Saturday, November 23, 2024
Google search engine
HomeGaya HidupPendidikanDISIPLIN DAN PENDIDIKAN YANG BENAR (bagian 1)

DISIPLIN DAN PENDIDIKAN YANG BENAR (bagian 1)

        [AkhirZaman.org] Suatu tren yang terdapat di mana-mana di dunia ini ialah membiarkan orang-orang muda mengikuti kecenderungan pikiran mereka sendiri. Dan kalau amat kasar pada masa muda, orang tua mengatakan bahwa orang-orang muda itu akan menjadi baik tidak lama kemudian, dan bila sudah berumur enam belas atau delapan belas tahun, mereka akan dapat mengadakan pertimbangan sendiri, dan meninggalkan kebiasaan mereka yang salah, dan akhirnya menjadi pria dan wanita yang berguna. Alangkah keliru anggapan itu! Bertahun-tahun lamanya mereka mengizinkan musuh menaburi ladang hati dengan benih yang tidak baik; mereka membiarkan prinsip-prinsip yang salah tumbuh, dan dalam banyak hal segala pekerjaan mengusahakan tanah itu kemudian akan sia-sia belaka.

Setan adalah seorang pekerja yang cerdik dan tabah, seorang musuh yang dahsyat. Bila suatu perkataan diucapkan dengan kurang berhati-hati sehingga merugikan orang muda, baik dalam bentuk sanjungan maupun yang menyebabkan mereka memandang pada dosa sebagai sesuatu yang kurang menjijikkan, maka Setan akan mengambil kesempatan dari-padanya dan memelihara benih yang jahat itu supaya berakar dan berbuah lebat. Ada orang tua telah membiarkan anak-anak mereka membentuk kebiasaan yang salah, yang meninggalkan bekas-bekasnya sepanjang umur hidup anak-anak itu. Dosa ini ditanggungkan kepada orang tua. Anak-anak ini mungkin mengaku Kristen, tetapi tanpa pekerjaan anugerah dalam hati dan suatu pembaruan yang saksama dalam kehidupan, maka kebiasaan-kebiasaan mereka yang lampau akan kelihatan dalam segala pengalaman mereka, dan justru tabiat yang mereka bentuk setahu orang tua merekalah yang akan mereka tunjukkan.1

        Orang tua harus memerintah anak-anak mereka, memperbaiki perasaan mereka, dan menaklukkan mereka, kalau tidak Tuhan sudah pasti akan membinasakan anak-anak pada hari murka-Nya, dan orang tua yang tidak mengendalikan anak-anak mereka tidak akan luput dari kesalahan. Terutama hendaklah hamba-hamba Tuhan mengatur keluarga mereka sendiri dan mempengaruhinya sebaik-baiknya. Saya melihat bahwa mereka tidak bersedia mengambil keputusan dalam persoalan gereja, kecuali mereka dapat mengatur rumah tangga mereka sendiri dengan baik. Mula-mula mereka harus mempunyai tata tertib di rumah tangga, dan dengan demikian pertimbangan dan pengaruh mereka akan kelihatan.2

        Setiap anak lelaki dan anak perempuan harus dimintakan penjelasannya kalau tidak ada di rumah pada malam hari. Orang tua wajib mengetahui siapa-siapa kawan sepergaulan anak-anak mereka dan di rumah siapa mereka bermalam.3

        Filsafat manusia tidak menemukan sesuatu yang melebihi apa yang diketahui oleh Tuhan atau tidak merencanakan sesuatu yang lebih bijaksana tentang perlakuan terhadap anak-anak daripada yang diberikan oleh Tuhan kita. Siapakah yang dapat menyelami lebih baik segala keperluan anak-anak daripada Khalik mereka? Siapakah yang dapat merasakan minat yang lebih dalam bagi kesejahteraan mereka daripada Dia yang membeli mereka dengan darah-Nya sendiri? Kalau Sabda Tuhan dipelajari dengan saksama dan diturut dengan setia, akan kian berkuranglah derita jiwa karena kelakuan yang degil di pihak anak-anak yang jahat.

        Anak-anak mempunyai tuntutan yang harus diakui dan dihargai oleh orang tua. Mereka berhak mendapat suatu pendidikan dan latihan yang akan menjadikan mereka anggota-anggota masyarakat yang berguna, disegani, dan dikasihi di dunia ini, dan akan memberi mereka kelayakan akhlak untuk masyarakat orang-orang suci di dunia yang akan datang. Orang-orang muda harus diajar bahwa kesejahteraan mereka sekarang ini dan di masa yang akan datang bergantung banyak pada kebiasaan yang mereka bentuk pada masa kanak-kanak dan pada masa muda.4

        Pria dan wanita yang mengaku menghormati Kitab Suci dan mengikuti ajaran-ajarannya gagal dalam banyak perkara untuk melaksanakan tuntutan-tuntutannya. Dalam melatih anak-anak, mereka mengikuti sifat mereka sendiri yang degil gantinya mengikuti kehendak Tuhan yang dinyatakan. Kelalaian terhadap kewajiban seperti ini menyangkut hilangnya beribu-ribu jiwa. Kitab Suci memberikan peraturan-peraturan untuk disiplin yang benar bagi anak-anak. Sekiranya segala tuntutan Tuhan ini diperhatikan oleh orang tua, sudah tentu kita akan melihat suatu perbedaan di kalangan orang muda yang mulai mengadakan kegiatan. Tetapi orang tua yang mengaku pembaca Kitab Suci dan pengikut Kitab Suci sedang berbuat perkara yang berlawanan dengan ajaran-ajarannya. Kita mendengar tangis kesedihan dan derita dari bapa-bapa dan ibu-ibu yang meratapi kelakuan anak-anak mereka, dan mereka kurang menyadari bahwa mereka mendatangkan kesusahan dan derita ini ke atas diri mereka sendiri, dan merusakkan anak-anak mereka oleh kasih-sayang mereka yang salah. Mereka tidak menyadari tanggung jawab yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka untuk melatih anak-anak mereka pada kebiasaan-kebiasaan yang benar sejak masa kanak-kanak.5

        Anak-anak Kristen sejati lebih menyukai cinta dan persetujuan orang tua mereka yang takut akan Tuhan melebihi setiap keuntungan duniawi. Mereka akan mengasihi dan menghormati orang tua mereka. Perkara yang harus menjadi salah satu pelajaran utama dalam kehidupan mereka ialah bagaimana membahagiakan orang tua mereka. Pada zaman pemberontakan ini, anak-anak yang belum menerima petunjuk dan disiplin yang benar kurang merasakan kewajiban mereka terhadap orang tua. Sering sekali demikianlah halnya sehingga kian banyak usaha diadakan orang tua bagi mereka, kian kurang berterima kasih mereka, dan kian kurang pula mereka menghormati orang tua mereka.

        Dalam banyak hal, peranan orang tua menentukan kebahagiaan masa depan anak-anak mereka. Tugas penting membentuk tabiat anak-anak ini terletak di atas pundak mereka. Petunjuk-petunjuk yang diberikan pada masa kanak-kanak akan mengikuti mereka seumur hidup mereka. Orang tua menaburkan benih yang akan tumbuh dan berbuah bagi kebaikan atau kejahatan. Mereka dapat mengatur anak-anak mereka untuk kebahagiaan atau kesengsaraan.6

Orang Tua Harus Menyetujui

        Anak-anak berperasaan halus dan berbelas kasihan. Mereka mudah dijadikan senang dan mudah dijadikan sedih. Dengan disiplin yang lembut-lembut dan perkataan dan perbuatan yang penuh kasih sayang, kaum ibu dapat memikat hati anak-anak mereka. Menunjukkan kekerasan dan terlalu banyak tuntutan terhadap anak-anak adalah salah semata-mata. Keteguhan yang tidak berubah-ubah dan pengendalian yang tidak disertai emosi perlu sekali untuk disiplin setiap keluarga. Katakanlah apa yang engkau maksudkan dengan tenang, bertindaklah dengan penuh pertimbangan, dan laksanakanlah apa yang engkau katakan tanpa menyimpang.7

        Jangan hendaknya orang tua melupakan tahun-tahun masa kanak-kanak mereka, betapa mereka merindukan simpati dan kasih, betapa sedih perasaan mereka bila dipersalahkan dan digusari. Mereka harus menjadi muda kembali dalam perasaan mereka dan berusaha menyelami keperluan anak-anak mereka. Namun demikian, dengan keteguhan yang disertai cinta, mereka harus menuntut penurutan dari anak-anak mereka. Perkataan orang tua harus ditaati dengan sepenuhnya.8

        Peraturan keluarga yang selalu berubah-ubah mendatangkan kerugian besar, pada hakikatnya hampir sama jeleknya dengan tidak ada peraturan sama sekali. Pertanyaan sering diajukan, Mengapa anak-anak orang tua yang beragama sering sekali bersifat keras kepala, mendurhaka, dan memberontak? Penyebabnya terdapat dalam pendidikan di rumah tangga.

        Kalau orang tua tidak sependapat, biarlah mereka menjauhkan diri dari hadapan anak-anak sampai suatu pengertian dapat dicapai.

        Kalau orang tua bersatu dalam pekerjaan disiplin ini, anak akan mengerti apa yang dituntut daripadanya. Tetapi kalau ayah, oleh perkataan dan pandangan, menunjukkan bahwa ia tidak menyetujui disiplin yang diberikan ibu; kalau ia merasa bahwa ibu itu terlalu keras dan beranggapan bahwa ia harus menebus kekerasan ibu dengan jalan mengusap-usap dan memanjakan maka anak itu akan rusak akhlaknya. Lambat-laun anak itu akan merasa bahwa ia dapat berbuat sekehendak hatinya. Orang tua yang melakukan dosa ini terhadap anak-anak mereka bertanggung jawab atas kebinasaan jiwa-jiwa mereka.9

        Mula-mula sekali orang tua harus belajar mengendalikan diri sendiri, kemudian mereka dapat mengendalikan anak-anak mereka dengan lebih berhasil. Setiap kali mereka tidak mengendalikan diri, dan berbicara dan bertindak kurang sabar, mereka berdosa terhadap Tuhan. Lebih dulu mereka harus bertukar pikiran dengan anak-anak mereka, menunjukkan dengan jelas kesalahan dan dosa anak-anak itu, serta memberikan kesan kepada mereka bahwa mereka bukan saja berdosa terhadap orang tua mereka, tetapi juga terhadap Tuhan. Dengan menahan hati dan penuh belas kasihan dan kesedihan bagi anak-anakmu yang bersalah, berdoalah dengan mereka sebelum memperbaiki mereka. Dengan demikian perbaikan yang kamu adakan tidak akan menyebabkan anak-anak membencimu. Mereka akan mengasihimu. Mereka akan melihat bahwa kamu menghukum mereka bukannya karena mereka menyusahkan kamu, atau kamu ingin melampiaskan perasaan tidak senang kepada mereka; melainkan karena perasaan tanggung jawab, untuk kebaikan mereka, agar mereka tidak dibiarkan tumbuh dalam dosa.10

        Ada anak-anak dari banyak keluarga kelihatan terdidik baik sementara mereka dididik dengan disiplin; tetapi bila kebiasaan yang telah menahan mereka untuk mentaati peraturan dilanggar, mereka kelihatan tidak sanggup berpikir, bertindak, atau mengambil keputusan sendiri.

        Pendidikan yang keras kepada orang-orang muda, tanpa menuntun mereka dengan baik untuk berpikir dan bertindak sendiri menurut kesanggupan dan kecenderungan pikiran mereka sendiri, agar dengan jalan ini mereka dapat mengalami pertumbuhan pikiran, perasaan penghargaan terhadap diri sendiri, serta keyakinan pada kesanggupan mereka sendiri untuk melaksanakannya, akan selamanya menghasilkan serombongan orang-orang muda yang lemah dalam kuasa pikiran dan akhlak. Dan bila mereka berdiri di dunia untuk bertindak sendiri, mereka akan menyatakan bahwa mereka hanya dilatih seperti hewan, dan bukannya dididik. Kemauan mereka, gantinya dibimbing, dipaksa takluk oleh disiplin keras yang diberikan oleh orang tua dan guru-guru.

        Orang tua dan guru-guru yang membanggakan pengendalian mereka yang sempurna atas pikiran dan kemauan anak-anak di bawah pengawasan mereka akan berhenti membanggakan diri, sekiranya mereka dapat menyusuri kehidupan masa depan anak-anak yang ditaklukkan oleh kekerasan dan ketakutan. Anak-anak ini hampir tidak ada persiapan untuk mengambil bagian dalam tanggung jawab kehidupan yang serius. Guru-guru itu merasa puas bahwa mereka sudah hampir sepenuhnya berhasil mengendalikan kemauan anak didik mereka, bukannya guru-guru yang paling berhasil, meskipun untuk sementara tampaknya muluk-muluk.

        Mereka sering terlalu bersikap pendiam, dan menggunakan kekuasaan mereka dalam cara dingin dan tidak menaruh simpati, yang tidak dapat memikat hati anak-anak dan murid-murid mereka. Sekiranya mereka mau mendekatkan hubungan dengan anak-anak itu, dan menunjukkan bahwa mereka mengasihi anak-anak itu, dan mau menunjukkan perhatian dalam segala usaha serta dalam olahraga mereka sekalipun, malahan kadang-kadang menjadi seperti anak-anak di antara anak-anak, mereka akan menjadikan anak-anak itu bergembira dan akan mendapat kasih dan keyakinan anak-anak itu. Dan lambat laun anak-anak itu akan menghormati dan menyukai kekuasaan orang tua dan guru-guru mereka.

        Sebaliknya, orang-orang muda jangan hendaknya dibiarkan berpikir dan bertindak sendiri tanpa bergantung pada pertimbangan orang tua dan guru-guru mereka. Anak-anak harus diajar menghargai pertimbangan yang berdasarkan pengalaman dan dibimbing oleh orang tua dan dibimbing oleh guru-guru. Mereka harus dididik sedemikian agar pikiran mereka disatukan dengan pikiran orang tua dan guru-guru mereka, dan diberi petunjuk sedemikian agar mereka dapat melihat alangkah baiknya menghiraukan nasihat yang baik itu. Dengan demikian bila mereka sudah lepas dari bimbingan orang tua dan guru-guru mereka, maka tabiat mereka tidak goyah seperti bambu yang ditiup angin.11

Membiarkan Anak-anak Tumbuh Tanpa Pengetahuan Adalah Dosa

        Ada orang tua telah gagal memberi anak-anak mereka pendidikan agama dan juga telah melalaikan pendidikan sekolah mereka. Tidak satu pun daripadanya boleh dilalaikan. Pikiran anak-anak harus giat, dan kalau tidak sibuk dengan pekerjaan kasar, atau sibuk belajar, mereka akan mudah mendapat pengaruh-pengaruh jahat. Dosa adanya bagi orang tua membiarkan anak-anak mereka tumbuh tanpa pengetahuan. Orang tua harus menyediakan buku-buku yang berguna dan menarik bagi mereka, dan harus mengajar mereka bekerja, menggunakan waktu untuk pekerjaan yang kasar, serta waktu untuk belajar dan membaca. Orang tua harus berusaha mempertinggi pikiran anak-anak mereka serta memperbaiki kesanggupan mental mereka. Pikiran yang dibiarkan begitu saja tidak dipelihara, biasanya rendah derajatnya, tidak rohani, dan bejat. Setan menggunakan kesempatannya dan mendidik pikiran yang malas.12

        Pekerjaan ibu mulai dengan bayi. Ia harus menaklukkan kemauan dan perangai anaknya, dan mengajar dia menurut. Bila anak itu bertambah besar, janganlah kurangi usaha pengendalian ini. Setiap ibu harus mengambil waktu bertukar pikiran dengan anak-anaknya, memperbaiki kesalahan mereka, dan dengan sabar mengajarkan kepada mereka jalan yang benar. Orang tua Kristen harus mengetahui bahwa mereka sedang mengajar dan melayakkan anak-anak mereka untuk menjadi anak-anak Tuhan. Segenap pengalaman rohani anak-anak itu dipengaruhi oleh petunjuk-petunjuk yang diberikan, dan tabiat yang dibentuk, pada masa kanak-kanak. Kalau kemauan tidak ditaklukkan dan menyerah pada kemauan orang tua, maka sukar adanya memahami pelajaran pada tahun-tahun mendatang. Alangkah pahitnya pergumulan, alangkah besarnya pertentangan, untuk menyerahkan kemauan itu yang belum pernah ditaklukkan kepada tuntutan Tuhan! Orang tua yang melalaikan pekerjaan penting ini mengadakan kekeliruan besar, dan berdosa terhadap anak-anak mereka yang malang itu dan terhadap Tuhan.13

        Hai orang-orang tua, kalau kamu gagal memberi anak-anak kamu pendidikan yang diwajibkan Tuhan untuk kamu berikan kepada mereka, kamu harus mempertanggungjawabkannya kepada-Nya atas akibat-akibatnya. Akibat-akibat ini bukan saja terbatas pada anak-anak kamu. Bila satu duri yang dibiarkan tumbuh di ladang menghasilkan yang sejenisnya, demikian juga dosa-dosa yang diakibatkan oleh kelalaian kamu akan bekerja untuk merusakkan semua orang yang datang di dalam lingkungan pengaruhnya.14

        Kutuk dari Tuhan sudah pasti akan terkena pada orang tua yang tidak setia. Mereka bukan saja sedang menanam duri yang akan melukai mereka di dunia ini, tetapi juga mereka harus menghadapi ketidaksetiaan mereka sendiri bila pengadilan berlangsung. Banyak di antara anak-anak akan berdiri di pengadilan dan mempersalahkan orang tua mereka karena tidak mengekang mereka, dan menuduh orang tua karena kebinasaan yang mereka alami. Simpati palsu dan cinta buta di pihak orang tua menyebabkan orang tua itu memaafkan kesalahan anak-anak mereka dan melewatkannya begitu saja tanpa memperbaikinya, dan sebagai akibatnya anak-anak mereka hilang, dan darah mereka dituntut dari orang tua yang tidak setia itu.15 (berlanjut ke bagian 2)

Oleh: Ellen White

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?