“Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh” (Pengkhotbah 7:9).
Kenali Kemarahan yang Sedang Anda Rasakan
[AkhirZaman.org] Walau terdengar cukup sederhana, tetapi dalam banyak kasus, hal ini merupakan rintangan paling besar yang kita hadapi. “Kemarahan mungkin disangkal karena kita merasa sangat bersalah, atau takut akan itu,” kata Dr. Leo Madow. Akibatnya, perasaan itu kembali masuk, di mana perasaan itu akan memburuk.
Cari Tahu Apa yang Membuat Anda Marah
Ajukan pada diri sendiri pertanyaan yang sangat penting––apa ini pantas untuk menjadi alasan kemarahan? Kalau alasan yang telah menyentil Anda itu sepele, seperti halnya dalam kebanyakan hal, lupakan. Jika Anda tidak dapat melupakannya, maka sumber kemarahan Anda bisa melampaui peristiwa sederhana ini. Carilah penyebab yang menggarisbawahi permusuhan Anda. Bawalah perasaan Anda ke permukaan dan hadapi.
Gunakan Penyangkalan
Daripada menggelorakan kemarahan dengan pikiran, “Dia pikir dia itu siapa, memperlakukan aku dengan curang begini!” sarankan diri Anda bahwa mungkin saja orang ini mengalami hari yang buruk. Munculkan pembenaran yang masuk akal untuk perilaku tersebut––sesuatu yang dapat Anda pahami dan cari kaitannya.
Hitung Sampai Sepuluh, Latih Kesadaran Napas, atau Latih Relaksasi Mental
Sebagian besar psikolog setuju bahwa tidak ada manfaat apa pun dalam ledakan pembalasan dendam. Tenangkan diri terlebih dahulu, baru kemudian bahas konflik itu secara rasional.
Sampaikan Keluhan Anda Tanpa Menyerang Orang Lain
Dibutuhkan taktik dan keterampilan berkomunikasi yang baik. Nasihat penting dalam hal ini adalah menyampaikan keluhan dengan menggunakan “saya”, bukannya “Anda”. Sebagai contoh, bukannya berkata “Anda bertindak tidak adil dan Anda salah”, akan jauh lebih efektif jika mengatakan “Saya sakit hati. Yang Anda lakukan tidak memperhitungkan kebutuhan saya”.
Dengarkan
Teknik ini sulit dikuasai, tetapi latihlah. Dengarkan dengan perhatian. Dan di atas semua itu, cobalah memahami. Ini merupakan langkah kunci dalam memecahkan konflik. Dan memecahkan konflik itu, bagaimanapun juga merupakan kunci untuk membebaskan kemarahan Anda secara aman.
Maafkan
Ketika Anda memaafkan seseorang (termasuk memaafkan diri Anda sendiri), banyak perubahan fisiologis dan psikologis yang secara positif mengambil-alih,” tulis Rick Ingrasci, M.D. “Anda merasa hangat dan lebih santai, Anda mendesah dan bernapas lebih lega, hati Anda merasa hangat, tekanan darah dan detak jantung Anda turun, bahkan Anda mungkin menangis. Tetapi yang paling penting, melalui pemberian maaf, Anda mengalami kasih yang merupakan pokok dari hubungan Anda. Anda ingat bahwa Anda memedulikan orang ini, dan sadar bahwa hal ini barangkali menjadi alasan mengapa perilaku mereka begitu menyakitkan pada mulanya.
Vikas Malkani—All You Wanted to Know About Stress & Anger