Friday, November 22, 2024
Google search engine
HomeUncategorizedKASIH YANG MEMULIHKAN (Bagian VII)

KASIH YANG MEMULIHKAN (Bagian VII)

 

Kisah Kasih Yesus yang Menyembuhkan—Dipulihkan Melalui Iman

Ribuan orang hari ini yang menderita karena penyakit sebenarnya rindu untuk mendengar kata-kata yang sama: “Dosamu sudah diampuni.”

    [AkhirZaman.org] Ketika Dia kembali ke tepi barat dari Danau Galilea, Yesus mendapati banyak orang menanti-Nya. Dia tetap berada di tepi danau selama beberapa waktu, mengajar dan menyembuhkan, kemudian pergi ke rumah Matius untuk mengadakan jamuan bersama para pemungut cukai. Sementara Dia di sana, Yairus, seorang kepala rumah ibadat, mendesak masuk.

    “Anakku perempuan hampir mati,” Yairus memberitahu Yesus. “Tolong datanglah dan jamahlah dia dengan tangan-Mu maka dia akan hidup,” dia memohon. Yesus dengan segera pergi bersama Yairus. Murid-murid terkejut karena Yesus setuju untuk menolong rabi yang arogan ini, tetapi mereka pergi mengikuti Dia dan orang banyak mengikuti mereka pula. Bahkan, orang-orang banyak tersebut mengelilingi Yesus dari segala arah dan Dia beserta rombongan-Nya hanya dapat bergerak perlahan-lahan di sepanjang jalan. Meskipun seorang ayah yang khawatir ini sudah tidak sabar, Yesus kemudian berhenti dan memberikan kesembuhan atau penghiburan kepada seseorang yang sakit.

    Di antara orang banyak, ada seorang wanita yang telah menderita selama dua belas tahun dengan keadaan yang menyebabkan pendarahan. Dia telah menghabiskan semua uangnya untuk pergi ke tabib dan berobat, tetapi tidak ada satu pun yang dapat menolongnya dan dia telah dinyatakan tidak dapat disembuhkan. Dia sudah tidak mempunyai harapan sama sekali – sampai dia mendengar tentang Yesus. Dia tahu jika ia datang kepada-Nya, ia akan disembuhkan.

    Dia datang ke tepi danau tempat Yesus mengajar, tetapi karena semakin lemah dan sakit, ia tidak dapat menerobos kerumunan orang banyak. Ia mengikuti-Nya ke perjamuan di rumah Matius, tetapi masih tidak dapat mendekati-Nya. Ia mulai putus asa, ketika tiba-tiba Dia datang menuju ke arahnya melewati orang banyak!

    Dalam perasaan hancur dan kebingungan, dia tidak dapat berbicara kepada-Nya atau bahkan melihat Dia secara jelas karena semua orang banyak yang ada. Takut kehilangan satu-satunya kesempatan, dia maju ke depan dan berkata kepada dirinya sendiri, “Jika saya dapat menjamah jubahnya, saya tahu bahwa saya akan disembuhkan.”

    Ketika Yesus lewat, dia mengulurkan tangannya dan menjamah hanya ujung jubah-Nya dengan jari-jarinya. Seluruh iman wanita itu terfokus hanya pada satu jamahan itu––dan seketika itu juga, dia sembuh.

    Dengan hati yang penuh dengan sukacita dan rasa syukur, dia mencoba pergi dari antara kerumunan orang banyak itu. Tetapi Yesus tiba-tiba berhenti. Dengan melihat pada wajah orang-orang yang ada di sekitar-Nya, Dia bertanya dengan suara yang dapat didengar melebihi keributan di jalan: “Siapa yang menjamah-Ku?”

    Itu kelihatannya seperti pertanyaan yang aneh. Petrus, yang selalu siap untuk bicara, berkata, “Tuan, orang banyak mendesak dan menjamah kita dari setiap sisi. Apa yang Engkau maksud dengan, ‘Siapa yang menjamah-Ku?”

    Yesus mencoba memberitahu mereka perbedaan antara tindakan iman dan jamahan biasa dari orang-orang teledor yang melongo. Dia berkata, “Aku tahu ada seseorang yang menjamah-Ku, sebab Aku merasa ada kuasa yang keluar kepadanya.” Iman yang seperti itu tidak dapat dilewatkan tanpa diumumkan. Dia ingin untuk menghibur wanita itu dan mereka yang akan diilhami oleh imannya sampai pada akhir zaman.

    Melihat bahwa dia tidak dapat bersembunyi, wanita itu maju dengan gemetaran. Dengan air mata yang penuh dengan ucapan syukur, dia menceritakan kepada Yesus kisah tentang penderitaannya dan mengapa dia menjamah-Nya. Yesus pasti tersenyum ketika Dia berkata, “Hai wanita yang kekasih, engkau sembuh karena engkau percaya. Pergilah dalam damai.”

    Sementara Yesus masih berbicara kepada wanita itu, seorang jurukabar mendesak diantara keramaian dan memberitahu Yairus, “Anakmu sudah mati. Jangan mengganggu Guru lagi.”

    Tetapi Yesus mendengarnya. Dia berkata kepada Yairus, “Jangan takut––percaya saja.” Kemudian mereka menuju rumah Yairus. Di sana para pekabung dan pemain seruling yang biasa disewa sudah sedang meratap. Yesus berkata, “Berhentilah menangis––anak itu tidak mati, dia hanya tertidur.”

    Para peratap diserang oleh orang asing ini. Beberapa bahkan menertawakan Dia. Mereka telah menyaksikan bahwa anak itu sudah mati. Yesus menyuruh mereka keluar dari rumah. Kemudian Dia membawa ayah dan ibu anak itu––beserta Petrus, Yakobus, juga Yohanes––dan masuk ke dalam kamar gadis kecil itu. Dengan melangkah ke sisi tempat tidur, Yesus memegang tangan gadis itu. Dengan lembut, dalam bahasa yang tidak asing di rumah gadis itu, kataNya, “Anak-Ku, bangunlah.”

    Dengan segera, tubuh kecil itu bergetar. Kemudian matanya terbuka lebar, seperti dia baru terbangun dari tidur panjang, dan dia menatap dengan keheranan pada kelompok kecil yang ada di sekitar tempat tidurnya. Dia melompat ke dalam rangkulan orang tuanya lalu mereka menangis dengan sukacita.

Iman Membawa Kesembuhan
Yesus tidak memberikan kesempatan pada seorang pun, termasuk wanita di kerumunan itu, untuk menyatakan bahwa jubah Yesus secara ajaib telah menyembuhkannya. Yesus membuatnya jelas bahwa adalah imannya yang terhubung dengan kuasa Ilahi-Nya yang memungkinkan mukjizat kesembuhan itu terjadi.

    Iman bukan hanya setuju bahwa Yesus adalah nyata dan bahwa Dia adalah Juruselamat dunia. Itu bukanlah jenis iman yang dapat membawa kesembuhan terhadap hati yang memerlukan. Tidaklah cukup untuk percaya tentang Yesus – kita harus percaya pada-Nya. Iman yang sejati––iman yang dapat menyembuhkan dan menyelamatkan kita ––adalah keputusan saat kita menerima Yesus sebagai Juruselamat kita dan memulai hubungan yang mengubahkan hidup dengan Tuhan.

    Yesus menginginkan wanita itu untuk memberitakan kesembuhannya. Berkat-berkat dari Injil bukanlah rahasia – membagikan kisah-kisah tersebut adalah cara terbaik untuk menunjukkan Yesus kepada orang-orang lain. Kesaksian kita––cerita kita tentang menemukan dan mengikuti Yesus––adalah penyaksian yang paling efektif yang kita miliki. Kisah-kisah tersebut, dipadukan dengan kehidupan kekristenan yang penuh kasih, memiliki kekuatan yang tak terbendung untuk membawa orang-orang lain kepada Yesus.

    Ketika sepuluh orang kusta disembuhkan oleh Yesus, hanya satu orang yang kembali untuk berterima kasih kepada-Nya. Begitu banyak yang melakukan hal yang sama hari ini! Tuhan menyembuhkan orang-orang yang sakit, menyelamatkan kita dari bahaya, mengirimkan malaikat-malaikat untuk menjaga kita, tetapi kita berlaku seperti kita tidak menyadari akan kasih-Nya. Kurangnya rasa syukur ini akan menutup hati kita dari Dia. Adalah memperkuat iman kita apabila kita menjaga setiap hadiah dari Tuhan tetap segar di dalam ingatan kita. Marilah kita tetap mengingat kebaikan kasih-Nya.

Janji Kehidupan yang Kekal
    Yesus datang untuk menyembuhkan yang sakit dan untuk membebaskan para tawanan Setan. Dia memberikan hidup-Nya bagi mereka. Dia mengetahui bahwa banyak yang memohon kesembuhan pada-Nya membawa penyakit itu ke dalam diri mereka melalui gaya hidup mereka sendiri. Tetapi Dia tetap saja menolong mereka. Dan banyak yang menemukan kesembuhan bagi masalah kerohanian mereka sebagaimana kesembuhan bagi penyakit fisik mereka.

    Injil-Nya masih memiliki kekuatan yang sama. Yesus merasakan sakit dari setiap orang yang menderita. Ketika salah satu dari anak-Nya sakit panas karena demam, Dia merasakan kesakitan itu. Dia masih berkenan menyembuhkan pada saat ini sebagaimana ketika Dia masih di bumi ini. Dan Dia menginginkan agar pengikut-Nya menggunakan kuasa-Nya.

    Di dalam Yesus, kehidupan kekal yang hilang oleh karena dosa dapat dikembalikan. Dia mempunyai hak dan kuasa untuk memberikan kehidupan yang kekal. Yesus berkata, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10), dan “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.” (Yohanes 6:54). Bagi orang Kristen, kematian hanyalah tidur, kegelapan dan kesunyian yang sesaat.

   Suara yang berseru, “Sudah selesai” dari salib akan menembusi kuburan dan pusara, kemudian mereka yang mati dalam percaya pada Yesus akan bangkit. Sebagaimana ketika kebangkitan Juruselamat beberapa kuburan terbuka, tetapi pada kedatangan-Nya yang kedua kali semua anak-Nya yang telah mati akan mendengar suara-Nya dan bangkit kepada kehidupan mulia yang tidak pernah akan berakhir. Kuasa yang sama yang membangkitkan Yesus dari kematian akan membangkitkan jemaat-Nya, pengikut-pengikutNya, di dunia ini dan di dunia yang akan datang.

Dari: The Healing Power of love
Oleh: Jerry D. Thomas
Diterjemahkan oleh akhirzaman.org

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?