Thursday, April 25, 2024
Google search engine
HomePerpustakaanRoh NubuatKEMENANGAN AKHIR (II)

KEMENANGAN AKHIR (II)

 

~39~
WAKTU KESESAKKAN YANG BESAR

 

      “Pada waktu itu juga akan muncul Mikhail, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu.” (Dan. 12:1).

      Bilamana pekabaran malaikat yang ketiga itu berakhir, maka kemurahan Allah tidak lagi mengadakan pembelaan terhadap orang-orang yang bersalah di dunia ini. Umat-umat Allah telah menyelesaikan tugas-tugas mereka. Mereka telah menerima “hujan akhir,”  “waktu kelegaan dari hadirat Allah,” dan mereka telah siap untuk menghadapi masa pencobaan di hadapan mereka. Malaikat-malaikat sibuk hilir mudik di Surga. Seorang malaikat yang kembali dari dunia mengumumkan bahwa pekerjaannya telah selesai, ujian terakhir ke atas dunia ini telah dilaksanakan, dan semua yang telah membuktikan dirinya setia kepada ajaran-ajaran ilahi telah menerima “meterai Allah yang hidup.”  Kemudian Yesus menhentikan pengantaraan-Nya di dalam kaabah surgawi di atas. Ia mengangkat tangan-Nya, dan dengan suara nyaring Ia berkata, “Sudah terlaksana;” dan segenap pasukan malaikat meletakkan mahkota mereka sementara Yesus mengeluarkan pengumuman yang khidmat dan sungguh-sungguh: “Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; dan barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya.” (Wah. 22:11). Setiap kasus telah diputuskan bagi kehidupan atau kematian. Kristus telah mengadakan pendamaian bagi umat-Nya dan menghapuskan dosa-dosa mereka. Jumlah para pengikut-Nya telah ditetapkan. “Maka pemerintahan, kekuasaan, dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit” (Dan. 7:27) akan diberikan kepada pewaris-pewaris keselamatan, dan Yesus akan memerintah sebagai Raja atas segala raja, dan Tuhan atas segala tuan.

      Pada waktu Ia meninggalkan kaabah, kegelapan menutupi penduduk bumi. Pada masa yang mengerikan ini orang-orang benar harus hidup di pemandangan Allah tanpa pengantara. Pengekangan yang telah diberlakukan atas orang-orang jahat telah dilepaskan, dan Setan mengendalikan seluruh orang-orang yang pada akhirnya tidak bertobat. Panjang sabar Allah telah berakhir. Dunia ini telah menolak belas kasihan-Nya, meremehkan kasih-Nya, dan menginjak-injak hukum-Nya. Orang-orang jahat telah melewati batas masa percobaan mereka untuk bertobat. Roh Allah yang terus menerus ditolak, akhirnya telah ditarik. Tanpa perlindungan anugerah ilahi, mereka tidak memiliki pertahanan untuk melawan sijahat. Akhirnya Setan akan menjerumuskan penduduk bumi ke dalam suatu kesesakan besar terakhir. Pada waktu malaikat-malaikat Allah berhenti menahan tiupan angin kencang nafsu manusia, maka semua unsur-unsur persengketaan akan bebas. Seluruh dunia akan terlibat dalam kehancuran yang lebih besar daripada kehancuran yang datang kepada Yerusalem dahulu kala.

      Seorang saja malaikat yang membinasakan semua anak sulung orang Mesir, dan memenuhi negeri itu dengan ratap tangis yang memilukan. Pada waktu Daud melawan Allah oleh menghitung umat-Nya, hanya seorang malaikat yang mendatangkan kebinasaan yang mengerikan oleh mana dosanya dihukum. Kuasa membinasakan yang sama yang dilakukan oleh malaikat-malaikat kudus bilamana Allah memerintahkan, akan dilakukan oleh malaikat-malaikat jahat bilamana Ia mengizinkan. Telah tersdia kekuatan-kekuatan dan pasukan-pasukan, hanya menunggu izin ilahi untuk menyebarkan kehancuran di mana-mana.

      Mereka yang menghormati hukum Allah telah dituduh mendatangkan pehukuman atas dunia ini, dan mereka akan dianggap sebagai penyebab goncangan-goncangan alam yang menakutkan dan perselisihan sertapertumpahandarah di antara umat manusia yang memenuhi dunia ini dengan kesengsaraan. Kuasa yang menyertai amaran terakhir telah menimbulkan amarah orang-orang jahat. Kemarahan mereka disulut terhadap mereka yang menerima pekabaran itu, dan Setan akan membangkitakn roh kebencian dan penganiayaan yang lebih besar lagi.

      Pada waktu hadirat Allah pada akhirnya ditarik dari bangsa Yahudi, para imam dan bangsa itu tidak mengetahuinya. Walaupun dalam pengendalian Setan, dan dibuai oleh nafsu yang paling bejat dan kejahatan yang paling keji, mereka menganggap diri mereka sebagai umat pilihan Allah. Pelayanan di kaabah mereka teruskan; korban-korban dipersembahkan di atas mezbah-mezbah mereka yang najis, dan setiap hari berkat ilahi dimohonkan untuk orang-orang yang telah bersalah atas darah Anak Allah yang tercinta, dan yang berupaya membunuh pelayan-pelayan-Nya dan rasul-rasul-Nya. Jadi bilamana keputusan kaabah di Surga yang tidak bisa diubah lagi itu diumumkan, dan nasib dunia ini telah ditetapkan untuk selama-lamanya, penduduk bumi ini tidak akan mengetahuinya. Bentuk-bentuk peribadatan akan diteruskan oleh orang-orang yang daripadanya Roh Allah pada akhirnya telah ditarik, dan semangat Setan dengan nama raja kegelapan itu mengilhami mereka demi tercapainya maksud-maksudnya, akan menyerupai semangat bagi Allah.

 

      Sementara Sabat telah menjadi pokok perdebatan utama di dalam dunia Kekristenan, dan otoritas keagamaan dan keduniawian telah digabungkan untuk memaksakan pemeliharaan hari Minggu, maka penolakan terus-menerus oleh suatu kaum minoritas untuk tunduk kepada tuntutan populer, akan membuat mereka menjadi sasaran kebencian universal. Didesak agar kelompok kecil yang berdiri menentang suatu lembaga gereja dan suatu undang-undang negara tidak boleh ditoleransi; bahwa lebih baiklah mereka yang sedikit itu menderita daripada seluruh bangsa dijerumuskan ke dalam kekacauan dan pelanggaran-pelanggaran hukum. Argumen yang sama 1800 tahun yang lalu telah dilakukan terhadap Kristus oleh penguasa-penguasa umat itu.” Bahwa lebih berguna bagimu.” kata Kayafas yang licik, “jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita itu binasa.” (Yoh. 11:50). Tampaknya argumen ini tidak bisa diubah lagi, dan akhirnya dikeluarkan dekrit terhadap mereka yang menyucikan Sabat hukum keempat itu, dan menyatakan bahwa mereka pantas untuk mendapat hukuman yang paling berat, dan memberikan kebebasan kepada orang banyak untuk membunuh mereka setelah jangka waktu tertentu. Romanisme di Dunia Lama dan Protestantisme murtad di Dunia Baru, akan melakukan tindakan yang sama terhadap mereka yang menghormati semua ajaran-ajaran ilahi.

Kemudian umat Allah akan dijerumuskan ke dalam penderitaan dan kesusahan yang digambarkan oleh nabi sebagai waktu kesusahan (kesesakan) Yakub. “Sungguh, beginilah firman Tuhan: Telah kami dengar jerit kegentaran, kedahsyatan dan tidak ada damai . . . . Hai, alangkah hebatnya hari itu, tidak ada taranya; itulah waktu kesusahan bagi Yakub, tetapi ia tidak akan diselamatkan daripadanya.” (Yer. 30:5-7).

Malam penderitaan batin Yakub, pada waktu ia bergulat di dalam doa untuk kelepasannya dari tangan Esau (Kej. 32:24-30) menggambarkan pengalaman umat-umat Allah pada masa kesesakan. Oleh karena penipuan yang dilakukannya untuk memperoleh berkat ayahnya, yang seharusnya kepada Esau, Yakub telah melarikan diri menyelamatkan nyawanya, dari ancaman mematikan dari abangnya. Setelah tinggal beberapa tahun dipembuangan, atas perintah Allah ia bangkit untuk pulang bersama isteri-isteri dan anak-anaknya, domba-dombanya serta ternak-ternaknya kembali ke negeri asalnya. Setelah tiba di perbatasan negeri itu, ia dipenuhi perasaan takut dan ngeri oleh karena berita datangnya mendekat Esau yang memimpin pasukan prajurit-prajurit yang tidak diragukan lagi tangguhnya untuk membalas dendam. Rombongan Yakub, yang tidak bersenjata dan tanpa pertahanan, tampaknya akan menjadi korban empuk tak berdaya  dari kekejaman dan pembunuhan. Dan kepada beban kecemasan dan ketakutan telah ditambahkan beban berat perasaan bersalah yang menghimpitnya, karena dosanya sendirilah yang mengakibatkan bahaya ini. Pengharapannya satu-satunya hanyalah belas kasihan Allah, dan pertahanannya satu-satunya hanyalah doa. Namun tak ada sesuatupun yang tertinggal yang tidak dilakukannya untuk menebus kesalahannya kepada saudaranya, dan untuk menghindari bahaya yang mengancamnya. Demikianlah halnya dengan pengikut-pengikut Kristus, sementara mereka mendekati waktu kesesakan, harus berusaha sekuat tenaga menempatkan diri dalam terang yang benar di hadapan orang, untuk menghilangkan prasangka buruk, dan menghindari bahaya yang mengancam kebebasan hati nurani.

Setelah menyuruh keluarganya pergi agar mereka tidak menyaksikan penderitaannya, Yakub tinggal sendirian untuk berhubungan dengan Allah. Ia mengakui dosanya, dan dengan rasa syukur mengakui belas kasihan Allah kepadanya, sementara dengan kerendahan hati yang dalam ia menuntut perjanjian yang diadakan dengan para leluhurnya, dan janji-janji kepadanya sendiri dalam suatu penglihatan di Betel dan di negeri pengasingannya. Krisis dalam hidupnya telah datang, segalanya dalam bahaya. Di dalam kegelapan dan kesunyian malam ia terus berdoa dan merendahkan dirinya di hadirat Allah. Tiba-tiba suatu tangan memegang bahunya. Ia pikir bahwa musuh sedang mengambil nyawanya, dan dengan segenap tenaga keputusasaan ia bergumul  dengan sipenyerang. Pada waktu fajar mulai menyingsing, orang asing itu menggunakan kuasa adikodratinya; dengan jamahannya membuat orang kuat Yakub seolah-olah lumpuh, dan jatuh tak berdaya menangis dan memohon sambil memeluk leher lawannya yang misterius itu. Yakub tahu sekarang bahwa lawannya bergumul itu adalah Malaikat Perjanjian. Walaupun ia sudah tidak berdaya dan menderita kesakitan yang amat sangat, ia tidak membatalkan maksudnya. Telah lama ia menanggung kebingungan, penyesalan dan kesesakan karena dosa-dosanya. Sekarang ia harus mempunyai kepastian bahwa ia benar-benar diampuni. Tamu ilahi itu sudah hampir mau pergi, tetapi Yakub bergantung kepada-Nya, memohon suatu berkat. Malaikat itu mendesak, “Biarkan Aku pergi, karena fajar telah menyingsing;” tetapi Yakub berseru, “Aku tidak akan membiarkan Engkau pergi, kecuali engkau memberkati aku.” Betapa keyakinannya, keteguhannya dan ketekunannya ia tunjukkan di sini!  Seandainya ini hanya sekedar tuntutan kesombongan dan keangkuhan, Yakub sudah langsung binasa. Tetapi ini adalah kepastian dari seseorang yang mengakui kelemahan dan ketidaklayakan, namun percaya pada rahmat dan belas kasihan Allah yang menepati janji-Nya.

“Ia bergumul dengan malaikat dan menang.” (Hos. 12:5). Oleh merendahkan diri, pertobatan dan penyerahan diri, manusia fana yang berdosa dan bersalah ini menang atas Raja Surga. Ia telah memantapkan pegangannya yang bimbang memegang erat-erat janji Allah, dan hati Yang Mahakasih tidak bisa menolak permohonan orang berdosa itu.  Sebagai bukti kemenangannya, dan sebagai dorongan bagi orang-orang lain yang meniru teladannya, namanya telah diganti dari suatu yang mengingatkan dosa-dosanya kepada suatu yang mengingatkan kemenangannya. Dan kenyataan bahwa Yakub telah menang atas Allah adalah suatu kepastian bahwa ia akan menang atas manusia. Ia tidak lagi gentar menghadapi kemarahan abangnya, karena Tuhan adalah pengawalnya.

 

      Setan tela menuduh Yakub di hadapan malaikat-malaikat Allah, menuntut hak untuk membinasakannya oleh karena dosa-dosanya. Ia telah menggerakkan Esau datang melawan dia. Dan selama pergumulan Yakub pada malam itu Setan berusaha memaksakan kepadanya perasaan bersalah untuk menawarkan hatinya, dan melepaskan pegangannya kepada Allah. Yakub telah hampir-hampir putus asa, tetapi ia tahu tanpa pertolongan Surga ia pasti binasa. Dengan sungguh-sungguh ia telah bertobat dari dosanya yang besar, dan ia memohon belas kasihan Allah. Ia tidak mau berpaling dari tujuannya, melainkan berpegang teguh pada Malaikat itu, dan mengajukan permohonannya dengan seruan yang sungguh-sungguh dan memilukan sampai ia memang.

Sebagaimana Setan mempengaruhi Esau untuk bangkit melawan Yakub, demikianlah ia akan menggerakkan orang-orang jahat untuk membinasakan umat Allah pada waktu kesesakan itu. Dan sebagaimana ia menuduh Yakub, ia akan melancarkan tuduhan-tuduhannya kepada umat Allah. Ia menganggap dunia ini sebagai pengikut-pengikutnya, tetapi sekelompok kecil yang memelihara perintah-perintah Allah menolak supremasinya. Seandainya ia dapat menghapuskan mereka dari dunia ini, maka kemenangannya akan sempurna. Ia melihat bahwa malaikat-malaikat suci sedang mengawal mereka, dan berkesimpulan bahwa dosa-dosa mereka telah diampuni. Tetapi ia tidak tahu bahwa kasus mereka telah diputuskan di dalam kaabah di atas. Ia mempunyai pengetahuan yang akurat mengenai dosa-dosa yang ia godakan untuk dibuat, dan dihadapkannya semua ini ke hadirat Allah dalam terang sangat berlebihan, menggambarkan bahwa orang-orang ini patut diasingkan dari perkenan Allah. Ia mengatakan bahwa Tuhan tidak adil mengampuni dosa-dosa mereka, namun membinasakan dia dan malaikat-malaikatnya. Ia mengatakan bahwa mereka itu adalah mangsanya, dan menuntut agar mereka diberikan kepadanya untuk dibinasakan.

Sementara Setan menuduh umat Allah atas dasar dosa-dosa mereka, Tuhan mengizinkan dia untuk mencobai mereka seberat-beratnya. Keyakinan mereka kepada Allah, kepercayaan dan keteguhan mereka, akan diuji dengan berat. Pada waktu mereka mengingat kembali masa lalu, maka harapan mereka tenggelam, karena sepanjang hidup mereka, mereka melihat hanya sedikit kebaikan. Mereka menyadari sepenuhnya kelemahan dan ketidaklayakan mereka. Setan berusaha menakut-nakuti mereka dengan pemikiran bahwa keadaan mereka tidak ada harapan, bahwa noda kenajisan mereka tidak akan pernah dihapuskan. Dia berharap dengan demikian akan menghancurkan iman mereka, sehingga menyerah kepada pencobaannya, dan berpaling dari kesetiaan mereka kepada Allah.

Meskipun umat Allah dikelilingi oleh musuh-musuh yang siap untuk membinasakan mereka, namun penderitaan yang mereka tanggung bukanlah ketakutan akan penganiayaan demi kebenaran. Mereka takut kalau-kalau setiap dosa belum disesali dan diakui, dan bahwa oleh karena sesuatu kesalahan  mereka gagal menyadari kegenapan janji Juru Selamat, “Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobbaan yang akan datang atas seluruh dunia.” (Wah. 3:10). Jika mereka mempunyai kepastian pengampunan, mereka tidak gentar akan siksaan atau kematian. Tetapi jikalau ternyata mereka terbukti tidak layak dan kehilangan nyawa mereka oleh karena cacad tabiat mereka sendiri, maka nama Allah yang kudus akan tercela.

Di mana-mana mereka mendengar rencana-rencana pengkhianatan dan melihat usaha pemberontakan yang giat. Dan di dalam mereka timbul suatu keinginan yang kuat, suatu kerinduan jiwa yang sungguh-sungguh, agar kemurtadan besar ini boleh dihentikan, dan kejahatan orang jahat itu boleh diakhiri. Tetapi sementara mereka memohon kepada Allah untuk meghentikan pemberontakan, adalah dengan perasaan bersalah yang dalam bahwa mereka tidak lagi memiliki kuasa untuk melawan dan menolak arus kejahatan yang dahsyat itu. Mereka merasa bahwa sekiranya mereka selalu menggunakan kemampuan mereka dalam pelayanan Kristus, maju dari suatu kekuatan kepada kekuatan yang lain, maka kekuatan Setan akan semakin tidak berdaya untuk menaklukkan mereka.

Mereka bersusah di hadirat Allah, menunjuk kepada pertobatan dari dosa-dosanya yang lalu, dan memohon janji Juru Selamat, “Kecuali kalau mereka mencari perlindungan kepada-Ku dan mencari damai dengan Aku, ya, mencari damai dengan Aku.” (Yes. 27:5). Iman mereka tidak gagal walaupun doa-doa mereka tidak langsung dijawab. Walaupun menderita kecemasan, ketakutan dan kesukaran yang paling berat, mereka tidak menghentikan doa-doa pengantaraan atau doa syafaat mereka. Mereka berpegang teguh kepada kekuatan Allah seperti Yakub berpegang kepada Malaikat itu, dan kata jiwa mereka adalah, “Aku tidak akan membiarkan Engkau pergi, jika Engkau tidak memberkati aku.”

Seandainya Yakub tidak bertobat sebelumnya dari dosa-dosanya dalam memperoleh hak kesulungan dengan jalan menipu, Allah tidak akan mendengar doanya dan memelihara nyawanya dengan kemurahan. Demikianlah juga pada waktu kesesakan, jika umat Allah mempunyai dosa-dosa yang belum diakui yang muncul digadapan mereka sementara mereka disiksa dengan ketakutan dan dengan penderitaan batin, mereka akan dikalahkan. Keputusasaan akan memutuskan iman mereka dan mereka tidak lagi mempunyai keyakinan untuk memohon kelepasan dari Allah. Tetapi sementara mereka mempunyai perasaan ketidaklayakan yang mendalam, mereka tidak mempunyai kesalahan-kesalahan yang tersembunyi untuk dinyatakan. Dosa-dosa mereka telah terlebih dahulu dihakimkan dan telah dihapuskan, dan mereka tidak dapat mengingatnya kembali.

 

      Setan menuntun banyak orang untuk mempercayai bahwa Allah akan mengabaikan ketidaksetiaan mereka dalam masalah-masalah kecil dalam kehidupan, tetapi Tuhan menunjukkan dalam perlakuannya kepada Yakub bahwa Ia sekali-kali tidak membiarkan atau mentoleransi kejahatan. Semua orang yang berusaha memaafkan atau menyembunyikan dosa-dosanya, dan membiarkannya tinggal tetap berada di dalam kitab-kitab di Surga, yaitu yang tidak diakui dan tidak diampuni dosanya, akan dikalahkan oleh Setan. Semakin tinggi profesi mereka, semakin terhormat kedudukan mereka, semakin menyedihkan keadaan mereka pada pemandangan Allah dan semakin pasti kemenangan musuh besar itu. Mereka yang menunda-nunda persediaan kepada hari Allah itu tidak dapat lagi memperoleh persiapan itu pada masa kesesakan, atau pada suatu masa selanjutnya. Tidak ada pengharapan bagi orang-orang seperti itu.

Mereka yang mengaku Kristen, yang berada pada pertikaian terakhir yang menakutkan itu tanpa persediaan, dalam keputusasaan mereka, akan mengakui dosa-dosanya dalam kata-kata penderitaan yang membara, sementara orang-orang jahat bersukacita atas penderitaan mereka itu.  Pengakuan-pengakuan ini sama sifatnya dengan Esau atau Yudas. Yang mengadakan pengakuan seperti itu, menangisi akibat  dari pelanggaran, tetapi bukan kesalahan  itu sendiri. Mereka tidak sungguh-sungguh merasa menyesal dan benci kepada kejahatan. Mereka mengakui dosa mereka karena takut hukuman. Tetapi, seperti Firaun pada zaman dahulu kala, mereka akan kembali kepada pembangkangan mereka terhadap Surga, seandainya hukuman itu dicabut.

Sejarah Yakub juga merupakan jaminan bahwa Allah tidak akan membuangkan mereka yang telah tertipu, dicobai dan dikhianati ke dalam dosa, tetapi yang telah kembali kepada-Nya dengan pertobatan yang benar-benar. Sementara Setan berusaha membinasakan golongan ini, Allah akan mengirimkan malaikat-malaikat-Nya untuk menghiburkan dan melindungi mereka pada saat bahaya. Serangan-serangan Setan begitu ganas dan pasti, penipuannya begitu hebat, tetapi mata Tuhan tetap memandang kepada umat-Nya, dan telinga-Nya mendengar jeritan-jeritan mereka. Penderitaan mereka besar, nyala dapur api tampaknya hampir menghanguskan mereka. Tetapi Pemurni  akan membuat mereka keluar bagaikan emas yang dimurnikan dengan api. Kasih Allah kepada anak-anak-Nya selama masa pencobaan yang paling berat ini adalah sekuat dan selembut seperti pada hari-hari kemakmuran mereka yang paling cerah. Tetapi adalah perlu memasukkan mereka di dalam dapur api, keduniawian mereka harus dibakar, agar citra atau gambaran Kristus dapat dipantulkan dengan sempurna.

Masa kesusahan dan siksaan dihadapan kita memerlukan suatu iman yang dapat menanggung keletihan, penundaan dan kelaparan, —  iman yang tidak akan pudar, walaupun dicobai dengan begitu berat. Masa pencobaan diberikan kepada semua orang untuk bersedia kepada hari itu. Yakub menang karena ia tekun dan berketetapan. Kemenangannya adalah suatu bukti dari kuasa doa yang sungguh-sungguh. Semua orang yang mau berpegang kepada janji-janji Allah, sebagaimana ia lakukan dan sebagaimana ia bersungguh-sungguh dan tekun, akan berhasil sebagaimana Yakub berhasil. Mereka yang tidak mau menyangkali dirinya dan menderita di hadirat Allah, tidak mau berdoa dengan tekun dan sungguh-sungguh memohon berkat-Nya, tidak akan memperolehnya. Bergumul dengan Allah — betapa sedikit orang yang mengerti apa artinya itu! Betapa sedikitnya orang yang sangat rindu jiwanya ditarik kepada Allah, sampai segala kuasa dikerahkan. Bilamana gelombang kesukaran dan keputusasaan yang tak terkatatakan itu menyapu para pemohon, betapa sedikit yang bergantung dengan iman yang teguh kepada janji-janji Allah.

Mereka yang hanya sedikit melatih imannya sekarang, berada dalam bahaya yang sangat besar untuk jatuh ke bawah kuasa penipuan Setan dan perintah pemaksaan hati nurani. Dan walaupun mereka tahan terhadap ujian itu, mereka akan terjerumus ke dalam kesusahan dan penderitaan yang lebih dalam pada waktu kesesakan itu, sebab mereka tidak membiasakan diri percaya kepada Allah.  Pelajaran-pelajaran iman yang telah mereka lalaikan, terpaksa mereka harus pelajari di bawah tekanan keputuasaan yang hebat. Kita harus membiasakan diri sekarang dengan Allah dengan cara membuktikan janji-janji-Nya. Malaikat-malaikat mencatat setiap doa yang tekun dan sungguh-sungguh. Lebih baik kita melakukan kepentingan diri kita sendiri daripada melalaikan persekutuan dengan Allah. Kemiskinan yang paling dalam, penyangkalan diri yang palingbesar dengan persetujuan-Nya adalah lebih baik daripada  kekayaan, kehormatan, kesenangan dan persahabatan tanpa persetujuan-Nya. Kita harus mengambil waktu untuk berdoa. Jikalau kita membiarkan pikiran kita disibukkan oleh penarikan-penarikan dunia ini, mungkin Tuhan akan memberikan waktu bagi kita untuk membuangkan dari kita berhala-berhala emas, rumah, atau tanah-tanah yang subur.

Orang-orang muda tidak akan terbujuk ke dalam dosa, kalau saja mereka menolak memasuki jalan apapun kecuali jalan dimana mereka dapat memohon berkat Allah. Jikalau para jurukabar, yang mengabarkan amaran terakhir yang sungguh-sungguh itu ke dunia ini, mau berdoa memohon berkat Allah, bukan dengan cara dingin, acuh tak acuh dan malas, tetapi dengan bersemangat dan di dalam iman seperti yang dilakukan oleh Yakub, maka mereka akan mendapat tempat-tempat di mana mereka boleh berkata, “Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!” (Kej. 32:30). Mereka akan dianggap oleh Surga sebagai raja-raja yang mempunyai kuasa untuk menang bersama Allah dan manusia.

 

      “Suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi,” akan segera datang ke atas kita. Dan kita akan memerlukan suatu pengalaman yang sekarang kita tidak miliki, dan yang banyak orang terlalu malas untuk mendapatkannya. Sering penganiayaan lebih besar dalam dugaan daripada kenyataan yang sebenarnya, tetapi tidak demikian dengan krisis yang ada dihadapan kita. Gambaran yang paling jelas tidak dapat menjelaskan betapa hebatnya ujian itu. Pada masa pencobaan itu, setiap jiwa harus berdiri sendiri di hadapan Allah. “Biarpun Nuh, Daniel dan Ayub,”  berada di negeri itu, “demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan Allah, mereka tidak akan menyelamatkan baik anak laki-laki maupun anak perempuan, melainkan mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka.” (Yehez. 14:20).

Sekarang, sementara Imam Besar kita sedang mengadakan pendamaian bagi kita, seharusnyalah kita berusaha menjadi sempurna di dalam Kristus. Sekalipun hanya melalui pikiran kita kepada Juru Selamat, kita tidak boleh dipaksa untuk menyerah kepada pencobaan.Setan mencari di dalam hati manusia beberapa tempat di mana ia dapat berpijak, beberapa keinginan-keinginan berdosa dimanjakan oleh mana pencobaan-pencobaannya menunjukkan kuasannya. Tetapi Kristus menyatakan diri-Nya, “Sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku.” (Yoh. 14:30). Setan tidak menemukan sesuatu pada Anak Allah yang menyanggupkannya memperoleh kemenangan. Ia telah memelihara perintah-perintah Bapa-Nya, dan tidak ada dosa di dalam Dia yang dapat digunakan Setan menjadi keuntungannya. Inilah seharusnya keadaan mereka yang akan berdiri teguh pada waktu kesesakan.

Dalam kehidupan inilah kita harus memisahkan dosa dari kita, melalui iman kepada darah pendamaian Kristus. Juru Selamat kita yang mulia mengundang kita untuk menghubungkan diri kita kepada-Nya, menyatukan kelemahan kita dengan kekuatan-Nya, kebodohan kita kepada hikmat-Nya, ketidaklayakan kita kepada jasa-jasa-Nya. Pimpinan dan pemeliharaan Allah adalah sekolah di mana kita mempelajari kelemah-lembutan dan kerendahan hati Yesus. Tuhan selalu menempatkan dihadapan kita tujuan-tujuan hidup yang benar, bukan jalan yang akan kita pilih yang tampaknya lebih mudah dan lebih enak kepada kita. Tinggal kepada kita untuk bekerjasama dengan agen-agen yang digunakan-Nya dalam menyesuaikan tabiat kita dengan teladan ilahi. Tak seorangpun yang melalaikan atau menunda pekerjaan ini yang dapat terhindar dari bahaya yang paling mengerikan kepada jiwa-jiwa mereka.

Rasul Yohanes dalam penglihatan mendengar suara nyaring di Surga yang berseru, “Celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.” (Wah. 12:12). Sungguh mengerikan pemandangan yang menyebabkan turunnya seruan suara Surgawi ini. Murka Setan bertambah-tambah sementara waktunya sudah singkat, dan pekerjaan penipuannya dan kebinasaannya akan mencapai puncaknya pada waktu kesesakan.

Pemandangan-pemandangan yang menakutkan dari suatu oknum adikodrati akan segera dinyatakan di langit, sebagai tanda dari kuasa Iblis yang mengadakan pekerjaan-pekerjaan mujizat. Roh-roh Iblis akan pergi kepada raja-raja dunia ini dan keseluruh dunia, untuk mengikat mereka dalam perjuangannya yang terakhir melawan pemerintahan Surga. Melalui agen-agen ini para penguasa dan rakyat sama-sama akan tertipu. Ada orang-orang yang akan bangkit yang berpura-pura sebagai Kristus Sendiri, dan yang menuntut kepada dirinya kedudukan dan perbaktian yang seharusnya kepada Penebus dunia ini. Mereka akan mengadakan mujizat penyembuhan ajaib, dan akan mengaku mempunyai  wahyu-wahyu dari Surga yang bertentangan dengan kesaksian Alkitab.

Sebagai puncak tindakannya dalam drama besar penipuan itu, Setan sendiri akan mengambil rupa Kristus. Gereja telah lama mengaku menunggu kedatangan Juru Selamat sebagai penyempurnaan dan kegenapan harapan-harapannya. Sekarang penipu besar itu akan menampakkan bahwa Kristus telah datang. Di berbagai bagian dunia, Setan akan menampakkan dirinya di antara manusia sebagai makhluk yang agung dengan terang yang menyilaukan menyerupai gambaran Anak Allah yang diberikan oleh Yohanes di dalam buku Wahyu (Wah. 1:13-15). Kemuliaan yang mengelilinginya tidak tertandingi oleh sesuatu apapun yang pernah dilihat oleh mata yang fana ini. Pekik sorak menggelegar di udara, “Kristus telah datang! Kristus telah datang!”  Orang-orang sujud menyembah dihadapannya, sementara ia mengangkat tangannya dan memberkati mereka, sebagaimana Kristus memberkati murid-murid-Nya pada waktu Ia masih berada di dunia ini. Suaranya lembut dan merendah, namun merdu kedengarannya. Dalam nada lembut penuh kasihan ia menyampaikan beberapa kebenaran surgawi yang penuh kemurahan sebagaimana yang diucapkan oleh Juru Selamat. Ia menyembuhkan penyakit-penyakit orang dan kemudian dalam tabiat Kristus yang dipakaikannya, ia mengatakan bahwa ia telah mengubah Sabat kepada hari Minggu, dan memerintahkan semua untuk menyucikan hari yang telah diberkatinya itu. Ia menyatakan bahwa mereka yang bersikeras menyucikan hari ketujuh menghujat namanya oleh menolak mendengarkan malaikat-malaikatnya yang dikirimkan kepada mereka dengan terang dan kebenaran. Seperti orang-orang Samaria yang telah ditipu oleh Simon Magus, orang banyak itu — dari yang paling kecil sampai yang paling besar — menaruh perhatian kepada sihir, lalu berkata, “Orang ini adalah kuasa dari Allah.” (Kis. 8:10).

Akan tetapi umat Allah tidak akan tersesat. Ajaran-ajaran Kristus palsu ini tidak sesuai dengan Alkitab. Berkat-berkatnya dinyatakan kepada para penyembah binatang dan patungnya,  suatu golongan ke atas siapa Alkitab katakan akan dicurahkan murka Allah yang tidak bercampur.

 

      Lebih jauh, Setan tidak diizinkan untuk memalsukan cara kedatangan Kristus. Juru Selamat sejauh ini telah mengamarkan umat-Nya terhadap penipuan dan telah meramalkan dengan jelas cara kedatangan-Nya yang kedua kali itu. “Sebab mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga . . . . Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya. Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia.” (Mat. 24:24-27,31; 25:31; Wah. 1:7; 1 Tes. 4:16,17). Kedatangan ini tidak mungkin dipalsukan. Akan diketahui semua orang secara universal — disaksikan oleh seluruh dunia.

Hanya mereka yang menjadi pelajar Alkitab yang tekun dan rajin serta yang telah menerima kasih kebenaran, yang akan dilindungi dari penipuan yang hebat yang menawan dunia ini. Oleh kesaksian Alkitab mereka ini akan mengenali penipu itu dalam penyamarannya. Ujian akan datang kepada semua orang. Oleh penyaringan pencobaan, orang-orang Kristen sejati akan nyata. Apakah umat Allah sekarang berdiri teguh di atas firman-Nya sehingga mereka tidak akan tunduk kepada bukti-bukti yang berdasarkan pancaindera mereka? Dalam kemelut yang seperti itu, apakah mereka mau bergantung kepada Alkitab, dan hanya kepada Alkitab saja? Jika mungkin, Setan akan mencegah mereka untuk mengadakan persiapan kepada hari itu. Ia akan mengatur masalah-masalah sedemikian rupa sehingga menghalangi jalan mereka, menjerat mereka dengan harta-harta duniawi, menyebabkan mereka memikul beban yang berat dan melelahkan, sehingga hati mereka dipenuhi dengan segala urusan kehidupan ini, dan hari pencobaan itu boleh datang menimpa mereka seperti datangnya seorang pencuri.

Pada waktu perintah dikeluarkan oleh berbagai penguasa dunia Kristen untuk melawan orang-orang pemelihara perintah-perintah Allah, hal itu akan menghilangkan perlindungan pemerintah, dan menyerahkan mereka kepada orang-orang yang menginginkan kehancuran mereka, umat-umat Allah akan melarikan diri dari kota-kota dan desa-desa dan bergabung bersama dalam kelompok-kelompok dan tinggal di tempat-tempat yang paling terasing dan sunyi. Banyak yang mencari perlindungan di pegunungan. Seperti orang-orang Kristen di lembah Piedmont, mereka membuat tempat-tempat tinggi di dunia ini menjadi tempat perlindungan mereka, dan akan bersyukur kepada Allah untuk “kubu di atas bukit batu” itu. (Yes. 33:16). Tetapi banyak bangsa dan golongan, tinggi dan rendah, kaya dan miskin, hitam dan putih, akan dibuang ke perbudakan yang paling kejam dan paling tidak adil. Orang-orang yang dikasihi Allah akan melewati hari-hari yang melelahkan dan membosankan, dirantai, dikurung di belakang terali besi, dihukum mati, sebagian mati kelaparan di dalam penjara-penjara bawah tanah yang gelap dan yang sangat menjijikkan. Tak ada telinga manusia yang akan mendengarkan erangan dan rintihan mereka, tak ada tangan manusia yang bersedia menolong mereka.

Akankah Tuhan melupakan umat-Nya dalam masa pencobaan ini? Apakah Ia melupakan Nuh yang setia pada waktu pehukuman dijalankan ke atas dunia sebelum Air Bah? Apakah Ia melupakan Lot pada waktu api datang dari langit untuk membumihanguskan kota-kota di dataran itu? Apakah Ia melupakan Yusuf yang dikelilingi oleh penyembah-penyembah berhala di Mesir? Apakah Ia melupakan Elia ketika sumpah Izebel mengancamnya dengan nasib yang sama yang menimpa nabi-nabi Baal? Apakah Ia melupakan Yeremia di dalam lubang yang gelap dan menyedihkan di dalam penjara? Apakah Ia melupakan tiga orang yang dimasukkan ke dalam dapur api? atau Daniel di dalam lobang singa?

“Sion berkata, Tuhan telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku. Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku.” (Yes. 49:14-16). Tuhan semesta alam telah berkata, “Sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya.” (Zak. 2:8).

Walaupun musuh mungkin melemparkan mereka ke dalam penjara, namun dinding penjara di bawah tanah itu tidak dapat memutuskan hubungan antara jiwa mereka dengan Kristus. Dia yang melihat kelemahan-kelemahan mereka, yang sudah mengetahui setiap pencobaan, berada di atas segala kuasa duniawi. Dan malaikat-malaikat akan datang kepada mereka di dalam sel-sel yang sunyi, membawa terang dan damai dari Surga. Penjara itu akan menjadi seperti istana, karena yang kaya dalam iman tinggal di sana, dan dinding yang suram dan gelap itu akan diterangi dengan terang surgawi, seperti tatkala Rasul Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian waktu tengah malam di penjara bawah tanah di Filipi.

 

      Hukuman Allah akan dijatuhkan ke atas mereka yang berusaha menindas dan membinasakan umat-Nya. Panjang sabarnya terhadap orang-orang jahat memberanikan manusia dalam pelanggaran, tetapi hukuman mereka tidak kurang pasti dan kurang mengerikan walaupun lama ditunda. “Sebab Tuhan akan bangkit seperti di gunung Perasim, Ia akan mengamuk seperti di lembah dekat Gibeon, untuk melakukan perbuatan-Nya — ganjil perbuatan-Nya itu; dan untuk mengerjakan pekerjaan-Nya — ajaib pekerjaan-Nya itu!” (Yes. 28:21). Bagi Allah kita yang berkemurahan, pekerjaan menghukum adalah pekerjaan ajaib. “Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan Allah, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik.” (Yehez. 33:11). Tuhan adalah “penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, . . .  mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa.” Namun Ia “tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman.”  “Tuhan itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah.” (Kel. 34:6,7; Nahum 1:3). Oleh perkara-perkara yang mengerikan dalam kebenaran, Ia akan membuktikan kebenaran otoritas hukum-Nya yang telah diinjak-injak itu. Beratnya dan hebatnya hukuman yang menanti para pelanggar dapat dilihat dari keengganan Tuhan untuk menjalankan keadilan. Bangsa yang telah diperlakukannya dengan panjang sabar, dan yang Ia tidak akan pukul sampai kejahatannya sudah mencapai kepenuhan pada anggapan Allah, pada akhirnya akan meminum cawan murka Allah yang tidak bercampur dengan belas kasihan.

Pada waktu Kristus menghentikan pengantaraan-Nya di kaabah, maka murka yang tidak bercampur yang mengancam mereka yang menyembah binatang itu dan patungnya dan yang menerima tandanya (Wah. 14:9,10) akan dicurahkan. Bala yang datang ke atas Mesir pada waktu Allah hampir melepaskan bangsa Israel, sama sifatnya dengan hukuman yang lebih dahsyat dan lebih meluas yang akan terjadi ke dunia ini sesaat sebelum kelepasan umat Allah. Pewahyu berkata dalam menjelaskan malapetaka yang mengerikan itu, “Maka timbullah bisul yang jahat dan yang berbahaya pada semua orang yang memakai tanda dari binatang itu dan yang menyembah patungnya.” Air laut menjadi darah, seperti darah orang mati dan matilah segala yang bernyawa yang hidup di dalam laut.”  Dan  “sungai-sungai dan mata-mata air dan semuanya menjadi darah.”  Walaupun hukuman penderitaan ini mengerikan, hukuman Allah tetap terbukti benar. Malaikat Tuhan berkata, “Adil Engkau, Engkau yang ada dan yang sudah ada, Engkau yang kudus, yang telah menjatuhkan hukuman ini. Karena mereka telah menumpahkan darah orang-orang kudus dan para nabi, Engkau juga telah memberi mereka minum darah; hal itu wajar bagi mereka.” (Wah. 16:2-6). Oleh menghukum mati umat Allah, sesungguhnya mereka telah menanggung kesalahan atas darah umat Allah itu seolah-olah mereka dengan tangan sendiri telah menumpahkan darahnya. Dengan cara yang sama Kristus menyatakan orang-orang Yahudi pada zaman-Nya bersalah atas  darah orang-orang kudus yang telah ditumpahkan sejak zamannya Habil karena memiliki roh yang sama, dan berusaha melakukan pekerjaan yang sama dengan para pembunuh nabi-nabi.

Dalam bala berikutnya, kuasa telah diberikan kepada matahari “untuk menghanguskan manusia dengan api. Dan manusia dihanguskan oleh panas api yang dahsyat.” (Wah. 16:8,9). Demikianlah nabi-nabi menjelaskan keadaan dunia pada saat yang menakutkan  ini, “Tanah berkabung, . . . sebab sudah musnah panen ladang.”  “Segala pohon di ladang sudah mengering. Sungguh, menjadi kering di dalam tanah, lumbung-lumbung sudah licin tandas.”  “Betapa mengeluhnya hewan dan gempar kawanan-kawanan lembu, sebab tidak ada padang rumput baginya . . . . Sebab wadi telah kering, dan apipun telah memakan habis tanah gembalaan di padang gurun.”  “Nyanyian-nyanyian di tempat suci akan menjadi ratapan pada hari itu, demikianlah firman Tuhan Allah. Ada banyak bangkai: kemana-mana orang melemparkannya dengan diam-diam.” (Yoel 1:10-12, 17-20; Amos 8:3).

Bala itu tidak terjadi secara universal, karena kalau begitu maka penduduk dunia ini akan habis seluruhnya. Namun, bala itu Akan menjadi hukuman yang paling mengerikan yang pernah diketahui oleh manusia fana. Semua hukuman ke atas manusia, sebelum penutupan masa percobaan, bercampur belas kasihan atau kemurahan. Darah Kristus yang membela itu telah melindungi orang-orang berdosa untuk menerima takaran penuh atas kesalahannya, tetapi pada pehukuman terakhir, mereka dicurahkan tidak bercampur belas kasihan atau kemurahan.

Pada hari itu orang akan merindukan perlindungan belas kasihan Allah yang telah lama mereka benci. “Sesungguhnya, waktu akan datang, demikianlah firman Tuhan Allah, Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri itu, bukan kelaparan akan makanan dan kehausan air, melainkan akan mendengarkan firman Tuhan. Mereka akan mengembara dari laut ke laut, dan menjelajah dari utara ke timur untuk mencari firman Tuhan, tetapi tidak mendapatnya.” (Amos 8:11,12).

Umat Allah tidak akan terbebas dari penderitaan, tetapi sementara dianiaya dan menderita, sementara mereka menanggung kekurangan dan menderita kekurangan makanan, mereka tidak dibiarkan binasa. Allah yang memelihara Elia, tidak akan melewatkan seorangpun anak-Nya yang mengorbankan dirinya. Ia yang menghitung rambut di kepala mereka akan memelihara mereka, dan pada waktu bala kelaparan, mereka akan dikenyangkan. Sementara orang-orang jahat mati karena kelaparan dan bala, malaikat-malaikat akan melindungi orang-orang benar dan mencukupi kebutuhan mereka. Diberikan janji kepada orang-orang yang “hidup dalam kebenaran,”  “Rotinya disediakan, air minumnya terjamin.” (Yes. 33:16).  “Orang-orang sengsara dan orang-orang miskin sedang mencari air, tetapi tidak ada, lidah mereka kering kehausan. Tetapi Aku, Tuhan, akan menjawab mereka, dan sebagai Allah orang Israel Aku tidak meninggalkan mereka.” (Yes. 41:17).

“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ia di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” (Hab. 3:17,18).

 

      “Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu disebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. Tuhan akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan, Ia akan menjaga nyawamu.”  “Sungguh, Dialah yang melepaskan engkau dari jerat perangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, dibawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok. Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang. Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu. Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang fasik. Sebab Tuhan ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kau buat tempat perteduhanmu, malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu.” (Maz. 121:5-7; 91_3-10).

Namun demikian, kepada pemandangan manusia akan tampak bahwa Allah harus segera memeteraikan kesaksian mereka dengan darah mereka, sebagaimana yang dilakukan oleh para syuhada dahulu sebelum mereka. Mereka sendiri mulai merasa takut kalau-kalau Tuhan telah meninggalkan mereka jatuh ke tangan musuh-musuh mereka. Saat itu adalah penderitaan yang mengerikan. Mereka berseru kepada Allah siang dan malam untuk keselamatan mereka. Orang-orang fasik bergembira, dan terdengarlah seruan-seruan cemoohan, “Di manakah sekarang imanmu? Mengapa Allah tidak melepaskan engkau dari tangan kami jkalau engkau benar-benar umat-Nya?” Tetapi orang-orang yang menunggu mengingat Yesus yang mati di salib Golgota, dan imam besar serta para penguasa berteriak sambil mengejek, “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu, dan kami akan percaya kepada-Nya.” (Mat. 27:42). Sebagaimana Yakub, semua orang sedang bergumul dengan Allah. Wajah mereka menggambarkan pergumulan dalam batin mereka. Wajah mereka pucat, namun mereka tidak menghentikan permohonan pengantaraan mereka yang tekun.

Seandainya manusia dapat melihat dengan penglihatan surgawi, mereka akan memandang rombongan malaikat-malaikat yang menonjol dalam kekuatan yang ditempatkan disekeliling mereka yang memelihara firman kesabaran Kristus. Dengan kelemahlembutan bersimpati, malaikat-malaikat telah menyaksikan kesusahan mereka, dan telah mendengar doa-doa mereka. Mereka menunggu perintah Komandan mereka untuk menarik umat Allah itu dari bahaya yang mengancam mereka. Tetapi malaikat-malaikat itu harus menunggu sedikit waktu lagi. Umat Allah harus meminum dari cawan itu, dan dibaptiskan dengan baptisan. Penundaan itu, yang sangat menyakitkan bagi mereka, adalah jawaban terbaik kepada permohonan-permohonan mereka. Sementara mereka berusaha menunggu dengan penuh harap kepada Tuhan untuk bekerja, mereka dituntun untuk menggunakan iman pengharapan dan kesabaran, yang telah terlalu sedikit digunakan selama pengalaman keagamaan mereka. Namun, demi orang-orang pilihan itu, masa kesukaran itu akan diperpendek. “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? . . .  Aku berkata kepadamu: Ia akan membenarkan mereka.” (Luk. 18:7,8). Kesudahan akan datang lebih cepat daripada yang diharapkan oleh manusia. Gandum akan dikumpulkan dan diikat dalam berkas-berkas untuk dimasukkan ke dalam gudang Allah, ilalang akan diikat sebagai berkas-berkas yang dimasukkan ke dalam api pembinasaan.

Para pengawal surgawi, yang setia kepada tugas-tugas mereka, terus berjaga-jaga. Walaupun perintah umum telah menetapkan waktunya bilamana para pemelihara hukum boleh dibunuh, musuh-musuh mereka yang dalam beberapa kasus mengharapkan perintah itu,  dan sebelum waktu yang ditentukan, akan berusaha menghabisi nyawa mereka. Tetapi tak seorangpun dapat melalui para pengawal perkasa yang ditempatkan di sekeliling orang-orang yang yang setia. Sebagian diserang dalam pelarian mereka dari kota-kota dan kampung-kampung, tetapi pedang yang diangkat untuk melawan mereka, patah dan jatuh tak berdaya bagaikan jerami. Yang lain-lain dipertahankan oleh malaikat-malaikat dalam bentuk prajurit-prajurit perang.

Dalam segala zaman, Allah telah bekerja melalui malaikat-malaikat yang suci untuk menolong dan melepaskan umat-Nya. Makhluk-makhluk surgawi itu telah mengambil bahagian yang aktif dalam permasalahan manusia. Mereka tampak berpakaian jubah yang bersinar bagaikan kilat, mereka datang sebagai manusia, dalam pakaian jubah musafir. Malaikat-malaikat telah tampak dalam bentuk manusia kepada umat-umat Allah. Mereka beristirahat di bawah pohon ek pada waktu tengah hari, seperti orang yang sudah letih. Mereka menerima keramahtamahan manusia. Mereka telah bertindak selaku penunjuk jalan bagi yang sedang bepergian yang tidak mengetahu jalan. Mereka telah menyalakan api, dengan tangannya sendiri, di atas mezbah. Mereka telah membuka pintu-pintu penjara dan membebaskan hamba-hamba Tuhan. Dengan berpakaian perang Surga, mereka datang menggulingkan batu dari kuburan Juru Selamat.

Dalam rupa manusia, malaikat-malaikat sering hadir dalam perkumpulan-perkumpulan orang benar dan mereka mengunjungi perkumpulan-perkumpulan orang fasik seperti pada waktu mereka pergi ke Sodom untuk mencatat perbuatan-perbuatan mereka, menentukan apakah mereka telah melampaui batas kesabaran Allah. Tuhan senang akan kemurahan, dan demi beberapa orang yang benar-benar melayani Dia, Dia menahan malapetaka, dan memperpanjang ketenangan orang banyak. Sangat sedikit orang-orang yang berdosa kepada Allah menyadari bahwa sebenarnya mereka berhutang nyawa kepada orang-orang yang setia yang mereka cemooh dan tindas seenaknya.

 

      Walaupun para penguasa dunia ini tidak mengetahuinya, namun sering dalam majelis-majelis malaikat menjadi jurubicaranya. Mata manusia telah memandang kepada mereka, telinga manusia telah mendengarkan himbauan-himbauan mereka, bibir manusia telah menentang anjuran-anjuran mereka dan mengejek nasihat-nasihat mereka. Tangan-tangan manusia telah menyambut mereka dengan celaan dan kekejaman. Di ruang majelis dan di ruang pengadilan, jurukabar-jurulabar surgawi ini telah menunjukkan suatu pengenalan yang akrab dengan sejarah manusia. Mereka telah membuktikan diri mereka lebih sanggup untuk membela kepentingan orang-orang yang tertindas daripada pembela-pembela mereka yang paling mampu dan paling mahir. Mereka telah mengalahkan maksud-maksud dan menahan kejahatan yang akan sangat memperlambat pekerjaan Allah, dan yang akan menyebabkan penderitaan besar bagi umat-Nya. Pada waktu bahaya dan kesusahan, malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.” (Maz. 34:8).

Dengan kerinduan yang sungguh-sungguh, umat Allah menunggu tanda-tanda Raja mereka yang akan datang itu. Pada waktu para pengawal ditanya, “Masih lama malam ini?” jawabannya diberikan tanpa ragu-ragu, ” ‘Pagi akan datang, tetapi malam juga.’ (Yes. 21:11,12). Terang bersinar pada awan-awan di puncak-puncak  gunung. Tidak lama lagi akan dinyatakan kemuliaannya. Matahari Kebenaran sudah hampir terbit. Pagi dan malam sudah hampir tiba — permulaan hari yang tidak berkesudahan bagi orang-orang benar, permulaan malam yang kekal bagi orang-orang fasik.”

Sementara mereka yang sedang bergumul menyampaikan permohonan-permohonan mereka kepada Allah, tabir yang memisahkan mereka dari yang tidak kelihatan itu tampaknya hampir ditarik. Langit berpijar dengan terbitnya hari yang kekal, dan seperti nyanyian para malaikat, kata-kata ini terdengar ke telinga, “Berdirilah teguh pada kesetiaanmu. Pertolongan sedang datang.” Kristus, pemenang perkasa itu, menawarkan kepada para prajurit-Nya yang sudah letih,  sebuah mahkota kemuliaan kekal, dan suara-Nya terdengar dari gerbang-gerbang yang terbuka sedikit, “Lihatlah, Aku menyertaimu. Janganlah takut. Aku tahu segala kesusahanmu, Aku telah menanggung segala kesedihanmu. Kamu berperang dengan musuh yang teruji. Aku telah berperang demi kamu, dan dalam nama-Ku kamu lebih dari sekedar penakluk-penakluk.”

Juru Selamat yang mulia akan mengirimkan pertolongan bilamana kita memerlukannya. Jalan menuju Surga dikuduskan oleh jejak-jejak kaki-Nya. Setiap duri yang melukai kaki kita telah melukai kaki-Nya. Setiap salib yang ditanggungkan kepada kita, telah ditanggungnya di hadapan kita. Tuhan mengizinkan pertentangan-pertentangan, untuk menyediakan jiwa-jiwa bagi kedamaian,waktu kesesakan adalah cobaan berat yang menakutkan bagi umat Allah, tetapi waktu itulah masanya setiap orang percaya yang benar memandang ke atas, dan oleh iman ia boleh melihat pelangi perjanjian yang mengelilinginya.

“Maka orang-orang yang dibebaskan Tuhan akan pulang dan masuk ke Sion dengan sorak-sorai, sedang sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, dan duka dan keluh akan menjauh. Akulah, Akulah yang menghibur kamu. Siapakah engkau maka engkau takut kepada manusia yang memang akan mati, terhadap anak manusia yang dibuang seperti rumput, sehingga engkau melupakan Tuhan yang menjadikan engkau, yang membentangkan langit dan meletakkan dasar bumi, sehingga engkau terus gentar sepanjang hari terhadap keganasan amarah orang penganiaya, apabila ia bersiap-siap memusnahkan? Dimanakah gerangan keganasan amarah orang penganiaya itu? Dia yang dipasung terbelenggu akan segera dibebaskan; ia tidak akan turun mati ke liang kubur, dan tidak akan kekurangan makanan. Sebab Akulah Tuhan, Allahmu, yang mengharubirukan laut, sehingga gelombang ribut — Tuhan semesta alam nama-Nya. Aku menaruh firman-Ku ke dalam mulutmu dan menyembunyikan engkau dalam naungan tangan-Ku.” (Yes. 51:11-16).

“Sebab itu, dengarlah ini, hai engkau yang tertindas, hai engkau yang mabuk, tetapi bukan karena anggur! Beginilah firman Tuhanmu, Tuhan, Allahmu, yang memperjuangkan perkara umat-Nya:  Sesungguhnya Aku mengambil dari tanganmu piala dengan isinya yang memusingkan, dan isi cangkir kehangatan murka-Ku tidak akan kauminum lagi, tetapi Aku akan memberikannya ke tangan orang yang menindas engkau, orang yang tadinya berkata kepadamu: Tunduklah, supaya kami lewat menginjak kamu! Maka engkau merentangkan punggungmu serata tanah dan sebagai jalan bagi orang-orang yang lewat dari atasnya.” (Yes. 51:21-23).

 

      Mata Allah, yang memandang segala zaman, tertuju kepada krisis yang akan dihadapi umat-Nya, bilamana kuasa-kuasa duniawi bersiap untuk melawan mereka. Sebagaimana tawanan yang dibuang, mereka akan takut mati oleh karena kelaparan atau oleh tindakan kekerasan. Tetapi Yang Kudus yang membelah Laut Merah di hadapan orang-orang Israel, akan menyatakan kekuasaan-Nya yang maha besar dan mengubah keadaan mereka yang tertawan. “Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri, firman Tuhan semesta alam, pada hari yang Kusiapkan. Aku akan mengasihani mereka sama seperti seorang menyayangi anaknya yang melayani dia.” (Mal. 3:17). Jika darah saksi-saksi Allah yang setia dicurahkan pada waktu ini, itu tidak menjadi seperti bibit yang ditabur untuk mendapatkan tuaian bagi Allah, seperti darah para syuhada dahulu. Kesetiaan mereka tidak akan menjadi suatu kesaksian yang meyakinkan orang-orang lain kepada kebenaran, karena hati yang keras telah memukul kembali gelombang-gelombang belas kasihan sampai akhirnya belas kasihan itu tidak datang lagi. Jika orang-orang benar sekarang dibiarkan menjadi mangsa musuh-musuh mereka, hal itu akan menjadi suatu kemenangan bagi raja kegelapan. Pemazmur berkata, “Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya.” (Maz. 27:5). Kristus telah berkata, “Mari bangsa-Ku, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintumu sesudah engkau masuk, bersembunyilah barang sesaat lamanya sampai amaran itu berlalu. Sebab sesungguhnya, Tuhan mau keluar dari tempat-Nya untuk menghukum penduduk bumi karena kesalahannya.” (Yes. 26:20,21). Sungguh mulia nanti kelepasan mereka yang dengan sabar menantikan kedatangan-Nya, dan yang namanya ada tertulis di dalam kitab kehidupan.

RELATED ARTICLES

KEMENANGAN AKHIR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?