Friday, April 19, 2024
Google search engine
HomePendalamanRenungan Harian PENGHIBURAN BAGI SEORANG IBU ATAS KEMATIAN ANAKNYA - 1

[RH] PENGHIBURAN BAGI SEORANG IBU ATAS KEMATIAN ANAKNYA – 1

“Itulah sebabnya dikatakan: ‘Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dan antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu”‘ (Efesus 5: 1 4).

[AkhirZaman.org] Sudah menjadi nasib saya ditimpa oleh penderitaan, yang memiliki suatu pengaruh melembutkan dan menaklukkan, menghilangkan rasa permusuhan di hati saya, dan méngisinya dengan simpati dan kasih.

Kehidupan saya yang sedih, sakit, dan menderita bukan tidak disertai dengan penyataan kehadiran Juruselamat saya. Mata saya tertarik ke surga yang bercahaya dengan indahnya di atas kita; sekilas saya telah dapat melihat dunia yang kekal dan pahala yang melebihi segala-galanya. Ketika semua tampaknya gelap, ada suatu celah di awan, dan sinar matahari dari takhta itu membubarkan kabut itu. Allah tidak menghendaki siapa pun dari antara kita tetap tertekan oleh kesusahan yang berat, dengan sakit dan patah hati. la menghendaki kita memandang ke atas untuk melihat pelangi perjanjian, dan memantulkan terang kepada orang lain. 

Oh, Juruselamat yang agung itu berdiri dekat banyak orang yang matanya begitu dibutakan oleh air mata sehingga mereka tidak melihat-Nya. la ingin memegang tangan kita kuat-kuat, sementara kita bergantung pada-Nya dengan iman yang sederhana, sambil meminta Dia membimbing kita. Adalah kesempatan kita bersukacita dalam Allah. Jika kita mau membiarkan penghiburan dan kedamaian Yesus dalam kehidupan kita, kita akan terus dekat dengan hati kasih-Nya yang besar.— The Reviewand Herald, 25 November 1884.

Ketika engkau menyampaikan pengalamanmu tentang kematian anakmu, dan bagaimana engkau tunduk berdoa, menyerahkan kehendakmu kepada kehendak Bapamu yang di surga, membiarkan masalah itu pada-Nya, hati keibuan saya tersentuh. Saya telah melewati pengalaman yang sama dengan pengalaman yang engkau telah lalui. 

Ketika anak saya yang sulung baru berusia enam belas tahun, ia ditimpa penyakit yang parah. Kasusnya dianggap kritis, dan ia memanggil kami ke samping tempat tidurnya, dan berkata, “Ayah, ibu, akan sukar bagimu untuk berpisah dengan anak sulungmu. Jika Tuhan melihat baik untuk memanjangkan umur saya, demi kamu saya akan merasa senang. Jika untuk kebaikan saya dan kemuliaan nama-Nya sehingga kehidupan saya berakhir sekarang, saya akan mengatakan, itu baik bagi jiwaku. Ayah, pergilah sendiri, dan Ibu, pergilah sendiri; dan berdoa. Maka engkau akan menerima jawaban sesuai dengan kehendak Juruselamatmu, yang engkau kasihi dan saya kasihi.” la takut bahwa jika kami harus tunduk bersama-sama, simpati kami akan‘menguatkan, dan kami akan meminta sesuatu yang mungkin bukan yang terbaik untuk Tuhan berikan.

Dua dari empat anak laki-lakinya meninggal pada usia masih sangat muda—-yang sulung Henry, meninggal ketika berusia enam belas tahun dan Herbert, yang bungsu, ketika baru berusia tiga bulan. Kematian menimpa suaminya, Pendeta James White, di tahun 1881 setelah sakit yang tidak lama, di usia enam puluh tahun. —PENYUSUN. 

( 2 SM 257, 258 )

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?