[AkhirZaman.org] Kekayaan atau kedudukan tinggi, peralatan yang mahal-mahal, bangunan atau perabotan, tidaklah perlu bagi kemajuan pekerjaan Allah; begitu juga prestasi yang mendapat pujian dari manusia yang hanya menimbulkan kesombongan. Peragaan secara duniawi, betapa pun mengesankan, tidaklah bernilai dalam pemandangan Allah. Lebih dari apa yang kelihatan dan bersifat fana, Ia menilai yang tidak kelihatan dan kekal. Hal yang pertama hanya berharga kalau itu menyatakan yang terakhir. Karya seni yang paling tinggi mutunya tidak memiliki keindahan yang dapat dibandingkan dengan keindahan tabiat, yaitu hasil dari pekerjaan Roh Kudus di dalam jiwa.
Ketika Allah memberikan Anak-Nya kepada dunia ini, Ia memberkati umat manusia dengan kekayaan yang kekal, yaitu kekayaan yang tak dapat dibandingkan dengan kekayaan dunia yang paling berharga tetapi tidak berarti. Kristus datang ke dunia ini dan berdiri di hadapan anak-anak manusia dengan kasih akan kekekalan yang melimpah, dan inilah harta yang kita akan terima, nyatakan dan bagikan melalui hubungan kita dengan Dia.
Usaha manusia menjadi berdayaguna dalam pekerjaan Allah tergantung kepada pengabdian yang sungguh-sungguh dari pekerja itu sendiri, yaitu dengan menyatakan kuasa karunia Kristus untuk mengubah kehidupan. Kita dibedakan dari dunia ini karena Allah telah memeteraikan kita, karena Ia menyatakan di dalam diri kita tabiat-Nya yang penuh kasih. Penebus menyalut diri kita dengan
kebenaran-Nya.
Dalam memilih pria dan wanita untuk pekerjaan-Nya, Allah tidak bertanya apakah mereka memiliki kekayaan dunia, pengetahuan atau wibawa. Dia bertanya: “Apakah mereka berjalan dengan rendah hati sehingga Aku dapat mengajarkan jalan-Ku kepada mereka? Dapatkah Aku menaruh perkataan-Ku di bibir mereka? Apakah mereka akan mewakili Aku?”
Allah dapat menggunakan setiap orang persis sebagaimana Ia dapat menempatkan Roh-Nya ke dalam jiwa raganya. Perbuatan yang akan diterima-Nya adalah perbuatan yang memantulkan citra-Nya. Sebagai utusan kepercayaan bagi dunia ini, para pengikut-Nya harus menyandang sifat-sifat dari prinsip-Nya yang kekal yang tak terhapuskan.
“Ia Akan Merangkul Domba-domba Dengan Lengan-Nya”
Selagi Yesus melayani di jalan-jalan raya di kota-kota, ibu-ibu menyusup ke dalam kerumunan orang sambil menggendong anak-anak mereka yang sedang sakit dan sekarat, berusaha untuk mendekat agar mendapat perhatian-Nya.
Perhatikanlah ibu-ibu ini, muka pucat, lelah, hampir putus asa, namun dengan hati teguh dan sabar. Sambil menanggung beban penderitaan mereka mencari Juruselamat. Sementara mereka menerobos kerumunan yang padat itu, selangkah demi selangkah Kristus menghampiri mereka sampai Ia sudah berada dekat di samping mereka. Pengharapan terbit di hati mereka. Air mata kegembiraan menetes manakala mereka mendapat perhatian-Nya, dan memandang tajam sambil menyatakan rasa iba dan kasih.
Memanggil salah seorang dari kelompok ibu-ibu itu, Juruselamat meyakinkannya sambil berkata: “Apa yang akan Aku lakukan untuk menolongmu?” Lalu ibu itu menyatakan keinginannya sambil menangis, “Tuhan, kiranya Engkau mau menyembuhkan anakku.” Yesus membopong anak kecil itu di lengan-Nya, penyakitnya lenyap oleh jamahan-Nya. Kengerian akan maut itu sudah hilang; arus yang menyembuhkan mengalir dalam pembuluh darahnya; otot-otot kembali mendapat kekuatan. Kata-kata penghiburan yang penuh damai diucapkan kepada ibu itu; kemudian pasien lain yang sama gawatnya disodorkan. Sekali lagi Kristus menggunakan kuasa-Nya untuk memberi kehidupan, dan semua orang memuji dan menghormati Dia yang melakukan mukjizat itu.
Kita memikirkan banyak tentang keagungan hidup Kristus. Kita membicarakan tentang perkara-perkara ajaib yang telah dilakukan-Nya, tentang berbagai mukjizat yang telah diadakan-Nya. Tetapi perhatian-Nya terhadap perkara-perkara yang dianggap sepele malah membuktikan kebesaran-Nya yang lebih tinggi.
Ada kebiasaan di kalangan orang Yahudi untuk membawa anak-anak kepada rabi agar dia menumpangkan tangannya dan memberkatinya. Tetapi murid-murid berpendapat bahwa pekerjaan Juruselamat terlalu penting untuk diganggu hal seperti ini. Ketika para ibu datang membawa anak-anak mereka yang masih kecil kepada-Nya untuk diberkati, murid-murid merasa tidak senang. Mereka menganggap anak-anak itu terlalu kecil untuk mendapat manfaat dengan mengunjungi Yesus, dan menarik kesimpulan bahwa tentu Dia merasa tidak suka akan kehadiran anak-anak itu. Tetapi Juruselamat memahami perhatian dan beban para ibu itu yang berusaha melatih anak-anak mereka sesuai dengan firman Allah. Ia telah mendengar doa mereka. Ia sendiri telah menarik mereka ke dalam hadirat-Nya.
Seorang ibu bersama anaknya meninggalkan rumah lalu mencari Yesus. Di jalan dia memberitahukan maksudnya kepada tetangga, dan tetangga itu ingin juga agar Yesus memberkati anak-anaknya. Dengan demikian beberapa orang ibu berkumpul di sini bersama anak-anak mereka yang masih kecil-kecil. Sebagian anak-anak itu telah melewati masa bayi dan sekarang menjadi kanak-kanak dan remaja. Ketika para ibu itu menyampaikan keinginan mereka kepada-Nya, Yesus mendengarkan dengan rasa simpati permohonan yang disertai perasaan was-was dan mengiba. Tetapi Ia menunggu bagaimana murid-murid itu akan memperlakukan mereka. Ketika Ia melihat murid-murid menegur ibu-ibu itu dan mengusir mereka, seakan-akan mau menolong-Nya, Ia menunjukkan kesalahan mereka sambil berkata, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” Markus 10:14. Ia menggendong anak-anak itu, meletakkan tangan-Nya di atas mereka, dan memberkati sesuai dengan maksud kedatangan mereka.
Ibu-ibu itu merasa terhibur. Mereka kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan dikuatkan dan diberkati oleh kata-kata Kristus. Mereka dikuatkan untuk memikul beban dengan keceriaan yang baru dan bekerja bagi anak-anaknya dengan penuh pengharapan.
Sekiranya masa depan kelompok kecil itu terungkap di hadapan kita, maka kita dapat melihat para ibu itu mengingatkan anak-anak mereka tentang peristiwa pada hari itu dan mengulangi kata-kata Juruselamat kepada mereka. Kita dapat melihat juga pada tahun-tahun berikutnya, betapa sering anak-anak itu terhindar dari kesesatan pada jalan yang dibentangkan di hadapan umat tebusan Tuhan, karena mengingat perkataan itu.
Sekarang ini Kristus adalah Juruselamat yang belas kasihan-Nya sama seperti waktu Ia berjalan di antara manusia. Dia suka menolong ibu-ibu pada zaman ini seperti ketika Ia mengumpulkan anak-anak mereka di Yudea dan memeluknya. Anak-anak buah hati kita ditebus dengan darah-Nya seperti anak-anak zaman dulu.
Yesus mengetahui beban hati setiap ibu. Ia yang mempunyai seorang ibu yang bergumul dalam kemiskinan dan kesendirian akan merasa simpati terhadap setiap ibu dalam pekerjaannya. Ia yang telah berjalan jauh untuk membebaskan wanita Kanaan dari beban hatinya akan berbuat demikian pula bagi ibu-ibu zaman ini. Ia yang telah memulihkan anak tunggal kepada seorang janda di Nain itu, dan dalam penderitaan di kayu salib mengenang ibu-Nya sendiri, terjamah oleh penderitaan para ibu. Dalam setiap kesusahan dan kebutuhan, Ia menghibur dan menolong mereka.
Biarlah semua ibu datang kepada Yesus membawa kecemasan mereka. Mereka akan mendapat kemurahan yang cukup untuk membantu mereka mengasuh anak-anak. Gerbang terbuka bagi setiap ibu yang mau meletakkan bebannya di kaki Yesus. Ia yang telah mengatakan, “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan menghalang-halangi mereka,” Markus 10:24. Masih mengundang para ibu untuk membawa anak-anak kecil mereka untuk diberkati-Nya.
Dalam diri anak-anak yang telah dibawa kepada-Nya, Yesus melihat pria dan wanita dewasa yang akan mewarisi-Nya rahmat-Nya dan menjadi warga kerajaan-Nya, dan sebagian akan mati syahid bagi Dia. Ia tahu bahwa anak-anak ini akan mendengarkan-Nya dan menerima-Nya sebagai Penebus, jauh lebih siap ketimbang orang dewasa yang kebanyakan di antaranya pintar secara duniawi dan keras hati. Dalam mengajar Ia turun menjadi setara dengan mereka. Ia yang adalah Raja surga menjawab pertanyaan mereka dan menyederhanakan pelajaran-Nya yang penting agar dimengerti oleh pikiran mereka yang masih kanak-kanak. Ia menanamkan benih kebenaran di dalam hati mereka, yang setelah bertahun-tahun akan bertumbuh dan berbuah sampai kepada hidup yang kekal.
Ketika Yesus menyuruh murid-murid supaya tidak menghalang-halangi anak-anak itu datang kepada-Nya, Ia juga berbicara kepada para pengikut-Nya sepanjang zaman — yaitu kepada para pimpinan gereja, pendeta, pembantu, dan semua orang Kristen. Yesus menarik anak-anak itu, dan Ia berkata kepada kita, “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku;” seakan-akan Ia berkata, Mereka akan datang, kalau engkau tidak menghalang-halangi mereka.
Janganlah tabiatmu yang tidak menyerupai tabiat Kristus itu salah menyatakan Yesus. Jangan menjauhkan anak-anak itu dari pada-Nya dengan kekakuan dan kekasaranmu. Jangan pernah membuat sampai mereka merasa bahwa surga itu bukanlah sebuah tempat yang menyenangkan bagi mereka, kalau engkau ada di situ. Janganlah membicarakan agama seperti sesuatu yang tidak dapat dipahami oleh anak-anak, atau berlaku seakan-akan mereka tidak diharapkan untuk menerima Kristus karena masih kanak-kanak. Jangan memberi kesan palsu kepada mereka bahwa agama Kristus adalah agama yang gelap, bahwa untuk mendekati Yesus mereka harus membuang segala sesuatu yang menggembirakan hidup.
Sementara Roh Kudus bekerja di dalam hati anak-anak itu, bekerjasamalah dalam pekerjaan-Nya. Ajarlah mereka bahwa Juruselamat memanggil mereka, bahwa tidak ada yang lebih menggembirakan bagi-Nya daripada mereka menyerahkan diri kepada-Nya pada masa bertumbuh-kembang dan masih segar.
Tanggungjawab Orangtua
Dengan kelemahlembutan abadi Juruselamat menghargai jiwa-jiwa yang telah dibeli-Nya dengan darah-Nya. Mereka adalah tuntutan kasih-Nya. Ia memandang mereka dengan rasa rindu yang tak terkatakan. Hati-Nya tertarik bukan saja kepada anak-anak yang paling pintar dan paling menarik, tetapi juga kepada mereka yang karena pembawaan dan kelalaian memiliki ciri-ciri tabiat yang tidak disukai. Banyak orangtua tidak memahami betapa besar tanggungjawabnya terhadap tabiat seperti ini dalam diri anak-anak mereka. Mereka tidak memiliki kelemahlembutan dan akal budi untuk menangani anak-anak yang bersalah yang sebenarnya mereka sendirilah yang membuatnya begitu. Tetapi Yesus memandang anak-anak ini dengan rasa iba. Ia menelusuri dari sebab kepada akibat.
Pekerja Kristen bisa menjadi agen Kristus untuk menarik anak-anak bersalah dan banyak kekeliruan ini kepada Juruselamat. Dengan akal budi dan kecakapan dia dapat mempertautkan mereka kepada hatinya, dia dapat memberikan semangat dan pengharapan, dan dengan rahmat Kristus dapat menyaksikan mereka berubah dalam tabiat, supaya genaplah perkataan, “Karena merekalah yang empunya kerajaan Allah.”
Lima Potong Roti Mengenyangkan Orang Banyak
Setiap hari orang-orang mengerumuni Kristus bersama murid-murid-Nya sewaktu mengajar di pinggir pantai. Mereka telah mendengar kata-kata-Nya yang lembut itu, begitu sederhana dan begitu jelas seperti balsem Gilead bagi jiwa mereka. Penyembuhan oleh tangan ilahi-Nya telah membawa kesehatan bagi orang sakit dan kehidupan bagi yang sekarat. Hari itu nampaknya bagaikan surga di dunia bagi mereka, dan mereka tidak sadar sudah berapa lama mereka tidak makan apa-apa.
Matahari terbenam di ufuk Barat, namun orang banyak itu tidak mau beranjak pergi. Akhirnya murid-murid datang kepada Kristus, membujuk-Nya demi kepentingan mereka, agar orang banyak itu disuruh pulang. Banyak yang datang dari jauh dan tidak makan apa-apa sejak pagi hari. Mereka mungkin dapat memperoleh makanan di kampung-kampung dan kota terdekat. Tetapi Yesus memerintahkan: “Kamu harus memberi mereka makan.” Matius 14:16. Kemudian, Ia bertanya kepada Filipus, “Di manakah kita akan membeli roti supaya mereka ini dapat makan?”
Filipus memandangi lautan manusia dan berpikir betapa tidak mungkin menyediakan makanan untuk orang sebanyak itu. Dia menjawab bahwa roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk semua mereka, sekalipun masing-masing hanya mendapat sepotong kecil saja.
Yesus bertanya berapa banyak makanan yang ada di tangan orang banyak itu. Andreas berseru, “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti dan dua ikan, tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Matius 14:9. Yesus menyuruh supaya itu dibawa kepada-Nya. Lalu Ia menyuruh murid-murid mengatur orang banyak itu duduk di atas rumput. Setelah semuanya selesai, Ia mengambil makanan itu, “Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh.” Matius 14:19, 20.
Dengan mukjizat kuasa ilahi Kristus memberi makan orang banyak; namun betapa sederhana makanan yang telah disediakan itu, hanya ikan dan roti sebagaimana makanan nelayan di Galilea.
Kristus bisa saja menghidangkan makanan pesta di hadapan orang banyak itu, tetapi makanan yang hanya memuaskan selera tidak dapat memberi pelajaran demi kebaikan mereka. Melalui mukjizat ini Kristus ingin mengajarkan satu pelajaran tentang kesederhanaan. Kalau saja manusia zaman ini sederhana dalam kebiasaan mereka, hidup sesuai dengan hukum alam, sebagaimana Adam dan Hawa pada mulanya, maka akan berlimpah persediaan makanan untuk kebutuhan umat manusia. Tetapi sifat mementingkan diri dan pemanjaan selera telah membawa dosa dan penderitaan; berlebihan di tangan satu orang, tetapi di tangan orang lain berkekurangan.
Yesus tidak berusaha menarik orang kepada-Nya dengan memuaskan keinginan akan kemewahan. Bagi orang banyak itu, yang sudah letih dan lapar setelah satu hari penuh semangat, makanan sederhana itu adalah jaminan kuasa dan pemeliharaan-Nya bagi mereka dalam kebutuhan sehari-hari. Juruselamat tidak menjanjikan kemewahan dunia kepada para pengikut-Nya, nasib mereka mungkin terbelenggu dalam kemiskinan; tetapi perkataan-Nya menjanjikan bahwa kebutuhan mereka akan dicukupkan, dan Ia telah menjanjikan apa yang lebih baik dari harta benda dunia ini, yaitu penghiburan senantiasa dari hadirat-Nya sendiri.
=================================================================================
“Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Akan tetapi Bapamu yang di surga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”Matius 6:13-33
=================================================================================
Sesudah orang banyak itu diberi makan, ternyata banyak makanan tersisa. Yesus menyuruh murid-murid-Nya, “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” Yohanes 6:12.Petunjuk ini berarti lebih dari pada menaruh makanan ke dalam bakul. Pelajaran itu bermaksud ganda. Tidak ada yang boleh dibuang. Kita tidak boleh membiarkan keuntungan materi terbuang. Seharusnya kita tidak mengabaikan sesuatu yang bermanfaat kepada umat manusia. Hendaknya dikumpulkan segala sesuatu yang akan memenuhi kebutuhan orang-orang di dunia ini yang kelaparan. Dengan ketelitian yang sama kita harus menyimpan roti surga untuk memenuhi kebutuhan jiwa. Dengan setiap perkataan Allah kita akan hidup. Jangan ada yang hilang dari apa yang pernah diucapkan Allah. Janganlah kita mengabaikan satu kata pun yang menyangkut keselamatan kita yang kekal. Tidak boleh ada satu kata yang jatuh ke tanah dengan sia-sia.
Mukjizat potongan-potongan roti itu mengajarkan ketergantungan kepada Allah. Pada waktu Kristus memberi makan lima ribu orang, makanan itu tidak berada dekat di tangan. Seolah-olah Ia tidak mempunyai apa-apa di tangan-Nya. Di situlah Dia, dengan lima ribu orang laki-laki saja, belum terhitung wanita dan anak-anak, di padang belantara. Ia tidak mengajak orang banyak itu supaya mengikuti-Nya ke sana. Karena rindu untuk berada di dekat-Nya maka orang banyak itu telah datang tanpa diundang atau disuruh. Tetapi Ia tahu, setelah mendengar pengajaran-Nya seharian, tentu mereka kelaparan dan kelelahan. Mereka berada jauh dari rumah, dan malam sudah tiba. Banyak di antara mereka tidak mempunyai uang untuk membeli makanan. Ia yang pernah puasa selama empat puluh hari demi mereka di padang belantara itu tidak akan membiarkan mereka kembali ke rumah masing-masing dengan berpuasa.
Tuntunan Allah yang telah membawa Yesus di mana Ia berada, dan Ia bergantung kepada Bapa-Nya yang di surga untuk memenuhi kebutuhan manusia. Bilamana kita dibawa ke tempat yang sukar, kita harus bergantung kepada Allah. Dalam setiap keadaan darurat, kita mencari pertolongan dari Dia yang memiliki sumber yang tak terbatas dalam kekuasaan-Nya.
Dalam mukjizat ini, Kristus menerima dari Bapa-Nya; Ia membagikannya kepada murid-murid itu, dan murid-murid membagikan kepada orang banyak, dan orang banyak kepada satu dengan yang lain. Jadi semua yang dipersatukan dengan Kristus akan menerima dari Dia roti hidup, dan membagikannya kepada orang lain. Murid-murid-Nya adalah sarana komunikasi terpilih antara Kristus dan orang banyak.
Ketika murid-murid itu mendengar perintah Juruselamat, “Kamu harus memberi mereka makan,” segala kesulitan timbul dalam pikiran mereka. Mereka bertanya-tanya, “Apakah kita akan pergi ke kampung untuk membeli makanan?” Tetapi apa yang dikatakan Kristus? “Kamu harus memberi mereka makan.” Murid-murid membawa kepada Yesus apa saja yang mereka miliki; tetapi Ia tidak mengundang mereka untuk makan. Ia menyuruh mereka melayani orang banyak. Makanan itu berlipat-ganda di tangan-Nya dan di tangan murid-murid-Nya, kembali kepada Kristus dan tidak pernah kosong. Persediaan yang sedikit itu cukup untuk semua. Setelah orang banyak itu kenyang, barulah murid-murid makan bersama Yesus makanan lezat dari surga.
Sementara kita melihat kebutuhan orang miskin, yang bodoh, yang tersiksa, betapa sering hati kita terharu. Kita bertanya, “Apakah yang bisa dibuat oleh tenaga kita yang lemah dan persediaan kita yang sedikit untuk menutupi kebutuhan sebesar ini? Apakah kita tidak menunggu seseorang yang mempunyai kesanggupan yang lebih besar untuk mengatur pekerjaan itu, atau suatu organisasi untuk mengambil alih tugas itu?” Kristus mengatakan, “Kamu harus memberi mereka makan.” Gunakanlah sarana, waktu dan kesanggupan yang engkau miliki. Bawalah rotimu itu kepada Yesus.
Sekalipun persediaanmu tidak cukup untuk memberi makan ribuan orang, mungkin itu cukup untuk satu orang. Di tangan Kristus, persediaan bahan itu dapat memberi makan banyak orang. Seperti murid-murid, berikanlah apa yang ada padamu. Kristus akan melipatgandakannya. Ia akan menghormati ketergantungan yang lugu dan tulus kepada-Nya. Apa yang nampaknya satu persediaan yang sedikit akan terbukti cukup untuk pesta besar.
“Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. . . .
“Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepadamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan, seperti ada tertulis:
“Ia membagi-bagikan,
Ia memberikan kepada orang miskin,
Kebenaran-Nya tetap untuk selamanya.
“Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan dipercaya dalam segala macam kemurahan hati.” 2 Korintus 9:6-11
Hidup Yang Terbaik, Bab 2