[AkhirZaman.org] Seorang yang mempunyai sebuah mobil mewah yang baru akan selalu menjaga agar mobilnya tetap mengkilat seperti baru. Dia mungkin tidak akan mengatakan sepatah katapun tentang hal itu, tetapi dia bangga dan mengkilatnya mobil itu sudah mengatakannya.
Orang lain ingin memamerkan keindahan rumahnya atau kebunnya, atau bangga atas karirnya. Musik, lukisan, ilmu pengetahuan atau hobi-hobi yang lain dan segala sesuatu yang orang pikir telah dicapainya.
“Kebanggaan” Rasul Paulus mengatakan “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. Galatia 6:14” Bermegah dalam hal ini meliputi perasaan bangga memilikinya, kerinduan untuk mengetahuinya dan menghargainya, serta penggertakan jiwa, seperti halnya orang-orang masa kini yang tak pernah puas mencari kesenangan dunia. Dari sini kita mulai dapat merasakan apa yang paulus maksud waktu dia mengatakan “Aku…bermegah…dalam…salib.” “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” 1 Korintus 2:2.
Apakah Rasul ini seorang fanatik? Apakah yang ada dalam salib itu yang mengilhami dia dengan rasa kerinduan sepanjang hidupnya seperti seorang seniman untuk berkarya? Apakah ada sesuatu yang indah dan penting dalam Alkitab yang kita lewatkan, sehingga kita tidak memiliki kerinduan seperti dia?
Para ilmuan mengatakan bahwa ada sumber energi yang belum digali dalam air laut, yang dapat mencukupi kebutuhan manusia sampai beberapa generasi mendatang. Saya percaya ada sumber energi rohani yang belum tergali dalam salib, yang dinyatakan oleh Paulus dengan bersemangat. Kebanyakan dari kita menjadikan iman itu suatu penderitaan dan beban yang harus ditanggung. Kita masih mengabaikan kuasa injil yang mengubahkan orang, suatu kuasa yang diperoleh Paulus waktu dulu.
Pertobatan Paulus terjadi oleh penglihatannya akan Kristus sebagai yang disalibkan. Dalam waktu yang singkat, dia melihat bahwa pada salib di mana Yesus mati membuktikan pernyataanNya bahwa Dia adalah Mesias yang dinanti-nantikan itu. penglihatan yang didapatkannya dalam perjalanan ke Damaskus hari itu telah menanamkan salib itu dengan suatu pesona yang tidak dapat ditolaknya, dan yang mengubah hidupnya untuk selamanya. Sejak itu salib adalah matahari yang bersinar dalam hatinya. Baginya salib adalah permata kebenaran injil, bukan hanya sebahagian dari kebenaran itu, tetapi salib merupakan pusat dan jantung pekabaran Kristus, bukan hanya sebagian dari pekabaran itu.
Dunia kita yang modern tahu sedikit saja atau sama sekali tidak tahu mengenai salib. Bagi dunia di masa lampau, salib merupakan hal yang membangkitkan minat. Salib adalah suatu “Kebodohan”, atau satu “Batu sandungan” dan selalu menjadi suatu pertentangan. “Tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”1 Korintus 1:23. “Dan lagi aku ini, saudara-saudara, jikalau aku masih memberitakan sunat, mengapakah aku masih dianiaya juga? Sebab kalau demikian, salib bukan batu sandungan lagi.” Galatia 5:11. Tetapi bagi dunia masa kini, salib adalah omong kosong belaka, sebuah teka-teki yang membosankan. Perlawanan terhadap salib belum berakhir, tapi salib tidak dapat menjadi suatu hal yang menggangu jika tidak dimengerti. Tidak mengherankan bila dunia dewasa ini acuh tak acuh terhadap salib. Di zaman Paulus, salib dipertentangkan, tetapi di zaman kita sekarang, salib tidak dikenal.
Kegelapan telah didatangkan oleh siasat licik musuh kebenaran. Setan tahu bahwa salib memastikan kekalahannya dan menunjukkan dengan sempurna kebejatannya. Ini mengumandangkan kematiannya. Seluruh alam menyaksikan kematian Yesus, seperti penonton yang menonton suatu pertandingan di arena. Kebencian Setan terhadap Yesus, terlihat pada penyaliban, yang melenyabkan semua rasa sayang atau simpati para penonton terhadap setan. Dalam hal ini “penguasa dunia” telah “dilemparkan keluar” waktu Yesus mati dikayu salib, “ Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.” Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.” Yohanes 12:31-33.
Kedok dari setan telah dilucuti untuk selama-lamanya. Tak seorangpun yang mengenal tabiat Allah yang sejati akan menaruh rasa kasihan pada setan. Di hadapan para malaikat surga, setan tahu dia tidak mendapakan simpati lagi, dia sudah kalah. Jadi yang dapat dia lakukan sekarang ialah menggarap dunia yang telah jatuh (kedalam dosa) agar berpihak kepadanya, dan dengan demikian “berperang” melawan Kristus.
Demikian dia membuat suatu rencana yang jahat untuk menghapuskan pengetahuan tentang salib itu dari pengertian akal manusia, dengan mendirikan “kekejian yang membinasakan” (Daniel 12:11), setan memalsukan kekristenan sejati. Prinsip dasar yang dipakainya adalah membuat satu jalan melewati salib yang sejati sehingga manusia sama sekali tidak dapat melihat salib itu. Untuk dapat mengikat manusia dalam penipuannya, Setan meninggikan simbol dari salib untuk disembah, sehingga kebenaran salib itu tersingkirkan.
Maka sejak zaman raja Konstantin, symbol atau lambang salib menjadi lambang kekristenan, sementara pemalsuan yang tersamar ini terhadap injil membentuk dalam hati manusia suatu perlawanan terhadap yang telah ditetapkan Ilahi. Dalam Daniel 8:11-13. Sejarah Kekristenan selama 1.600 tahun menunjukkan “kemarahan besar” dari setan terhadap injil, “karena ia tahu bahwa waktunya sangat singkat.” Wahyu 12:12. Dia telah mengaburkan makna salib yang sebenarnya. Salib dibuat menjadi semacam jimat yang popular, satu symbol yang dipakai sebagai kalung atau didirikan diatas menara greja atau dilukis di jendela greja. Salib-salib yang terbuat dari kayu atau logampun dipuja, sementara yang asli, yaitu prinsip dari salib, tidak diketahui.
Setan begitu yakin akan keberhasilan rencananya mengaburkan pengertian manusia akan arti salib yang sebenarnya sehingga ia mengizinkan manusia membicarakan tentang salib, berdoa, bernyanyi, memakai, menggunakan symbol salib sebagai symbol arsitektur, bahkan menyembahnya, sejauh mana kegiatan-kegiatan seperti itu dapat menghalangi setiap usaha untuk mengerti arti salib yang sesungguhnya. Betapa cerdik siasatnya, musuh yang telah dikalahkan di kayu salib menjadi symbol kemenangannya.
Terang kebenaran sungguh-sungguh telah dilenyapkan dari langit ke Kristenan. Walaupun kebenaran salib itu tanpa disadari telah diragukan atau ditolak, tetapi kegagalan untuk menangkap arti salib adalah suatu hal yang tragis, sama tragisnya seperti penolakan pemimpin-pemimpin yahudi terhadap salib pada zaman Kristus. Rasio menerima symbol tersebut, sementara hati kita gagal untuk merasakannya.
Tetapi kita tidak perlu disesatkan oleh symbol salib tanpa arti kebenaran. Pemalsuan arti dibuat hanya untuk mencegah pencarian akan hal yang benar. Adanya hal yang palsu menunjukkan bahwa kita akan mendapatkan hal yang benar. Kabut yang dibuat setan untuk nenutupi salib akan diangkat bagi kita, dan kita akan melihat dengan nyata penglihatan yang mulia seperti yang pernah Paulus lihat.
Kata-kata Yohanes Pembabtis masih berlaku, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” Yohanes 1:29. “Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain.” Yesaya 45:22.
Melihat sesuatu adalah kesenangan orang. Begitu meratanya kesenangan yang satu ini, sehingga satu majalah popular di Amerika yang memakai kata “lihat” sebagai nama majalah untuk menarik perhatian orang untuk melihat sesuatu yang baru. Jutaan orang memboroskan waktu luangnya untuk melihat, melihat manusia lalu lalang de depan rumahnya, melihat TV atau rajin melihat gambar majalah. Jika ada kecelakaan di jalan, biasanya kita akan tertarik untuk melihat. Kita lakukan semua ini untuk memuaskan mata kita. Kita tidak merasa puas bila yang ingin kita lihat belum tampak.
Yang ingin kita lihat adalah salib Kristus. Tak ada pemandangan lain yang dapat memuaskan kita.
Dan sekali saja kita melihat salib sama seperti Paulus melihatnya, kita tidak akan bermegah pada hal-hal lain. Salib akan memenuhi pikiran kita. Di salib kita akan melihat Anak Domba Allah yang mengalahkan kutuk, kita akan menemukan suatu kuasa yang dapat menghancurkan semua berhala. Uang, harta benda, karier, dan kemasyuran, akan kehilangan daya tariknya bagi seorang yang telah melihat arti Kalvari.
Pandanglah salib itu.
Oleh Robert J Wieland