Friday, April 19, 2024
Google search engine
HomeUncategorizedTipuan Demokrasi

Tipuan Demokrasi

[AkhirZaman.org] Mungkin anda yang sering mengikuti aksi mahasiswa atau sering melihat media tentunya sudah tidak asing lagi dengan kata-kata diatas. Teriakan-teriakan yang keluar dari mulut ini bukan karena ada hari perayaan atau teriakan seorang penggemar pada tokoh idolanya, tapi seruan itu keluar karena banyaknya penindasan, kerusakan, kemiskinan, kebodohan dan sejenisnya yang terjadi dibumi kita ini. Seakan-akan Kapitalisme dan neoliberalisme musuh yang harus dihadapi dan solusi untuk itu adalah perlunya diberlakukan kembali demokrasi. Pertanyaannya, apakah Negara kita ini tidak menganut demokrasi? Apakah demokrasi sudah digantikan oleh system lain? Kalau iya, sejak kapan Indonesia sudah tidak menganut demokrasi?

Inilah salah satu dari sekian keanehan gerakan penegakan demokrasi yang terlihat. Kurang enak kedengarannya ketika melakukan orasi tanpa kehadiran kata demokrasi sebagai penyemangat peserta aksi. Yel-yel yang memuji dan menyanjung demokrasi terus berulang, tidak ada pun sedikit kecurigaan pada diri demokrasi. Demokrasi dinilai sebagai sistem politik dan pemerintahan terbaik didunia ini dan kelak sampai akhir zaman nanti, demokrasilah yang akan membawa rakyat untuk hidup adil dan makmur. Apalagi ketika demokrasi harus berhadapan dengan Fasisme, Otoriterisme, Komunisme dan paham-paham yang anti demokrasi lannya, sudah pasti pilihan akan jatuh pada Demokrasi sebagai solusinya.

Tentu saja Demokrasi di negeri ini masih ada.  Bahkan dalam prakteknya lebih demokratis dari Negara pejuang demokrasi Amerika Serikat (AS).  Kita bisa melihat, Indonesia pernah memiliki presiden perempuan sedangkan di AS belum pernah, Indonesia jumlah partai yang ikut pemilu sampai 48 sedangkan AS cuma 2. lebih dari itu, Indonesia didaulat sebagai jawara demokrasi karena dianggap sukses menyelenggarakan pemilihan langsung Legislasi maupun Presiden pada tahun 2004 yang dipuji oleh majalah terkemuka The Economist, yang dalam cover story-nya membuat Judul “Indonesia’s Shining Muslim Democrazy” (”Demokrasi Muslim Bersinar Indonesia”). Hal yang senada juga diberikan oleh Mantan Presdide AS Jimmy Carter, “Sebuah Tonggak baru sejarah bagi kita, pemilu ini (pemilu 2004) juga merupakan langkah penting bagi demokrasi diseluruh dunia. Rakyat Indonesia sedang memberikan contoh dramatik tentang perubahan politik yang damai dan dengan kukuh menafikan klaim Islam yang bersifat antidemokratik “ (International Herald Tribune, 15/7/2004).

Walaupun begitu tetap saja AS juga Eropa menjadi rujukan bagi praktik Demokrasi dibelahan dunia termasuk Indonesia.  Para pejabat atau wakil rakyat dinegeri ini kerap melakukan studi banding ke AS atau negara-negara Eropa. Jadi, tidak ada alasan bagi anda untuk kecewa karena demokrasi tidak berlaku di bumi Indonesia. Secara kasat mata demokrasi terlihat dimana-dimana, dari pelaku amoral sampai penegak moral diberikan kebebasan untuk melakukan yang diinginkan.

Namun coba anda renungkan ketika semua ide diwadahi demokrasi dan hasilnya adalah seperti sekarang ini. Kita akan meragukan apakah jargon demokrasi benar-benar bisa mewadahi seluruh ide masyarakat dan merupakan pencerminan suara rakyat.  Bagaimana mungkin bisa mengambil keputusan jika ada 1 juta penduduk yang mau disatukan seluruh idenya menjadi sama dalam kemauan, visi dan misi? Kata para aktivis demokrasi, Mungkin saja yaitu dengan membuat sistem perwakilan dengan seleksi pemilu, 1 orang mewakili 50.000 orang. Apa bisa 1 orang mewakili ide 50.000 orang dan dianggap representasi dari 50.000 orang tersebut.

Lebih masuk diakal bahwa demokrasi hanyalah topeng dari sekumpulan elit untuk satu maksud tertentu.  Dan demokrasi, kapitalisme dan neoliberalisme adalah saudara kandung dari satu ibu dengan ber-ayahkan ilah-ilah dunia ini.

Sejarah awalnya demokrasi muncul adalah ketika pada masa kegelapan Eropa, dimana raja yang memerintah sangat otoriter dan sewenang-wenang. Dengan mengatasnamakan Agama (Kristen) raja memerintah, suara raja seolah-olah sebagai suara Tuhan, raja seakan wakil Tuhan yang turun ke bumi. Namun pada prakteknya raja atas nama agama bertindak sewenang-wenang. Segala macam bentuk pemikiran yang dikeluarkan oleh para ilmuwan yang berlawanan dengan teori gereja akan mendapat hukuman dari sang raja. Banyaknya ilmuan-ilmuan yang ditangkap dan dibunuh karena mengeluarkan teori pengetahuan yang bertentangan dengan gereja. Misalnya saja teori Heliosentris yang dikeluarkan oleh Nicolas Copernicus berlawanan dengan teori gereja bahwa bumi adalah pusat tata surya (geosentris). Dan masih banyak lagi bentuk penindasan atas nama agama. Pada saat itulah muncul kaum intelektual yang bertentangan dengan kaum gereja yang saling berperang, akhirnya karena terus-menerus terjadi pergolakan sosial, muncul opsi, suara “tuhan” (raja & gerejawan) atau suara rakyat. Dan pada saat itu muncullah sesosok ide yaitu ‘Demokrasi’ yang pernah ditinggalkan oleh kaum yunani karena merupakan ide yang buruk. Diantara kebingungan masyarakat itulah akhirnya mereka memilih memisahkan kehidupan agama dengan politik, bukan berarti tidak percaya ‘Tuhan’ tapi ‘Tuhan’ tidak punya campur tangan dalam kehidupan politik & pemerintahan. Inilah sejarah kelam eropa, dan masyarakat sangat takut ketika agama kembali berkuasa dan menjadi dasar Negara. Masyarakat barat lebih nyaman dengan ide tersebut.

Pemisahan agama dari kehidupan biasa disebut Sekulerisme.  Dari sekulersime ini muncullah yang namanya liberalisme yaitu kebebasan individu untuk berbuat dan Negara wajib untuk melindungi kebebasan ini, dari sini pula muncul ide kebebasan individu untuk memiliki apa saja khususnya dalam bidang ekonomi dan muncullah paham Kapitalisme. Individu bisa memiliki apa saja termasuk kalau dia mau menguasai SDA yang mengusai hajat hidup orang banyak bahkan punya sebuah pulau pribadi dan mampu untuk itu, Negara tidak punya hak untuk melarangnnya. Dari Kapitalisme ini muncul lagi para individu yang ingin menguasai sektor-sektor publik yang biasa disebut privatisasi. Dari situ muncul lagi imperialisme, neoliberalisme, Pluralisme bahkan untuk tataran individu muncul istilah HAM, Gender, kebebasan berekspresi, dan sebagainya.

Muncul pertanyaan dimana posisi dari demokrasi dalam sejarah tersebut. Demokrasi secara gamblang terlihat bahwa dia adalah pendukung dari ide sekulerisme, neoliberalisme, & kapitalisme. Subtansi Demokrasi adalah kedaulatan ditangan rakyat, rakyatlah sebagai tuhan dari pembuat aturan untuk kehidupan. Itulah mungkin deskripsi singkat silsilah keluarga dari demokrasi. Dan ini bukanlah berarti bahwa kedaulatan negara di tangan Tuhan adalah ide yang buruk.

Mari kita kembali mengkaji demokrasi, yang secara praktis ternyata kedaulatan ditangan rakyat itu adalah utopis, dengan bukti bahwa para penguasa dalam Negara demokrasi adalah para pemilik modal. Dalah hal yang wajar ketika para kapitalis menguasai Negara, karena dalam demokrasi ada proses ritual sakral dan tidak bisa tidak dijalankan walaupun harus memakan biaya yang bertrilyun-trilyun rupiah yaitu pemilu. Fakta dilapangan menunjukkan anda tidak mungkin mendapat kekuasaan jika tidak mendapat dukungan modal yang besar. Dari manakah Modalnya? Tentulah dari para kaum pemodal, yang tentu saja tidak memberinya sebagai donasi, sehingga adalah tidak mungkin kalau tidak ada timbal balik.

Tapi apa timbal baliknya?  New World Order! Tatanan Dunia Baru.
Tatanan Dunia Baru  bukan sebuah ‘konspirasi’ dalam pengertiannya yang paling keras – ini adalah agenda.  Agenda ini disusun oleh elit kekuasaan yang berpikir bahwa mereka memiliki hak ketuhanan untuk merampas kendali total pada kehidupan Anda. Tapi siapa ‘mereka’? Siapa ‘elit kekuasaan’ itu? PBB, Uni Eropa, Council on Foreign Relations, Bilderberg Group, Trilateral Commission, Rockefellers, Rothschilds, Royal Institute of International Affairs, Club of Rome. Daftar ini terus memanjang dan sudah banyak buku yang ditulis yang menceritakan sejarah kelompok-kelompok tersebut serta bagaimana mereka saling berhubungan… Agenda itu adalah konsolidasi dan pemusatan kekuasaan ke dalam genggaman Pemerintahan Dunia yang meliputi semua hal. Sistem ini akan berkembang dari Uni Eropa (sudah ada di tempatnya), Uni Amerika (dimulai dari NAFTA), dan Uni Asia. Jika 3 model ini sudah eksis, mereka akan dipersatukan untuk membangun Satu Pemerintahan Dunia.” – Paul Joseph Watson, “Order Out of Chaos”
Mengertilah bahwa dunia ini sedang direncana terpusat pada satu kendali yang apapun bentuknya adalah sistem yang akan membawa manusia jauh dari Tuhan dan hal itu akan terwujudkan dengan DEMOKRASI!

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?