Tuesday, March 19, 2024
Google search engine
HomeAktifitasBelajar Firman TuhanSERI PEMBELAJARAN TENTANG KEBENARAN OLEH IMAN (3): APA YANG SEBENARNYA DITUNTUT...

SERI PEMBELAJARAN TENTANG KEBENARAN OLEH IMAN (3): APA YANG SEBENARNYA DITUNTUT OLEH HUKUM

Dibawakan oleh: Camron Schofield
Diterjemahkan oleh: G. Kadarman, Jr.

Selamat datang kembali.
[AkhirZaman.org] Apakah anda mendapati bahwa pembelajaran kita yang lalu sedikit menarik? Mungkin saja pembelajaran itu melakukan sesuatu yang sama seperti yang dilakukannya kepada saya – membebaskan saya.

Anda lihat, saya menghabiskan hampir seluruh hidup saya mencoba dan mencoba untuk melakukan segala sesuatunya dengan benar. Saya mencoba dengan begitu keras untuk menjadi sempurna, tetapi nyatanya semua yang saya alami adalah kekecewaan dan penghukuman.

Saya telah mencari kesempurnaan yang akan menyenangkan hukum itu di tempat yang salah.

Dalam pembelajaran yang lalu, saya telah berjanji untuk memberi tahu kepada anda apa yang SEBENARNYA hukum tersebut tuntut dari kita. Saya akan melakukannya dalam beberapa saat lagi.

Tetapi pertama-tama, pernahkah anda mendengar frasa “Kebenaran Oleh Iman”?

Pernahkah anda bertanya-tanya apa arti frasa tersebut? Saya tidak suka menggunakan klise umum Kristen dalam presentasi-presentasi saya, karena saya jumpai bahwa seringkali kita tidak mengetahui apa artinya, tetapi sepertinya kita berpikir bahwa yang penting asalkan kita bisa mengucapkan frasa-frasa luar biasa ini, kita akan baik-baik saja. Maka dari itu saya mencoba untuk menghindari mereka. Tetapi saya akan menggunakan frasa “kebenaran oleh iman” karena sebenarnya hal ini adalah sebuah rangkuman sederhana atas pembelajaran yang kita jalani sekarang.

Mari kita baca definisi “kebenaran”:

Perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus 227
Kebenaran berarti perbuatan benar…

Itulah kebenaran. Kita tidak membutuhkan seluruh argumentasi teologis untuk menjelaskannya. Untuk menjaga segala sesuatunya sederhana, mari kita menganggap kebenaran itu sederhananya sebagai “perbuatan benar”. Karena hal inilah yang kita butuhkan, bukankah begitu? “Perbuatan benar” sebagaimana perbuatan yang benar YANG ADALAH dapat diterima oleh hukum Tuhan? Karena kita baru saja mempelajari bahwa, perbuatan benar SAYA tidaklah cukup baik adanya.

Tetapi marilah kita membaca pernyataan selanjutnya:

Perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus 227
Kebenaran berarti berbuat benar, dan melalui perbuatan-perbuatannya-lah setiap orang akan dihakimi. Tabiat-tabiat kita akan dinyatakan melalui apa yang kita perbuat. Perbuatan-perbuatan itulah yang akan menunjukkan apakah iman itu benar-benar sejati.

Jadi, jika kebenaran itu adalah perbuatan benar, mari kita pikirkan “kebenaran oleh iman” itu sebagai “perbuatan benar oleh iman”. Jika kita memikirkannya seperti itu, hal tersebut sebenarnya sangat masuk akal.

Mari kita beranjak kepada kitab Roma 14:23, bagian akhir:

Roma 14:23
Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.

Segala sesuatu, apapun yang kita lakukan, yang bukanlah hasil daripada iman adalah dosa. Melalui IMAN-lah PERBUATAN BENAR itu datang kepada kehidupan kita. Maka dari itulah disebut “perbuatan benar oleh iman”.

Jika perbuatan-perbuatan KITA tidaklah dapat diterima, maka apa yang iman itu harus perbuat? Iman itu harus membawa perbuatan-perbuatan seseorang yang lain ke dalam kehidupan kita. Dan menurut anda perbuatan siapakah itu? Coba lihat ayat berikut ini:

Yesaya 54:17, bagian akhir
Inilah yang menjadi bagian hamba-hamba TUHAN dan kebenaran yang mereka terima [ialah] dari pada-Ku, demikianlah firman TUHAN.

“Perbuatan benar mereka ialah dari pada-Ku” – Tuhan berkata di sini bahwa IA-lah yang akan menyediakan bagi kita perbuatan benar-Nya. Ia mengetahui bahwa perbuatan-perbuatan kita tidaklah cukup baik adanya. Maka dari itu Ia berkata, “Aku akan mengerjakannya untukmu.”

Apakah perbuatan-perbuatan-Nya cukup baik adanya? Dalam kitab Daniel pasal sembilan ayatnya yang ke-empat belas, Daniel mengatakan:

Daniel 9:14
Karena TUHAN, Allah kami, adalah adil (KJV: benar) dalam segala perbuatan yang dilakukan-Nya…

Tentu saja perbuatan-Nya cukuplah baik adanya. Segala perbuatan yang dilakukan-Nya adalah benar – segalanya adalah perbuatan benar. Faktanya, Dia-lah DEFINISI kebenaran itu. Dan hukum itu adalah DEFINISI-NYA, jadi apakah yang sebenarnya dituntut oleh hukum?

A.T. Jones 1893 General Conference Bulletins 412 dan Jones di sini berbicara ketika hukum itu mendatangi seseorang dan menuntut akan kesempurnaan hidup.

A.T. Jones 1893 General Conference Bulletins 412
“Jadi,” kata seseorang, “Saya belum memilikinya. Tetapi saya sudah melakukan yang terbaik.” Tetapi hukum itu akan berkata, “Itu bukanlah yang saya minta. Saya tidak menginginkan ‘yang terbaik’ anda. Saya menginginkan kesempurnaan. Namun bukan juga perbuatan benarmu yang kuinginkan; melainkan perbuatan benar Tuhan-lah yang kuinginkan. Yang kucari bukanlah kebenaranmu; Saya menginginkan kebenaran Allah darimu. Bukanlah perbuatanmu-lah yang kuinginkan. Yang kuinginkan adalah perbuatan benar Allah dalam hidupmu.” Itulah yang dikatakan oleh hukum itu kepada setiap orang.

HAHA! Anda lihat? INILAH yang diinginkan oleh hukum tersebut. Ia TIDAK MENGINGINKAN penurutan SAYA. Ia menginginkan penurutan ALLAH dalam kehidupan saya (Allah yang menghidupkan penurutan di dalam saya). Maka sekarang kita dapat berhenti melihat kepada diri kita sendiri untuk mencoba dan mencoba untuk menurut dan sebaliknya mulailah melihat kepada Allah dan mintalah kepada-Nya untuk melakukan perbuatan-perbuatannya bagi kita.

Mazmur 127:1
Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.

Jika bukan Tuhan yang bekerja, sia-sialah! Ingatkah anda akan apa yang kita telah baca dalam Yesaya 64:6 (KJV)? Bahwa “semua kebenaran (perbuatan benar) kami adalah seperti kain kotor” yang melambangkan kematian dan kesia-siaan.

Saya baru belakangan ini menemukan sebuah ayat yang begitu indah dalam kitab Ayub. Di sini ia menggambarkan hukum itu dan menjabarkan apa yang hukum tersebut tuntut dari saya secara jelas:

Ayub 23:14, bagian pertama
Karena Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan atasku…

Dalam ayat ini kata “ditetapkan” berasal dari kata Ibrani “khoke” yang berarti “tugas yang ditentukan”, secara khusus berhubungan dengan hukum.

Hanya dalam beberapa kata saja, Ayub telah merangkum hal-hal yang kita sekarang ini sedang pelajari: Allah sendiri yang akan melakukan dalam hidup kita segala sesuatu yang dituntut oleh hukum.

Kebenaran-kebenaran ini sangatlah berharga bagi saya. Saya secara khusus bersyukur kepada Allah atas kutipan tersebut yang A.T. Jones telah jabarkan untuk saya. Hukum itu tidak menginginkan penurutan saya! Saat kita menjumpai bahwa kita tidak lagi perlu untuk mengandalkan diri kita sendiri, hal itu membawa kelegaan. Tahun demi tahun kita mencoba untuk mengerjakannya sendiri, tetapi apa yang kita perbuat hanyalah semakin menjauh dari tempat yang kita kehendaki. Betapa menegangkannya itu? Apalagi saat anda melihat betapa sedikitnya waktu yang kita miliki untuk bersiap bagi kedatangan Tuhan yang kedua kalinya!

TETAPI jika TUHAN yang bekerja, maka apalagi yang harus saya khawatirkan? TIDAK ADA!

Yesaya 26:12
Ya TUHAN, Engkau menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami.

Seberapa banyak pekerjaan? SEGALANYA! Dan inilah hadiah damai Allah bagi kita. Dia tidak ingin kita menjadi terbeban dan khawatir tentang APAPUN. Bahkan tentang keselamatan kita! Karena jika kita rela untuk mengizinkan Dia yang bekerja, maka kita memiliki segala sesuatu yang kita butuhkan untuk hari ini, segala sesuatu yang kita butuhkan untuk masa kesusahan di hari esok, dan kita memiliki penurutan yang sempurna dalam masa penghakiman sekarang ini yang mana HUKUM itu akan SANGAT PUAS dengannya!

Satu hal yang saya sukai mengenai kenyataan ini adalah: Ada banyak hal dalam hidup kita yang perlu diubah. Dan banyak kali kita khawatir akan apa yang keluarga kita atau teman kita akan pikirkan ketika mereka melihat kita mengubah makanan-makanan kita, cara berpakaian kita, atau segala sesuatu lainnya yang Allah ingin kerjakan. TETAPI jika TUHAN yang bekerja, dan ada orang yang berkeberatan dengannya, kita tidak perlu menganggapnya secara pribadi. BUKANLAH AKU YANG BEKERJA! Jikalau mereka berkeberatan, mereka boleh pergi dan berhadapan dengan Tuhan sebab Dia-lah yang mengerjakannya!

Jika Tuhan yang bekerja, Ia sendirilah yang akan berurusan dengan akibat-akibatnya, bukan saya!

Maka dari itu SESUNGGUHNYA TIDAK ADA APAPUN yang harus kita khawatirkan saat Tuhan yang bekerja. TIDAK ADA!

Apakah Rasul Paulus pernah terbeban akan sesuatu? Dia bahkan terdampar dalam badai! Namun, dia memiliki damai yang sempurna dalam segala pengalaman-pengalaman hidupnya. Mengapa?

Kolose 1:29
Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.

Dia tidak pernah terbeban akan apapun karena Tuhan-lah yang bekerja dalam hidupnya. Rasul Paulus hanya berkata, “Tuhan, kamulah yang bekerja. Sebab aku tidak sanggup!” dan Tuhan berkata, “Dengan senang hati!”

Seringkali saya berpikir berapa sering Tuhan harus menyaksikan saya membuat kekacauan dalam hidup saya. Dan Ia telah berdiri di sana, rindu untuk mengerjakannya bagi saya, dan saya berkata, “Tidak usah Tuhan, aku mampu.” Maka saya beranjak dan mengacaukannya. Ia kemudian berkata, “Aku akan bereskan untukmu.” Dan saya berkata, “Tidak usah Tuhan, aku sanggup. Aku mengacau, maka aku pula yang akan membereskannya!” Berapa sering saya mendukakan hati Tuhan! Jika saja saya boleh merelakan agar Ia boleh mengerjakannya untuk saya, betapa ringannya hidup ini seharusnya. Tidak hanya untuk saya, melainkan untuk orang-orang di sekitar saya juga.

Filipi 2:12, 13
Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.

Kita membaca ayat 12 dan kita berpikir: LIHAT! Saya harus mengerjakan keselamatan SAYA. Maka kita mencobanya. Namun coba perhatikan apakah arti dari melakukannya dengan TAKUT dan GENTAR? Terus-menerus mencoba, terus-menerus gagal (suatu perasaan was-was karena menyadari bahwa jika kita yang melakukannya oleh usaha sendiri maka akan selalu gagal), (sehingga membuat kita) terus-menerus berada di bawah ketakutan akan penghukuman (karena bayang-bayang kegagalan).

Tetapi kita MELUPAKAN ayat 13: Adalah Tuhan yang mengerjakan di dalam kita baik KEMAUAN maupun apa? PEKERJAAN menurut kerelaan-Nya.

Takut dan gentar yang disebutkan di dalam ayat 12 sebenarnya takut bahwa kita akan mengerjakan pekerjaan kita sendiri! Saat kita bangun tiap pagi, (atas dasar ayat itu seharusnya) doa pertama kita harusnya, “Tuhan! Jangan biarkan aku mengerjakan pekerjaanku sendiri hari ini! Tolong, Engkau pasti bisa!” dan ini perlu menjadi doa hati kita yang terus-menerus sepanjang hari, saat demi saat, apapun yang perlu dilakukan pada hari itu, saat memakai kaos kaki, saat menggosok gigi, atau saat menghadapi cobaan besar di tempat kerja, secara khusus saat berperang menghadapi pencobaan terhadap dosa. “Engkau saja Tuhan yang mengerjakannya. Aku tidak sanggup!” Maka Tuhan akan dengan senang hati mengerjakan bagi kita hal-hal yang tidak dapat kita sendiri lakukan.

Tuhan tidak menghendaki kita terbeban akan apapun pada hari ini, atau mengkhawatirkan akan apapun untuk hari esok. Ia menginginkan agar kita memiliki damai. Bahkan di masa kesusahan yang ada di hadapan kita pun. Maka Ia sekarang menawarkan kepada kita perbuatan-perbuatan-Nya sebagai hadiah. Saat demi saat, relakanlah diri kita, dan izinkanlah Tuhan mengerjakan pekerjaan-Nya.

Kebenaran oleh iman adalah sangat sederhana. Itu adalah perbuatan benar oleh iman. Hanyalah perbuatan Tuhan, bukan perbuatan saya, yang dapat diterima oleh hukum Tuhan. Maka dari itu iman harus membawa kepada kenyataan praktis perbuatan benar Allah yang sempurna.

Dalam pembelajaran kita yang selanjutnya, saya akan mengilustrasikan hal-hal ini dalam cara yang sungguh ampuh. Saya akan menunjukkan kepada anda bahwa setelah ribuan tahun, kita belum saja belajar dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh bangsa Israel purba. Faktanya, kita akan melihat bahwa kita belum juga belajar dari kesalahan yang Setan perbuat saat ia masih berada di surga!

Berlanjutlah bersama saya dalam perjalanan penemuan kita. Sampai jumpa di saat selanjutnya.

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?