[AkhirZaman.org] Dalam sebuah survey yang diadakan oleh Dr. James Dobson tentang sumber depresi pada wanita, mereka mencatat bahwa rasa harga diri yang rendah merupakan masalah paling menyusahkan bagi mereka. Dia bahkan mengamati bahwa wanita muda yang nampaknya memiliki pernikahan yang sehat dan bahagia, rasa rendah diri dan kurang percaya diri adalah yang paling menyakitkan dan meninggalkan goresan yang paling dalam.
Mengapa wanita menderita depresi atas rasa harga diri yang rendah? Jawabannya, setidaknya sebagian, terletak pada kenyataan bahwa peran kaum wanita sekarang ini sedang berada diujung tanduk. Kepada para wanita dikatakan bahwa kalau mereka hanya mengapdikan diri di rumah tangga saja maka mereka tidak berharga. Nilai seorang wanita semakin diukur hanya dengan asset keuangannya dalam rumah tangga dan kontribusinya kepada dunia bisnis. Diserang dari segala sisi oleh radio, televisi, majalah, surat kabar, dan film-film, dia mulai berpikir kalau dia seorang wanita super, pembaca berita di tv, dokter, atau polwan, maka dirinya bukanlah apa-apa. Pilihan-pilihan karir ini memang haruslah terbuka bagi wanita zaman sekarang, tetapi bukan dengan mengorbankan peran sebagai istri, dan ibu rumah tangga atau yang (dianggap) merusak harga diri.
Kurangnya rasa harga diri pada seorang ibu akan berdampak pada rumah tangga dalam banyak cara. Yang terutama ialah bahwa dia akan menularkan hal itu kepada anak-anak. Mereka akan melihat bahwa dia tidak menghargai dirinya sendiri, dan merekapun tidak akan menghargai dirinya dan secara tidak sadar akan meniru kecenderungan-kecenderungan untuk memiliki konsep diri yang negatif. Mustahil bagi seorang ibu yang rasa harga dirinya rendah memberi konsep diri yang sehat kepada anak-anaknya, dan mereka kan selalu merasa kekurangan dalam soal ini kecuali ada orang lain yang memiliki citra diri yang baik benar-benar mengisi kekurangan itu.
Kedua, konsep diri wanita yang rendah akan berdampak pada kewanitaannya. Kalau dia tidak mempunyai perasaan yang positif mengenai dirinya sebagai seorang wanita. Sikap-sikap yang negative akan mengambil ahli. Dia mungkin aka menangisi nasibnya, mengeluh tanpa henti, dan melawan untuk menyesuaikan diri dengan keinginan suaminya. Secara psikologis memang benar kita tidak dapat mencintai orang lain sebelum kita mencintai diri kita sendiri, dan seorang istri dapat mencintai suaminya hanya ditentukan seberapa baik dia merasakan tentang dirinya sendiri.
Ketiga, perasaan-perasaan negative seperti itu akan berdampak pada kehidupan seksnya. Kalau seorang wanita tidak memiliki perasan yang positif untuk menjadi seorang wanita atau tidak suka pada penampilannya, maka dia tidak akan memahami hasrat seksual suaminya terhadap dirinya. Dia mungkin akan mengenakan gaun lama berleher tinggi dan berlengan panjang untuk menyembunyikan bagian tubuh yang dianggapnya menjijikkan. Dia akan menuntut berganti baju hanya dikamar mandi yang gelap total—semuanya sebagai upaya untuk melupakan bahwa dia memiliki tubuh seorang wanita.
Keempat, konsep diri yang buruk berdampak pada kemampuannya untuk mengurus rumah tangga. Utamanya kalau siistri perna mengenyam pendidikan yang tinggi, mungkin dia akan mulai melecehkan dirinya sendiri oleh sebab masyarakat juga mulai melecehkan tugas ibu rumah tangga. Rasa bersalah mungkin menguasai hatinya karna kelihatannya dia terlalu sibuk dengan mengurusi pekerjaan rumah tangga. Dia mengurusi rumah sampai bersih dengan sempurna sebelum suaminya pulang, namun tidak pernah merasa puas dengan usaha-usahanya itu. Dia kelelahan menyelesaikan tugasnya yang tidak ada habis-habisnya untuk membuktikan dirinya berarti.
Tidak heran kalau seorang wanita membutuhkan penghargaan diri dari suaminya tentang bagaimana dia menunaikan kewajiban-kewajibannya. Pria memperoleh penghargaan seperti ini melalui kenaikan jabatan, kenaikan gaji, evalusai tahunan, bonus dan pujian. Tapi seorang ibu rumah tangga tidak memiliki siapa-siapa dari mana dia mendapatkan dukungan kecuali dari suaminya. Para wanita yang paling tidak berbahagia di dunia ini adalah mereka yang setelah seharian bekerja keras tidak memperoleh pengertian dari suami mereka tentang apa artinya mengurus rumah tangga dan mengasuh anak-anak.
By: Nancy Van Pelt