Dalam Pekerjaan.
[AkhirZaman.org] Kita harus menjalankan pertarakan dalam pekerjaan kita. Bukanlah tugas kita untuk menempatkan diri kita dimana kita akan bekerja dengan berlebih-lebihan. Beberapa orang boleh jadi kadang-kadang ditempatkan dimana hal ini diperlukan, tetapi hal itu haruslah merupa kekecualian, dan bukannya sebagai peraturan. Kita harus menjalankan pertarakan dalam segala perkara. Jikalau kita menghormati Tuhan dengan melakukan bagian kita, maka sebagai bagian-Nya Ia akan memelihara kesehatan kita. Kita harus memiliki satu pengendalian yang masuk di akal terhadap segala organ tubuh kita. Oleh menjalankan pertarakan dalam hal makan, minum, berpakaian, pekerjaan dan dalam segala perkara, kita akan dapat berbuat bagi diri kita apa yang dokter tidak dapat perbuat bagi kita.
Sebagai satu peraturan, pekerjaan hari itu jangan diperpanjang sampai malam harinya…. Kepada saya telah ditunjukkan bahwa mereka yang melakukan hal ini sering mengalami kerugian lebih banyak daripada keuntungan, oleh karena tenaga mereka dihabiskan, dan mereka bekerja dengan ketegangan syaraf. Mereka mungkin tidak menyadari adanya bahaya yang segera, tetapi yang pasti ialah mereka sedang merusak tubuh mereka.
Mereka yang mengadakan usaha yang besar untuk menyelesaikan sedemikian banyak pekerjaan pada satu waktu tertentu, dan terus menerus bekerja sekalipun pertimbangan mereka mengatakan bahwa mereka harus beristirahat, tidak pernah memperoleh keuntungan. Mereka sedang hidup dengan modal pinjaman. Mereka sedang memboroskan tenaga hidup yang akan mereka perlukan pada satu waktu di kemudian hari. Dan bilamana tenaga yang mereka boroskan dengan semberono itu diperlukan, merekapun gagal oleh karena kekurangan tenaga itu. Kekuatan tubuh hilang, kuasa pikiran habis.
Mereka menyadari bahwa mereka telah menderita kerugian, tetapi tidak mengetahui kerugian apa itu. Waktu dimana mereka memerlukannya tiba, tetapi kekuatan tubuh mereka sudah habis. Setiap orang yang melanggar hukum-hukum kesehatan pada suatu waktu harus menjadi orang yang menderita sedikit atau banyak. Allah telah melengkapi kita dengan kekuatan tubuh, yang akan diperlukan pada waktu waktu yang berbeda dalam hidup kita. Jikalau kita dengan sembarangan memboroskan tenaga ini dengan terus menerus memikul beban yang berlebih-lebihan, maka pada suatu waktu kita akan mengalami kerugian.
Dalam Berpakaian.
Dalam segala hal pakaian haruslah menyehatkan. “Di atas segala sesuatu,” Allah menghendaki agar kita “berada dalam keadaan sehat,” sehat dalam tubuh dan sehat dalam jiwa. Kita harus menjadi orang orang yang bekerja sama dengan Dia demi kesehatan tubuh baik jiwa. Kedua duanya itu ditingkatkan oleh pakaian yang sehat.
Hal itu harus memiliki penarikan, keindahan, keadaan yang patut dari kesederhanaan yang wajar. Kristus telah mengamarkan kita terhadap kesombongan hidup, tetapi bukan terhadap penarikan dan keindahannya yang wajar.
Dalam Hal Makan.
Pertarakan yang benar mengajar kita untuk sama sekali meninggalkan segala sesuatu yang membahayakan, dan menggunakan dengan bijaksana apa yang menyehatkan. Hanya sedikit orang yang menyadari sebagaimana harusnya betapa eratnya hubungan antara kebiasaan makan mereka dengan kesehatan mereka, dengan tabiat mereka, dengan kegunaan mereka di dalam dunia ini, dan dengan nasib mereka yang kekal. Selera makan harus senantiasa tunduk kepada kuasa akhlak dan pikiran. Tubuh harus menjadi hamba kepada pikiran, dan bukan pikiran kepada tubuh.
Mereka yang makan dan bekerja dengan tidak bertarak dan tidak disertai pertimbangan, berkata-kata dan bertindak tanpa pertimbangan. Tidaklah perlu untuk meminum minuman keras untuk menjadi orang yang tidak bertarak. Dosa akibat makan yang tidak bertarak—makan terlalu banyak makan terlalu sering dan makan makanan yang mewah dan tidak menyehatkan—merusak pekerjaan yang sehat alat-alat pencernaan, mempengaruhi otak, dan merusak pertimbangan, menghalangi cara berpikir dan bertindak, yang masuk di akal, tenang dan sehat.
Perhatian yang Khusus supaya Jangan Makan Berlebih-lebihan.
Di dalam sembilan dari antara sepuluh persoalan lebih banyak bahaya makan terlalu banyak daripada makan terlalu sedikit…. Banyak orang yang sakit yang tidak menderita penyakit apa-apa. Penyebab sakit mereka adalah pemanjaan selera makan. Mereka beranggapan bahwa jikalau makanan itu menyehatkan, mereka boleh makan sebanyak yang mereka kehendaki. Ini adalah satu kesalahan yang besar. Orang orang yang tenaganya sudah dilemahkan harus makan makanan dengan secukupnya saja bahkan dalam jumlah yang terbatas. Barulah sistim dalam tubuh disanggupkan untuk melaksanakan pekerjaannya dengan mudah dan dengan baik, dan sejumlah penderitaan yang besar akan dapat dihindarkan.
Jangan Menyangkal Allah dengan Satu Tindakan Tidak Bertarak.
Kita sudah dibeli dengan satu harga; oleh sebab itu kita harus memuliakan Allah dalam tubuh dan dalam roh kita, yang menjadi milik-Nya. Kita tidak boleh menyangkal Dia dengan satu perbuatan yang tidak bertarak, oleh karena Anak Allah yang tunggal itu telah membeli kita dengan satu harga yang tidak ternilai, bahkan dengan mengorbankan hidup-Nya. Ia tidak mati bagi kita agar kita menjadi budak pada kebiasaan yang jahat, tetap agar kita bisa menjadi anak-anak lelaki dan perempuan Allah, sambil melayani Dia dengan segenap kesanggupan yang ada dalam diri kita.
Mereka yang terus menerus menyadari bahwa mereka berdiri dalam hubungan seperti ini dengan Allah tidak akan memasukkan ke dalam perut makanan yang menyenangkan selera, tetapi yang merusak alat-alat pencernaan Mereka tidak akan merusak milik Allah dengan memanjakan kebiasaan-kebiasaan yang tidak patut dalam hal makan, minum atau berpakaian. Mereka akan memelihara dengan hati-hati sekali akan mesin-mesin tubuh manusia itu, sarnbil menyadari bahwa mereka harus melakukan hal ini agar dapat bekerja sama dengan Allah. Ia menghendaki agar mereka sehat, berbahagia dan bermanfaat. Tetapi agar mereka bisa menjadi seperti itu, mereka harus menempatkan kehendak mereka di pihak kehendak-Nya.
Bawalah Kebiasaan Bertarak Itu ke dalam Segala Urusan urusan yang Kecil, dalam Hidup Rumah Tangga.
Kami menganjurkan supaya prinsip-prinsip pertarakan dimasukkan ke dalam segala hal hal yang kecil dalam hidup rumah tangga; agar teladan orang tua menjadi satu pelajaran tentang pertarakan; agar penyangkalan diri dan pengendalian diri diajarkan kepada anak anak dan dipaksakan kepada mereka, seteguh teguhnya, semenjak masa bayi.
Di dalam lingkungan keluarga dan di dalam sidang kita harus menempatkan pertarakan Kristen di atas sebuah mimbar yang tinggi. Itu harus menjadi unsur yang hidup dan bekerja, sambil membaharui kebiasaan, kecenderungan dan tabiat.
–Mendidik & Membimbing Anak, Pasal 63