Sunday, November 24, 2024
Google search engine
HomeKeluargaPelajaran KeluargaENAM KESALAHAN ORANG TUA DALAM MANGASUH ANAK YANG BERDAMPAK BURUK

ENAM KESALAHAN ORANG TUA DALAM MANGASUH ANAK YANG BERDAMPAK BURUK

Amsal 29:17 Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.

I. SALAH SATU TUGAS TERBERAT.

[AkhirZaman.org] Pada Zaman modern ini kita harus akui bahwa berdasarkan fakta yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang gampang bisa kita temui sehari-hari. Ternyata menjadi orangtua itu memang tidak mudah. Apalagi kebanyakan kita tidak dibekali dengan pendidikan Rumah tangga yang cukup oleh orang tua kita. Sebagai akibatnya sebagai orangtua kita mencoba belajar bukan dari kesalahan orang lain, tetapi dari kesalahan diri sendiri. Padahal bila kita belajar dari kesalahan kita maka yang akan menjadi korban itu adalah anak kita sendiri, apakah kita perlu gagal dulu dalam hidup kita baru kita mempelajari pengalaman itu? Apakah kita siap untuk menanggung resiko dari kesalahan itu? Dan berikut ini kita akan melihat beberapa macam/ modelbentuk kesalahan yang sering kali dibuat oleh orangtua dalam mengasuh anak.

II.  ENAM (6) BENTUK KESALAHAN ORANGTUA DALAM MENGASUH ANAK.

    1.  MENDISIPLIN TANPA MENGENAL DEVELOPMENTAL STAGES OF CHILDREN
Kadangkala kita mendisiplin anak-anak tanpa belajar mengenal tentang prinsip-prinsip pendidikan anak dan phase tumbuh kembang anak, Mungkin dikarenakan ketidak tahuannya. Bahkan ada orang tua yang kelewat ketakutan karena mengira anaknya sudah berbuat keterlaluan dan akhirnya anak yang menjadi korban. Hasilnya orang tua tanpa sengaja telah melakukan kesalahan-kesalahan berat bahkan fatal yang menjadi benih jurang pemisah yang timbul dalam hubungan anak dengan orang tuannya.” Berikut contoh:

  1. Mendisiplin anak umur 2 tahun menggompol digereja, dengan mencubit dan memarahinya.
    Padahal phase anak 2 tahun, seorang anak belum dapat mengontrol otot-otot pada saluran kencing.
  2. Mendisiplin anak 10 tahun yang sering membantah, dengan cara memukul, mamarahi.
    Padahal pada phase latency, seorang anak justru mempunyai kebutuhan untuk mendapat semua jawab atas segala persoalan atau pertanyaan-pertanyaan yang ia kemukanan.
  3. Mendisiplin anak 12-14 tahun yang sudah mulai berkiriman SMS, bersurat-suratan dengan teman pria/wanita.Padahal pada phase pubertas muncul kebutuhan identity yang ditandai dengan tingkah laku sexual yang baru.

Dampak kepada anak: Timbul Jurang pemisah (gab) yang semakin lebar antara anak dengan orang tua. Komunikasi seperti terputus, ada kemungkinan anak-anak akhirnya menjadi menjauh dari orang tua, karena mereka merasa orang tua tidak mengerti akan dirinya dan tidak jarang anak-anak menjadi nakal, terlibat Narkoba bahkan stress berat. 

2. ANAK DIJADIKAN TARGET MEMPERBAIKI HARKAT ORANGTUA DI DALAM MASYARAKAT.
Seperti salah seorang dari orang tua yang kecewa melihat anak yang dibanggakannya tamat fakultas kedokteran namun ia tidak mau berpraktek sebagai dokter, sudah berkali-kali ia memaksa anaknya untuk berprofesi sebagai dokter namun anaknya memilih menjadi pedagang kain seperti bapaknya.  Seringkali orang tua menuntut, bahkan memaksa anaknya untuk menjadi orang yang didambakan orangtua. Orang tua seperti ini sering berkata  “Lho nak ngapain kamu  ingin menjadi ahli ekonomi, kamu harus menjadi ahli kimia. Masak memilih jurusan itu, harus jurusan ini yang terbaik, mengapa kamu ingin main biola, lebih baik kamu menjadi pemain bola saja.”

 Kenapa hal ini terjadi? Karena sebagian  Orang tua berfikir  “Inilah yang bisa mengangkat kehormatan dan harkat keluarga.” Sewaktu dia muda (orang tua) ingin menjadi Dokter,  ingin menjadi juara di sekolah,  pemain piano, pemain bola, ingin menjadi orang yang dihormati dan sukses di tengah-tengah masyarakat  tetapi gagal. Dikarenakan berbagai faktor termasuk karena kurangnya kemampuan akademik atau kurangnya faktor Ekonomi ataupun yang lainnya sehinga akhirnya mereka gagal untuk mencapai impian mereka.

Seringkali  sebagai orang tua dalam posisi seperti ini memuntut bahkan kadang-kadang memaksa anak-anak untuk bisa mewujudkan cita-citanya yang belum tercapai untuk diwujudkan oleh anaknya.

Dampak Pada anak: Tuntutan orangtua seperti ini sangat bagus bila ada kecocokan dengan bakat dan minat anak. Tetapi bilamana tidak cocok dengan bakat sang anak maka  bagi sebagian anak akan  menjadi beban yang kadang-kadang terlalu berat, Membebani pengembangan dirinya. Pada akhirnya anak akan bertumbuh kembang hanya menurut kepada orang tua tetapi kemungkinan besar anak akan kehilangan kesempatan menjadi dirinya sendiri dan terus merasa ada sesuatu yang terhilang dalam hidupnya.

3. ORANG TUA INGIN ANAKNYA MENJADI SEPERTI DIRINYA
Ada orang tua yang dulu paling pintar di sekolah kini setelah jadi orang tua menuntut anaknya harus juara kelas. Bila ia memiliki gelar yang tinggi ia menuntut anaknya harus memiliki gelar yang tinggi, Bila ia berbakat musik, menyanyi, ataupun yang lain ia menuntut anaknya seperti dirinya dll.

Lalu apa dampak buruknya kepada anak dengan sikap orang tua seperti ini? Banyak orang tua berfikir hal ini tidak apa-apa, namun bila kita tetap paksakan kepada anak yang berlainan minat dan bakatnya dengan kita, hal ini akan  membuat  anak tertuntut menjadi sempurna seperti tuntutan orang tua dan tidak boleh gagal. Anak seperti ini akan mudah dirundung rasa bersalah yang berat dan ia akan merasa diri tidak berarti jika gagal memenuhi permintaan orangtua.

Bagi anak yang penurut dan memiliki kesanggupan serta kesamaan minat dengan orang tuanya maka anak akan maju dan sukses. Tetapi bagi anak yang lainnya yang tidak memiliki kesanggupan dan minat seperti orang tuanya yang sempurna itu, biasanya akan menjadi kebalikannya yaitu gagal, nakal, brutal dan bisa jadi brandal, karena ia merasa hidupnya terlalu terbelenggu oleh tuntutan demi tuntutan yang orang tua mereka sodorkan kepadanya.

4. ORTU MENYESAL MENIKAH ATAU MENYESAL PUNYA ANAK
Kasus yang satu ini mungkin sangat jarang kita temukan di lingkungan umat kristen, karena sebelum menikah mereka telah menjalani Konseling Pranikah. Tetapi marilah kita coba  tengok masyarakat dimana kita hidup, ada orang yang menikah karena terlanjur hamil saat pacaran, lahir hasil perkosaan. Pasangan yang menikah karena dipaksa orang tua, anak yang lahir saat ekonomi masih morat-marit dan anak belum diharapkan lahir. Sebagian dari anak yang lahir dari pasangan seperti ini, yaitu saat orang tua bermasalah atau terjadi pertengkaran, anaklah yang menjadi kambing hitam/ sasaran  amarah, dan penyesalan orang tua                             

Dampak kepada Anak: Anak akan merasa kehadirannya tidak menjadi berkat, tidak di syukuri, bahkan lebih jauh ia merasa ditolak, tidak diinginkan, menjadi beban bagi orang tuanya,  bahkan dia dianggap tidak pernah ada. Pada akhirnya anak-anak seperti ini akan menyimpan dalam lubuk hatinya rasa kesedihan, dendam, dan rasa bersalah. Perlakuan seperti ini akan menimbulkan masalah yang berat dalam dirinya kelak saat menginjak usia remaja dan berlangsung terus menerus dalam menjalani kehidupan bahkan dalam pernikahanya juga, hidupnya gampang rapuh dan emosi yang tidak stabil.

5. BERANI PUNYA ANAK TAK BERANI MENGASUH
Zaman memang sudah berubah, Dulu ibu-ibu senang dan bangga bisa memberikan ASI, meninabobokan, mengganti Popok, memandikan anak mereka. Si ayah bangga bermain, dan melakukan sesuatu bersama anaknya. Tetapi sebagian orang tua modern saat ini enggan melakukannya, karena tuntutan hidup yang harus dipenuhi. Asi telah bisa digantikan dengan Susu buatan pabrik, tugas-tugas mengurus anak telah digantikan oleh Pembantu atau Baby sitter. Bermain dengan anak telah digantikan oleh pesawat TV dan Computer.  Anak-anak zaman ini sering mendengar kata sayang ditujukan kepadanya tetapi hampir-hampir anak tidak menerima kasih sayang secara langsung dari kedua orang tua.”

Lalu Dampaknya kepada anak seperti apa?: tak ada oknum  panutan atau contoh, yang patut di teladani. Yaitu Anak kehilangan kesempatan yang sangat berharga untuk mencontoh, menyerap, meneladani atau meniru/ belajar dari pigur orang tuanya. Kurangnya latihan berkomunikasi, berinteraksi, pelukan, dekapan, kasih sayang, berdiskusi, kurangnya diajak memahami sesuatu dengan orang tuanya, menyebabkan anak bisa saja menjadi rapuh dan tidak stabil secara emosi. Tidak adanya hubungan (kontak) batin sejak dini antara anak dan orang tua, Pada saat anak remaja dan dewasa Hasilnya Anak akan tidak segan melanggar nasehat orang tua, menyakiti hati orang tua, pergi lama tidak memberi kabar, bertanya tidak dijawab, memberi nasehat tidak didengar, saat sakit tidak dijenguk, pada saat mau meninggal diacuhkan. dll.

Stop, Jangan berfikiran  prilaku anak seperti itu  disebabkan  karena anak itu nakal, bandel, atau tidak sopan, adat, tidak  hormat. INGAT Prilaku anak seperti ini lebih disebabkan karena memang dari sejak kecil, tidak ada atau sangat kurang kontak atau hubungan batin yang erat dijalin oleh orang tua dengan anaknya.

6. MENUNTUT ANAK UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN ORANGTUA YANG TAK TERPENUHI.
Perlu kita sadari  bahwa sebagai orang tua diantara kita ada yang memiliki latar belakang (masa kecil kurang bahagia)  Atau kurang baik atau banyak kekurangan, apakah “kekurangan Kasih sayang,  penghargaan, kurang dihormati, kurang kesempatan (lack of opportunity ) dll. Kekurangan-kekurangan ini seharusnya sudah dibereskan saat kita bergaul di masa muda yaitu kekurangan dari orang tua dapat kita peroleh dari saudara atau dari teman saat remaja. Namun sebagian orang belum membereskannya dan masalah serba kekurangan ini dibawa ke dalam Pernikahan. Akibat dari serba kekurangan ini pasangan hidupnya dituntut untuk memenuhi kehausan kasih sayang, hormat, penghargaan. Malahaan ada kalanya dia akan menuntut juga dari anak-anaknya untuk memenuhi yang dia belum pernah dapatkan selama ini.
Sebagaicontoh:

  1. a. Orangtua  yang saat masa kecil  kurang rasa dihormati,  dia biasanya akan menuntut isteri dan anaknya memenuhi rasa haus untuk dihormati. Kalau ada anak yang sedikit tidak kurang hormat saja, dia akan sangat marah dan tersinggung, sering bertindak kasar dan bisa juga bertindak sadis kepada anaknya.
  2. Orang tua yang masa kecil kurang penghargaan, bila mendapati anaknya yang kecil melakukan kesalahan diluar kebiasaan anak kecil, dia akan marah sekali, karena dia menganggab telah mempermalukan, telah mencemarkan nama baik dan merusak reputasi orang tua.
  3. Orangtua yang saat masa kecilnya kurang kasih sayang, biasanya akan menuntut anak-anaknya selalu memperhatikan dia, menanyakan tentang dia setiap saat, memanjakan dia. Kalau sedikit saja anak lupa memberi perhatian, anak lupa menelpon, orang tua menjadi ngambek, tersinggung, marah. Karena dibenak orang tua, anaknya itu tidak mengasihinya, padahal sumbernya adalah masa kecil kurang kasih sayang dan dihormati .

Dampak kepada anak yang kurang kasih sayang.Anak yang masih dalam masa pertumbuhan ini akan merasa letih, lelah, capek. Beban yang seharusnya dia tidak tanggung kini dia harus menanggungnya. Anak yang seharusnya mendapat perhatian kini malah harus memperhatikan orang tuanya,  masa kecil yang seharusnya berbahagia digantikan dengan tugas yang harus selalu menyenangkan, memenuhi kebutuhan orang tua.

Kadnet.info

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?