri, tidak rapi, dan kekurangan tenaga di dalam perkara perkara kecil di dalam hidup mereka. Mereka tidak dilatih untuk memperoleh kekuatan tabiat dengan melaksanakan tugas sehari hari, betapapun tampaknya remeh adanya.
Tidak seorangpun akan disanggupkan bagi pekerjaan yang besar dan penting, kecuali ia telah setia di dalam melaksanakan pekerjaan yang kecil kecil. Secara bertahapan tabiat dibentuk, dan bahwa jiwa itu dilatih untuk menghasilkan usaha dan tenaga sebanding dengan tugas yang harus dilaksanakan.
Anak anak yang Berbakat Memerlukan Pengawasan yang Lebih Besar.
Kita harus menjelaskan kepada pikiran anak anak kita bahwa mereka bukanlah milik mereka sendiri, untuk pergi dan datang, dan berpakaian dan bertindak mcnurut kemauan mereka. Jikalau mereka memiliki penarikan pribadi dan kesanggupan kesanggupan yang luar biasa, maka pengawasan yang lebih tekun harus diadakan di dalam mendidik mereka agar jangan segala pemberian ini diubahkan menjadi suatu kutuk, dan digunakan demikian rupa sehingga tidak akan menyanggupkan mereka untuk menghadapi kenyataan kenyataan dalam hidup ini, dan melalui pujian dan kesia siaan dan sifat suka mempertontonkan, mereka akan menjadi tidak layak untuk memperoleh suatu kehidupan yang lebih baik.
Jauhkan Diri dari Perhatian yang Tidak Perlu atau Pujian yang Palsu.
Tunjukkan sedikit saja perhatian kepada anak anak. Biarlah mereka belajar untuk menggembirakan diri. Jangan pertontonkan mereka di hadapan tetamu sebagai seorang yang sangat pintar dan bijaksana, melainkan biarkan mereka sedapat dapatnya kepada kesederhanaan masa kanak kanak mereka. Salah satu sebab utama mengapa begitu banyak anak anak menjadi sombong, dan berani dan tidak bersikap hormat adalah karena mereka diperhatikan dan dipuji terlalu banyak, dan ucapan ucapan mereka yang tajam dan menusuk diulang ulangi pada pendengaran mereka. Usahakan agar kita tidak mengeritik mereka dengan tidak sepatutnya, dan jangan pula memberian pujian yang berlebih lebihan. Setan akan dengan segera menaburkan benih yang jahat di dalam hati mereka, dan engkau jangan membantu setan di dalam pekerjaannya.
Membaca bagi Anak anakmu.
Para bapa dan ibu, carilah segala pertolongan yang engkau bisa peroleh dengan mempelajari buku buku dan bahan bacaan. Ambil waktu untuk membaca bagi anak anakmu…. Bentuklah suatu lingkaran pembacaan di dalam rumah tangga, di mana setiap anggota keluarga mengesampingkan segala kesibukan mereka, dan bersatu dalam belajar. Terutama sekali anak anak muda yang telah terbiasa membaca buku buku novel dan buku buku cerita yang murahan akan memperoleh manfaat dengan mengikuti pelajaran yang diadakan di dalam lingkungan rumah tangga pada waktu malam.
“Didik,” Jangan “Katakan.”
Kepada orang tua telah dipercayakan pekerjaan yang besar untuk mendidik dan melatih anak anak mereka untuk kehidupan yang kekal masa mendatang. Banyak bapa dan ibu seolah olah berpikir bahwa jikalau mereka telah memberikan makanan dan pakaian kepada anak anak mereka, mereka telah melaksanakan tugas mereka. Mereka terlalu sibuk dengan usaha dan kepelesiran mereka sehingga tidak menjadikan pekerjaan mendidik anak anak mereka sebagai sesuatu yang harus mereka pelajari di dalam hidup mereka. Mereka tidak berusaha untuk mendidik anak anak mereka untuk menggunakan bakat bakat mereka untuk kemuliaan Penebus mereka. Salomo tidaklah berkata, “Katakan kepada seorang anak tentang jalan yang harus ia tempuh, dan bilamana ia sudah tua, maka ia tidak akan berpaling daripadanya.” Melainkan, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu.”
Didik Agar dapat Mengendalikan Diri.
Tidak ada pekerjaan yang pernah dilakukan oleh manusia yang memerlukan keahlian dan perhatian yang lebih besar selain daripada mendidik dan melatih anak anak dan orang muda dengan sepatutnya. Tidak ada pengaruh pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh yang mengelilingi kita pada masa kecil kita…. Sifat manusia ada tiga rangkap, dan pendidikan yang dikemukakan oleh Salomo mencakup perkembangan yang benar dari kuasa jasmani, pikirani, dan akhlak. Untuk melaksanakan pekerjaan ini dengan sebenarnya, para orang tua dan guru itu sendiri mengerti “jalan yang patut baginya.” Hal ini mencakup lebih daripada suatu pengetahuan dari buku buku atau pelajaran pelajaran di sekolah. Itu mencakup soal dipraktekkannya sifat bertarak, manis budi persaudaraan, dan peribadatan; dilaksanakannya tugas terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia, dan terhadap Allah.
Pendidikan anak harus dilaksanakan dengan satu prinsip yang berbeda daripada cara mendidik binatang yang tidak berakal. Binatang harus sekedar dibiasakan untuk menurut kepada majikannya, tetapi seorang anak harus diajar untuk mengendalikan dirinya sendiri. Kemauannya harus dididik untuk menurut kepada perintah akal pikiran dan hati nurani. Seorang anak bisa saja didisiplin demikian rupa sehingga, seperti seekor binatang, tidak lagi mempunyai kemauannya sendiri, dan ke pribadiannya hilang di dalam kepribadian gurunya. Pendidikan seperti ini tidaklah bijaksana, dan pengaruhnya amat membahayakan. Anak anak yang dididik dengan cara demikian akan menderita kekurangan dalam sikap yang teguh dan dalam mengambil keputusan. Mereka tidak diajar untuk bertindak menurut prinsip; kuasa berpikir mereka tidak dikuatkan melalui penggunaannya. Sedapat dapatnya, setiap anak harus dilatih untuk bersandar kepada dirinya sendiri. Dengan digunakannya setiap kesanggupan yang ada, maka ia akan belajar di dalam hal apa ia paling kuat dan dalam hal apa ia mempunyai kekurangan. Seorang pendidik yang bijaksana akan memberikan perhatian yang khusus kepada perkembangan sifat yang lebih lemah, agar anak itu bisa membentuk tabiat yang seimbang dan serasi.
–Mendidik & Memimbing Anak, pasal 04–