Saturday, November 30, 2024
Google search engine
HomeAktifitasBelajar Firman TuhanIMAN YANG TIDAK TERPENGARUH KEKACAUAN (1)

IMAN YANG TIDAK TERPENGARUH KEKACAUAN (1)

 

[AkhirZaman.org] Alkitab menyatakan dalam Kejadian 1:2 bahwa pada waktu baru diciptakan bumi kita ini “belum berbentuk dan kosong”. Dalam bahasa asli Perjanjian Lama anak kalimat yang berbunyi “belum berbentuk dan kosong” adalah וָבֹ֔הוּ תֹ֙הוּ֙, ṯōhū wāḇōhū, yang juga bisa diartikan suatu “keadaan kacau balau”.

Entah mengapa kata ini–Tohu Wabohu–telah diangkat oleh sebuah kelompok band beraliran cadas (rock) bernama “KMFDM” dari kota Seattle, Washington, AS sebagai judul sebuah lagu dan sekaligus menjadi tajuk dari album mereka yang dirilis tahun 2007. Istilah yang sama juga digunakan sebagai judul film seri yang ditayangkan di sebuah stasiun TV Austria. Mungkin sebagai “protes sosial” terhadap keadaan dunia sekarang ini yang tidak menentu, dan menggambarkan perilaku manusia yang semrawut akibat kemerosotan moral.

Pada awal penciptaannya kondisi fisik bumi ini yang kacau, dan menjelang akhir riwayatnya keadaan penghuni bumi ini yang kacau pula secara moral dan perilaku.

Inilah kondisi dunia dari zaman ke zaman sejak dosa muncul pertama di bumi oleh pelanggaran Adam dan Hawa.

Ribuan tahun silam bumi juga pernah menjadi saksi bisu untuk beberapa orang yang Alkitab catat sebagai sekumpulan orang-orang yang melawan Tuhan. Kejadian 11:1-3. “Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya. Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana. Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik.” Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan tér gala-gala sebagai tanah liat.”

Dulu bahasa dari semua bangsa di bumi ini adalah satu bahasa dan satu logatnya. Tidak seperti sekarang yang memiliki ribuan bahasa. Bahkan dalam satu negara seperti Indonesia saja ada banyak ratusan bahasa. Ketika masih satu bahasa ini, ayat ke-2 mencatat sekelompok orang (yang akhirnya dikenal sebagai orang Babel) secara bersama memutuskan untuk melakukan perjalanan dan ketika tiba di tanah Sinear mereka bersepakat untuk membuat batu bata dan tanah liat.

Alasan membuat batu bata ada di ayat 4a: “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit…” Tujuan membuat batu bata adalah untuk membangun sebuah kota yang memiliki menara yang puncaknya sampai ke langit.

towerofbabel CopyUntuk apa mereka ingin membangun kota dengan menara yang puncaknya sampai ke langit? Mari kita lanjut ke ayat 4b: “… dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.” Dalam Alkitab versi Bahasa Indonesia Sehari-hari, kalimat yang berbunyi “marilah kita cari nama” diterjemahkan demikian: “supaya kita termasyhur.” Jadi Alasan khususnya dalam membuat menara itu adalah membuat nama bagi diri mereka sendiri supaya termahsyur.

Mereka ingin ditinggikan dan ingin dilihat oleh orang lain. Kota mereka itu akan merupakan satu kota metropolitan daripada kerajaan dunia itu; kemuliaannya akan membuat dunia mengaguminya dan menghormatinya dan menjadikan pembangun pembangunnya sebagai orang orang yang termasyhur.

Cerita selanjutnya kita tahu dan ini tidak berkenan di hadapan Tuhan. Dalam ayat ke-7 akhirnya bahasa mereka dikacaukan oleh Tuhan, sehingga komunikasi yang tidak lancar membuat pembangunan kota dan menara itu terhenti (ayat 8).

Sekali lagi alasan mereka membuat menara babel adalah untuk membuat nama bagi diri mereka sendiri dan supaya mereka termahsyur. Dan Tuhan tidak berkenan dengan semua ini.

Apakah ini juga yang kita lakukan? Apakah ketika melayani dan melakukan kebaikan supaya kita termahsyur? Jika ini terjadi maka sungguh mengecewakan Tuhan.

Masih ada alasan lain dari pembuatan menara ini. Namun mari kita mulai dari pertanyaan berikut: Sebelum hancurnya menara Babel, peristiwa besar apa yang terjadi sebelumnya?

Dalam Kejadian 7 kita melihat ada sebuah bencana alam internasional, yaitu air bah yang mengakibatkan “mati binasalah segala yang hidup, yang bergerak di bumi, burung-burung, ternak dan binatang liar dan segala binatang merayap, yang berkeriapan di bumi, serta semua manusia” (Kejadian 7:20, 21). Dan menyisakan “hanya Nuh yang tinggal hidup dan semua yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu” (ayat 23).

Bisakah Anda memahami alasan lain mengapa orang-orang Babel mendirikan menara Babel yang puncaknya sampai ke langit? Satu tujuan yang ada di hadapan mereka dalam membangunkan menara yang puncaknya sampai ke langit ini ialah untuk menjaga keselamatan mereka seandainya air bah yang lain datang melanda.

Bisa mengerti apa yang coba untuk kita pelajari? Ini adalah pola pikir Babel, yaitu menyelamatkan diri dengan usaha atau kekuatan sendiri.

Saudara, keselamatan kita juga bukanlah karena usaha kita sendiri. Rasul Paulus mengatakan: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8, 9).

Suatu hal yang menarik sesungguhnya telah terjadi. Dalam kitab Kejadian diceritakan bahwa ketika air bah telah surut, sesungguhnya Allah berjanji kepada Nuh bahwa Dia tak akan lagi menghukum bumi dengan air bah (jadi tsunami besar yang terjadi di Aceh dan Jepang tidak bisa dikategorikan air bah karena skalanya hanyalah nasional, bukan skala international seperti air bah di zaman Nuh).

Mari kita baca ayatnya dalam Kejadian 9:11, “Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.” Bukankah ayat ini sangat jelas menyatakan janji Allah untuk tidak akan menurunkan air bah lagi?

pelangi CopyDalam perjanjian yang dibuat-Nya, biasanya Allah menyertakan sebuah tanda sebagai peringatan kepada manusia akan janji-Nya. Mari kita lihat apakah tanda dari perjanjian Allah itu: “Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya: Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi. Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan, maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup” (Kejadian 9:12-15).

Dalam ayat di atas Tuhan menentukan sebuah tanda untuk menjadi peringatan bahwa Dia tak akan lagi menghukum bumi dengan air bah. Kata “busur” yang dimaksud adalah pelangi. Saudara, sangat jelas bahwa Tuhan berjanji untuk tak lagi menghukum bumi dengan air bah.

Sudah pasti juga orang-orang Babel begitu sering melihat pelangi. Dan semua orang di bumi setelah air bah adalah keturunan Nuh. Meski mereka mungkin hidup puluhan atau ratusan tahun setelah zaman Nuh namun janji Allah itu pastilah terdengar juga oleh telinga mereka.

Lalu mengapa mereka tetap nekat membuat menara Babel untuk salah satu tujuannya adalah menyelamatkan diri kalau ada air bah yg lain datang kembali? Ini terjadi karena banyak dari mereka yang tidak percaya kepada Tuhan. Mereka tidak mempercayai perjanjian Allah bahwa Ia tidak akan lagi mendatangkan air bah ke atas dunia ini. Banyak dari antara mereka yang menyangkal adanya Allah. Orang orang Babel telah bertekad untuk mendirikan satu pemerintahan yang terlepas dari Allah. Mereka adalah satu kerajaan yang didirikan untuk kemegahan diri, di mana Allah tidak dihormati dan tidak diakui kekuasaan-Nya. Mereka mungkin saja adalah orang-orang yang enggan mendengarkan kebenaran kebenaran yang tidak sesuai dengan selera mereka.

Bahkan setelah Allah menghentikan usaha mereka mendirikan menara Babel, mereka tetap mengikuti jalan yang sama, bergantung kepada diri dan menolak hukum Allah. Ini adalah yang telah dijalankan Setan dalam pemberontakan di surga.

Bagaimana dengan zaman kita sekarang ini? Pada zaman kita ini ada juga pembangun pembangun menara, yaitu orang orang membuat teori teori yang didasarkan atas kesimpulan ilmu pengetahuan, dan menolak Firman Allah yang dinyatakan bila itu tak sesuai selera mereka. Mereka dengan berani menjatuhkan hukum atas pemerintahan Allah; mereka menghinakan hukum Nya dan membanggakan kesanggupan pikiran manusia. Dan “oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat.” Pengkhotbah 8:11.”

Dari zaman ke zaman, sejak pemberontakan Lusifer di sorga, dan hingga zaman kita, dunia dipenuhi dengan orang-orang yang demikian, yaitu orang-orang yg meninggikan diri di mana Alkitab ditolak dan dihinakan serta membanggakan pikiran manusia sehingga tidak adanya pengetahuan akan Tuhan membuat dunia ini secara moral dalam kondisi kacau balau.

Saudara, dalam dunia yg kondisinya kacau balau, di posisi manakah kita menentukan untuk berdiri dalam dunia ini? Apakah ikut kacau seperti dunia? Atau teguh berdiri untuk Tuhan dan tanpa kompromi? Atau mungkin kita adalah golongan umat-umat Tuhan yang setengah hati.

“Umat-umat Tuhan yang setengah hati lebih buruk daripada orang kafir, kata-kata tipuan mereka dan kehidupan mereka menyesatkan banyak orang. Orang kafir menunjukan warna aslinya. Namun umat-umat Tuhan yang setengah hati yang suam-suam kuku menipu kedua belah pihak. Dia bukanlah orang dunia yang baik maupun umat Tuhan yang baik. Setan menggunakan dia untuk melakukan pekerjaan yang tidak bisa di lakukan oleh orang lain.”

Namun yang pasti dari zaman ke zaman di tengah kondisi dunia yg selalu demikian, Tuhan mempunyai orang-orang yang percaya. Iman yang benar tidak dibiarkan untuk jadi musnah. Tuhan selalu memelihara satu umat yang sisa untuk melayani Dia.

Begitu pula pada zaman setelah pembangunan menara Babel ini, ada satu orang yang Tuhan sangat berkenan kepadanya. Dia adalah orang yang sangat setia kepada Tuhan, sehingga demi kebaikannya suatu panggilan dari Tuhan datang kepadanya.

perjalanan pindah CopyKejadian 12:1, “Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: ‘Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.’” Orang itu adalah Abram yang kelak namanya berubah menjadi Abraham.

Abraham kita ketahui sebagai orang yang setia. Dia sering disebut sebagai bapa orang percaya. Menarik bila kita mengetahui dimanakah sesungguhnya Abraham tinggal dan dibesarkan sejak dari kecilnya sebelum dia keluar meninggalkan negerinya, keluarganya, dan teman-temannya.

Kejadian 15:7, “Lagi firman TUHAN kepadanya: ‘Akulah TUHAN, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu.’” Dimana Abraham tinggal? Tanah Ur. Ur kasdim adalah bagian dari bangsa Babel.

Anda bisa lihat bahwa Abraham tinggal di tengah-tengah lingkungan yang tidak percaya kepada Tuhan dan penyembah berhala. Abraham kemungkinan besar dibesarkan di tengah tengah takhyul dan kekafiran.

Mengingat bahwa dia memiliki pengetahuan yang benar tentang Allah, maka kemungkinan besar dia mengetahui semuanya itu dari orangtuanya. Namun ketika dia keluar sesuai panggilan Allah dengan hanya Sara, isterinya, dan Lot keponakannya beserta semua orang-orangnya yang mengikuti dia; dan sedangkan orangtua beserta sanak saudaranya tidak ikut bersama dia, maka kemungkinan besar bahwa sebagian besar keluarganya telah ikut murtad dalam penyembahan berhala.

Tetapi Abraham sangat setia kepada Tuhan. Tidak peduli semua saudaranya, temannya, keluarganya murtad. Dia tetap memilih untuk percaya dan setia kepada Tuhan. Penyembahan berhala menggodanya dari segala penjuru tetapi tidak berhasil. Setia di antara orang orang yang tidak setia, tak ternoda oleh kemurtadan yang tengah merajalela, Abraham berpegang teguh kepada penyembahan kepada satu Allah yang benar.

Ini sebabnya Allah memanggil Abraham keluar dari negerinya supaya Tuhan dapat memberikan suatu pelajaran yang sangat berkuasa dan berharga, tidak hanya bagi dirinya namun bagi kita yang hidup di zaman ini.

Pelajaran berharga apakah yang Tuhan ingin berikan kepada Abraham yang juga akan menjadi pelajaran berharga dalam kehidupan kerohanian kita? Kita akan pelajari dalam artikel “Iman Yang Tidak Terpengaruh Kekacauan 2.”

 

 

 

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?