[AkhirZaman.org] Satu sepatu putih milik ratu terakhir Perancis sebelum Revolusi 1789, Marie Antoinette, yang terbuat dari sutra dan kulit kambing laku 43.750 euro (Rp 732 juta) pada Minggu (15/11/2020). Sepatu Marie Antoinette sepanjang 22,5 cm itu kira-kira setara dengan ukuran 36 Eropa, berhias pita-pita dan dalam kondisi baik, meski ada sedikit cacat di sutranya, kata rumah lelang Osenat. Kantor berita AFP mewartakan, para kolektor internasional menunjukkan minat tinggi kepada sebiji sepatu Marie Antoinette itu.
Osenat mengatakan, dari harga awal 8.000-10.000 euro (Rp 113-141juta) merangkak cepat sampai 43.750 euro yang jatuh kepada pembeli yang tak disebut identitasnya. Harga itu setara dengan hampir 4 unit mobil Avanza, yang satu unitnya rata-rata seharga Rp 200 juta-an. Lelang sepatu Marie Antoinette itu dilakukan di Versailles, kota di sebelah barat Paris yang pernah menjadi rumah bagi istana Kerajaan Perancis. Istana Versailles termasuk Grand Hall of Mirrors dan pekarangannya adalah salah satu obyek wisata utama di “Negeri Anggur” tersebut.
Sejak kedatangan Marie Antoinette di sana pada usia 15 tahun, ia langsung menikmati gaya hidup mewah.
Lalu dalam kekacauan Revolusi Perancis, sepatu itu berpindah kaki ke Marie-Emilie Leschevon, teman dekat kepala pelayan ratu. Keluarganya menyimpannya selama beberapa generasi, kemudian dilelang 227 tahun setelah kematiannya.
Marie Antoinette yang lahir sebagai adipati wanita Austria, adalah istri Louis XVI yang digulingkan oleh Revolusi Perancis 1789. “Berikan mereka kue,” katanya kadang-kadang saat diberitahu petani kelaparan karena tidak ada roti. Pasangan kerajaan itu dieksekusi dengan guillotine pada 1793, tetapi pesona Marie-Antoinette kadang berpendar di Perancis. Tahun lalu sebuah pameran di Conciergerie bekas penjara Perancis tempat Marie Antoinette dipenjara sebelum dieksekusi, menelusuri kembali perubahan representasi ratu Perancis terakhir melalui lukisan, mangga, film, bahkan boneka Barbie.
Kecenderungan orang muda pada zaman ini ialah mengabaikan dan menghinakan penghematan dan mengacaukannya dengan kekikiran dan kepicikan. Tetapi penghematan yang benar dengan pandangan dan perasaan yang paling luas dan liberal; tidak mungkin ada kedermawanan sejati di tempat hal itu tidak dijalankan. Jangan hendaknya seorang pun beranggapan bahwa tidak perlu belajar menghemat dan mencermatkan sisa-sisa yang masih dapat dipergunakan. (Nasihat Bagi Sidang, hal.182, pf.11)
“Masa keamanan akan tiba bagimu; kekayaan yang menyelamatkan ialah hikmat dan pengetahuan; takut akan TUHAN, itulah harta benda Sion. (Yesaya 33:6)