Friday, April 19, 2024
Google search engine
HomePendalamanRenungan Harian Musik dan Nyanyian dalam Ibadah

[RH] Musik dan Nyanyian dalam Ibadah

“Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!” (Mazmur 96:9).

[AkhirZaman.org] Hal yang sama juga dalam menyanyi. Engkau menerapkan sikap yang tidak mengangkat jiwa. Engkau memperdengarkan kehebatan suaramu semampumu. Engkau pun mencoba memperdengarkan nada-nada lebih baik dan not-not musik lebih musikal daripada yang engkau mampu. Semua ini dilakukan dengan gerakan dan suara yang kasar dan berisik, tidak menghasilkan melodi kudus bagi mereka yang mendengarkan, baik di bumi ini mau pun yang di surga. Nyanyian ini merusak dan tidak dapat diterima Allah sebagai nada-nada musik yang sempurna, lembut dan merdu. Tidak ada pertunjukan yang seperti itu di antara para malaikat kudus, seperti yang kadang-kadang saya lihat dalam pertemuan-pertemuan kita. Not-not dan gerakan-gerakan yang kasar seperti itu tidak ada pada paduan suara para malaikat. Nyanyian mereka baik bagi telinga. Nyanyian itu lembut dan memiliki melodi kudus dan diperdengarkan tanpa kesombongan seperti yang sudah saya saksikan ini. ltu tidak dinyanyikan dan dipertunjukkan dalam gerakan fisik yang kasar.

Saudara U tidak sadar bahwa banyak yang tadinya terhibur menjadi jijik. Pikiran beberapa orang menjadi tidak khidmat dan riang oleh melihat gerakan-gerakan menjijikkan yang dibuat saat menyanyi. Saudara U sedang mempertontonkan kemampuan dirinya. Nyanyiannya tidak memiliki pengaruh unluk meninggikan jiwa dan menyentuh perasaan. Banyak yang hadir dalam pertemuan itu dan telah mendengar khotbah yang disampaikan dari mimbar sudah diyakinkan dan menyentuh pikiran mereka; tetapi oleh cara-cara melalui pertunjukan nyanyian itu membuat kesan kurang mendalam. Pertunjukan-penunjukan dan ekspresi-ekspresi tubuh, penampilan tidak menyenangkan dan dipaksakan jadi kekejian bagi rumah Allah, menjadi bahan tertawaan, sehingga kesoleman dan kekhidmatan yang tersimpan dalam pikiran menjadi hilang. Pikiran mereka yang mempercayai kebenaran menjadi direndahkan seperti sebelum nyanyian itu ditampilkan. 

Kasus saudara U menjadi suatu kasus yang sulit dipecahkan. Ia menjadi seperti seorang anak yang tidak berdisiplin dan terdidik. Ketika arahnya dipertanyakan, gantinya menerima teguran sebagai suatu berkat, ia membiarkan perasaannya menjadi kecewa karena mengikuti pertimbangannya sendiri dan tidak melakukan apa pun. Jika ia tidak bisa melakukan seperti yang ia inginkan sesuai caranya, maka sama sekali ia tidak akan bantu. la tidak mau menerima masukan dalam pekerjaan ini agar memperbaiki cara-caranya, justru ia berhenti dan mengeraskan perasaannya yang memisahkan para malaikat kudus dari dirinya, dan mengundang para malaikat jahat mengelilingi dia. Kebenaran Allah yang diterima dalam hati akan memulaikan pemurnian, dan menyucikan pengaruh kehidupan.

Saudara U mengira bahwa menyanyi adalah perkara yang besar yang akan dilakukan di dunia ini dan ia memiliki suatu cara yang besar dan luar biasa dalam melaksanakannya.

 

(3SM 333, 334)

 

Previous article
Next article
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?