Tetapi Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun, karena kamu tidak percaya kepadaKu dan tidak menghormati kekudusanKu di depan mata orang Israel itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka. Bil 20: 12.
[AkhirZaman.org] Ada orang yang mungkin mengira dosa (Musa) adalah jenis dosa yang dapat dianggap ringan saja; tetapi Allah melihat tidak sama dengan manusia. Ketika gunung-gunung di Kanaan sudah dapat dilihat orang-orang Israel bersungut-sungut oleh sebab sungai yang mengalir di tempat di mana saja mereka berkemah kini tidak ada lagi. Teriakan orang banyak itu ditujukan kepada Musa dan Harun, yang mereka tuduh telah membawa mereka ke padang gurun untuk binasa. Para pemirnpin pergi ke pintu kemah sembahyang dan menyembah sujud, Kembali tampaklah kemuliaan Tuhan kepada mereka, dan Musa disuruh, “Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun kakakmu, harus menyuruh umat Ku berkumpul, katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu” (Bil 2028).
Kedua bersaudara itu pergi ke hadapan orang banyak, Musa dengan tongkat Allah di tangannya. Meraka kini sudah tua. Sudan lama mereka menanggung pemberontakan dan keras kepala orang Israel; tetapi sekarang kesabaran Musapun habis. “Dengarlah kepadaku hai orang-orang durhaka,” teriaknya, “apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?” (ayat 10).
Maka gantinya berbicara kepada batu itu seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, ia memukul batu itu dua kali dengan tongkat. Air memancar dengan limpahnya untuk memuaskan orang banyak itu. Tetapi suatu kesalahan besar sudah dilakukan. Musa telah berbicara dengan perasaan tidak sabar…. “Apakah kami harus mengeluarkan air?” ia bertanya, seakan-akan Tuhan tidak akan melaksanakan apa yang dijanjikanNya. “Kamu tidak percaya kepadaKu,” kata Tuhan kepada kedua bersaudara itu; “dan tidak menghormati kekudusanKu di depan mata orang Israel” (ayat 12).
Labih daripada ini, Musa dan Harun telah mengambil bagi diri mereka kuasa yang hanya dimiliki Allah. Kebutuhan akan campur tangan Ilahi membuat kejadian itu salah satu hal yang sangat khidmat, dan para pemimpin Israel seharusnya memanfaatkan hal tersebut untuk memberi kesan kepada orang banyak supaya menghormati Allah dan menguatkan iman mereka terhadap kuasa dan kebajikan-Nya. Ketika dengan marah mereka berteriak, “Apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?” mereka menempatkan diri mereka pada kedudukan Allah, seakan-akan kuasa itu adalah kuasa mereka sendiri. Dengan perkataan ini mereka benar-benar tidak rnenghormati Kristus, Pemimpin mereka yang tidak kelihatan itu. Allah yang harus dimuliakan, bukan manusia. Tuhan menegur para pemimpin ini dan menyatakan mereka tidak akan masuk Tanah Perjanjian. Di hadapan orang-orang Ibrani itu la menyatakan bahwa dosa pemimpin adalah lebih besar daripada dosa mereka yang dipimpin. -Manuscript 169, 12 Oktober 1903, “Kata-kata Amaran Dari hal Bahaya Zaman Ini.”