Friday, March 29, 2024
Google search engine
HomeUncategorizedCelana Jeans Sebabkan Gempa Bumi

Celana Jeans Sebabkan Gempa Bumi

[AkhirZaman.org] Pemimpin Jamiat Ulema-e-Islami (JUI-F) Maulana Fazlur Rehman meminta angkatan bersenjata Pakistan menggelar operasi militer terhadap para perempuan yang mengenakan celana jeans. Permintaan Maulana ini disampaikan dalam sebuah jumpa pers di Islamabad, akhir pekan lalu.

Apa alasan Maulana mengeluarkan permintaan tersebut? Menurut dia, perempuan yang berpakaian tidak sopan adalah penyebab terjadinya gempa bumi, inflasi, dan berbagai bencana lainnya. Maulana melanjutkan bahwa para perempuan yang mengenakan pakaian “terbuka” sama dengan senjata penghancur massal seperti bom nuklir yang bisa menghancurkan Pakistan.

Dia kemudian menuding para perempuan yang mengenakan pakaian yang menurut dia tidak sopan sebagai biang krisis di Baluchistan, yang saat ini sedang kekurangan pasokan energi dan mengalami masalah keamanan. Lebih lanjut, Maulana menambahkan, jika para perempuan berpakaian sebagaimana mestinya dan tetap tinggal di rumah, kemungkinan besar Taliban tidak akan melakukan aksi kekerasan di Pakistan.

Sumber: The New Indian Express 

Mungkin apa yang menjadi alasan Maulana “masuk akal” bilamana mengingat hukum dalam Islam bahwa satu dosa dari satu orang saja dapat mendatangkan bencana kepada keseluruhan negeri. Alkitab juga mencatat kejadian serupa tatkala orang Israel dalam peperangan melawan orang-orang Ai, dan Akhan mengakui dosanya sebagai penyebab kekalahan itu saat ia berkata, “Benar, akulah yang berbuat dosa terhadap TUHAN, Allah Israel,…” (Yosua 7:20).

Atas ulahnya mencuri jubah Sinear yang indah, perak, dan emas maka Allah berkata kepada Yosua setelah kekalajan itu, “Hai, orang Israel ada barang-barang yang dikhususkan di tengah-tengahmu; kamu tidak akan dapat bertahan menghadapi musuhmu, sebelum barang-barang yang dikhususkan itu kamu jauhkan dari tengah-tengah kamu.” (Yosua 7:13).

Dan setelah Akhan si pencuri itu disingkirkan, dan semua barang curian “itu dibakar dengan api” (ayat 25), barulah orang-orang Israel memperoleh kemenangan dalam pertempuran selanjutnya melawan orang-orang Ai (pasal 8).

Bilamana kita melihat kisah dari Yosua 7, mungkin bisa sedikit “masuk di akal” mengenai pemikiran Maulana bahwa cara berpakaian tidak sopan yang dilakukan oleh para perempuan di Pakistan sebagai penyebab gempa bumi, bencana alam, dan inflasi di negara itu (meskipun secara pribadi saya tidak setuju dengan pendapat Maulana karena ada banyak alasan sehingga kasus Akhan tidaklah sama dengan para perempuan yang berpakaian tidak sopan di Pakistan).

Tetapi, pernahkah terbesit dalam pikiran ketika Anda berbuat baik dan benar namun dianggap sebagai pembawa bencana? Jika Anda berpikir bahwa itu tidak mungkin, maka saya pastikan bahwa Anda salah bila kita pelajari apa yang nabi Elia pernah alami. Suatu kali di Israel pernah mengalami bencana kekeringan dan kelaparan nasional (1 Raja 17 dan 18) selama 3,5 tahun (Yakobus 5:17). Dan Ahab, raja Israel kala itu, saat dia bertemu dengan Elia yang adalah nabi Tuhan, memberikan tuduhan kepadanya, “Engkaukah itu, yang mencelakakan Israel?” (1 Raja 18:17). Bila Anda menjadi Elia waktu itu, apa yang Anda pikirkan? Bukankah sesuatu yang sangat tidak masuk akal?

Memang Elia pernah mengucapkan ramalan mengenai bencana kekeringan ini 3,5 tahun sebelumnya tatkala dia berkata kepad Ahab, “Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan.” (1 Raja 17:1). Namun bukanlah karena Elia mengucapkan sehingga di negeri itu terjadi bencana, namun karena dosa bangsa itulah yang mengakibatkan Tuhan mengutus Elia untuk menubuatkan malapetaka tersebut.

Sesungguhnya apa yang terjadi dalam kisah Akhan terulang dalam kisah Elia, namun yang membedakan bahwa di zaman Akhan melakukan dosa itu segenap bangsa Israel menyadari bahwa karena dosa dari mereka (salah satu dari antara mereka) yang menyebabkan tangan perlindungan Tuhan ditarik. Namun pada kisah Elia sangat berkebalikan, seorang umat Tuhan yang benar dituduh sebagai biang keladi kesusahan yang terjadi. Dalam cara yang tidak sepenuhnya sama, bukankah Yesus diadili juga karena kepadaNya dituduhkan suatu kesalahan yang sama sekali tidak diperbuatNya? Bukankah karena gaya hidupNya yang suci dan murni sehingga menyatakan dosa-dosa orang-orang Farisi dan ahli Taurat kala itu yang berujung pada tuduhan-tuduhan palsu yang kemudian membuatNya tergantung di Salib?

Saudara, bilamana sekarang kesalahan cara berpakaian perempuan di Pakistan dianggap oleh Maulana sebagai penyebab bencana dan kesusahan di Pakistan; pada masa yang akan datang justru akan terjadi yang sebaliknya. Apa yang pernah Elia dan Yesus alami sebagai tertuduh untuk sesuatu yang tidak pernah dilakukan, akan terulang kembali. Itulah yang Salomo katakan di Pengkhotbah 1:9, “Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.”

Kami pernah membahas ini dalam artikel beberapa waktu lalu, namun tidak ada salahnya bila kita pelajari lebih dalam lagi dalam kesempatan kali ini. Yesus berkata mengenai sesuatu yang akan terjadi di masa depan, “Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku.” (Matius 24:9).

Bila Anda membaca ayat di atas, apa yang membuat umat Tuhan akan dibunuh? Karena mereka tidak mau merubah sesuatu yang mereka telah yakini atau percayai sebagai kebenaran Firman Allah. Anda mungkin berpikir mengapa saya menyimpulkan demikian? Coba perhatikan apa yang ayat di atas katakan mengenai apa yang mereka alami sebelum mereka dibunuh? Ditangkap dan disiksa. Mereka disiksa dengan satu tujuan supaya mereka menyangkal iman mereka, dan bilamana menolak maka kematian akan mereka alami. Buakankah masuk akal tafsiran sederhana ini?

Lalu mengapa mereka ditangkap? Karena mereka dibenci. Siapa yang membenci mereka? Dalam ayat itu Yesus berkata “semua bangsa” membenci mereka. Mengapa semua bangsa tidak menyukai mereka? Sebelum kita mendapat jawabannya, mari kita observasi ayat-ayat sebelum ayat 9. Namun sebelum melihat ayat-ayat sebelum ayat 9, mari kita ingat satu hal: “SEMUA BANGSA” membenci mereka. Artinya seluruh dunia bersatu untuk melawan umat Tuhan. Sekali lagi mengapa?

Mari kita mulai observasi ayat-ayat sebelum ayat 9. Ayat 6a dan 7a, “Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang … Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan.” Dari kedua ayat ini kita dapat melihat bahwa di antara bangsa-bangsa di dunia terjadi permusuhan karena gejolak politik. Namun bilamana kembali ke ayat 9, semua bangsa tiba-tiba bersatu dengan satu alasan, yaitu karena membenci umat-umat Tuhan. Apa yang membuat mereka dari yang sebelumnya bermusuhan kemudian tiba-tiba bersatu?

Ayat 7b, “Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat.” Ada satu peristiwa besar yang terjadi antara permusuhan atau perpecahan antar bangsa dengan bersatunya mereka, yaitu bencana internasional dalam bentuk gempa bumi, kelaparan, dan KJV (ayat 24) mengatakan juga adanya penyakit sampar.

Bila kita simpulkan apa yang telah kita pelajari maka kita akan mendapati bahwa apa yang Elia alami di zaman lalu tatkala dia dituduh sebagai penyebab bencana akan terulang di masa depan saat umat Tuhan akan dituduh oleh semua bangsa yang bersatu untuk bersepakat menuduh umat Tuhan sebagai penyebab bencana internasional yang terjadi.

Semua bangsa akan bersatu dan menangkap umat Tuhan karena dituduh sebagai penyebab bencana, dan bilamana mereka tidak mau mengubah keyakinan dan kepercayaan kepada kebenaran Firman Tuhan maka mereka akan disiksa. Dan jika setelah disiksa masih bersikukuh untuk tidak menyangkal imannya, maka mereka akan dibunuh.

Apakah yang sesungguhnya dipegang dan diyakini umat Tuhan sejati di masa depan yang pada akhirnya akan coba dibinasakan setan melalui agen-agennya? Dan kemudian apa yang harus mereka terima supaya mereka terhindar dari kematian? Wahyu 13 berbicara dalam konteks yang dapat menjawab pertanyaan yang tidak kita dapatkan di Matius 24.

Mari kita baca Wahyu 13:15, “Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh.” Namun Wahyu 14:9, 10 menyebutkan hukuman dari Allah bagi mereka yang menyembah binatang dan patungnya, serta menerima tanda binatang.

Apakah tanda binatang atau patung binatang itu? Tentunya cara terbaik mengetahui tanda atau patung binatang adalah dengan mencari tahu terlebih dahulu siapa binatang yang dimaksud. Kita dapat menemukan jawabannya dalam Wahyu 13. Di pasal ini kita menemukan dua jenis binatang, yaitu yang keluar dari dalam laut (ayat 1) dan yang keluar dari dalam bumi (ayat 11).

Namun siapakah pemilik patung atau tanda binatang yang dimaksudkan dalam ayat 15 dan Wahyu 14:9? Bila kita melihat Wahyu 13:12-14 maka jawabannya adalah binatang yang keluar dari dalam laut. Sedangkan binatang yang keluar dari dalam bumi adalah yang mempelopori seluruh dunia untuk menyembah binatang yang keluar dari dalam laut itu dan patungnya, serta menerima tanda binatang dari dalam laut itu.

Siapakah binatang yang keluar dari dalam laut itu? Namun yang pasti, berdasar Daniel 7:17, 23, binatang melambangkan pemerintahan, kerajaan, atau kekuasaan politik. Dan dalam Wahyu 13:1-10, 15-18, Tuhan memberikan 10 petunjuk (karakteristik) untuk membantu kita mengenali binatang atau negara itu.

Tanda 1 – Keluar dari dalam laut (ayat 1). Apakah yang dilambangkan oleh laut, atau air? Wahyu 17:15, dalam nubuatan air melambangkan kumpulan orang banyak, atau wilayah yang padat penduduknya. Nubuatan meramalkan bahwa binatang atau negara dengan system antiktistus itu akan muncul dari tengah-tengah negara yang sudah lama berdiri di bagian dunia yang dikenal pada waktu itu.

Tanda 2 – Menerima kekuatan, kedudukan dan kekuasaan dari naga (ayat 2). Dalam Alkitab, naga melambangkan Iblis (Wahyu 12:9).

Tanda 3 – Menjadi kekuatan di seluruh dunia (ayat 3, 7)

Tanda 4 – Penuh dengan hujat kepada Allah (ayat 1, 5, 6). Binatang atau negara antikristus itu menghujat Allah. Definisi penghujatan menurut Alkitab adalah manusia yang mengaku bisa mengampuni dosa (Lukas 5 : 21) dan mengakui diri sendiri sebagai Tuhan (Yohanes 10 : 33).

Tanda 5 – Memerintah selama 42 bulan nubuatan (ayat 5). Periode waktu ini berulang kali disebutkan dalam nubuatan sebagai 1 masa, 2 masa, setengah masa, atau 42 bulan, atau 1260 hari. Dalam kalender orang Yahudi, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi 42 bulan=1260 hari. Dalam nubuatan, satu hari nubuatan sama dengan satu tahun (Yehezkiel 4:6). Maka 1260 hari=1260 tahun.

Tanda 6 – Mengalami luka yang membahayakan hidupnya, namun sembuh (ayat 3).

Tanda 7 – Merupakan sebuah kekuatan keagamaan yang mendapatkan penyembahan (ayat 4, 8). Binatang atau negara ini akan berkecimpung dalam perkara rohani. Kata “penyembahan” atau “disembah” digunakan lima kali dalam Wahyu 13 sebagai referensi terhadap kekuatan ini.

Tanda 8 – Menganiaya umat Tuhan (ayat 7)

Tanda 9 – Memiliki angka misterius 666 (ayat 18).

Tanda 10 – Dipimpin oleh seorang manusia (ayat 18).

Berdasarkan 10 petunjuk ini, bagaimana kita dapat mengerti siapakah yang dilambangkan dengan binatang dari dalam laut ini yang juga adalah kekuatan antikristus?

Berdasar tanda 1, siapakah binatang yang keluar dari dalam laut (negara yang keluar dari tengah-tengah negara-negara yang sudah lama berdiri)? Vatikan (Kepausan). Mereka muncul di Italia, salah satu negara di Eropa Barat. Dan bahkan sekarang lokasi Vatikan adalah di kota Roma, ibukota Italia.

Berdasar Wahyu 13:2, binatang (negara) itu mendapat kekuatan dan kedudukannya dari naga (Iblis). Siapakah binatang atau negara itu? Waktu Yesus masih bayi, Herodes adalah kekuatan yang ingin membunuh bayi Yesus pada waktu kelahiran-Nya. Adalah Setan yang mengilhami Herodes, seorang raja kafir Kekaisaran Romawi, untuk membunuh semua bayi laki-laki di Betlehem (Matius 2 : 13, 16). Sejarah dengan jelas menyatakan bahwa Kekaisaran Romawi kafir memberikan kekuasaan dan ibukota pemerintahannya kepada gereja Roma Katolik yang memiliki kantor pusatnya di Vatikan.

Kutipan sejarah berikut ini sudah banyak dikenal: “Gereja Roma… mendorong dirinya sendiri ke tempat kedudukan Kekaisaran Romawi, yang mana memang merupakan kelanjutan yang sebenarnya. …Paus, yang menyebut dirinya sendiri ‘Raja’ dan ‘Pontifex Maximus,’ adalah penerus Kaisar Romawi.“ Adolph Harnack, What Is Christianity? (New York: Putnam, second edition, revised, 1901), p. 270.

Sejauh manakah pengaruh binatang atau negara itu di dunia? Tidak seorang pun yang meragukan bahwa selama Abad Pertengahan, Kepausan memang adalah sebuah kekuasaan dunia. Pada kenyataannya, kata “katolik” berarti “universal.”

Apakah pempimpin binatang atau negara Vatikan menghujat Allah dengan mengaku bisa mengampuni dosa seseorang dan menyamakan dirinya dengan Tuhan? Kepausan dengan berani menyatakan diri mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa. Perhatikan bagian berikut ini dari sebuah katekismus Katolik: “Apakah seorang Imam [Pastor] sesungguhnya dapat mengampuni dosa, ataukah ia hanya menyatakan bahwa dosa-dosa tersebut sudah diampuni? Imam benar-benar dan sungguh-sungguh dapat mengampuni dosa berdasarkan kuasa yang diberikan kepadanya oleh Kristus (suatu pernyataan yang tidak berdasarkan konsep Alkitabiah).” Joseph Deharbe, S.J., A Complete Catechism of the Catholic Religion (New York: Schwartz, Kirwin & Fauss, 1924), p. 279. Kepausan juga menyatakan bahwa Paus setara dengan Tuhan. Paus Leo XIII berkata, “Kami [para Paus] memegang kedudukan Allah Yang Maha Kuasa di bumi ini (suatu pernyataan yang tidak berdasarkan konsep Alkitabiah).” Christopher Marcellus, Oration in the Fifth Lateran Council, Session IV (1512), manuscript SC, Vol. 32, col. 761 (Latin). Berikut ini adalah pernyataan mengejutkan lainnya tentang Paus: “Engkaulah Tuhan lain di bumi (suatu pernyataan yang tidak berdasarkan konsep Alkitabiah).” Pope Leo XIII, Encyclical Letter “The Reunion of Christendom,” dated June 20, 1894, trans. in The Great Encyclical letters of Pope Leo XIII (New York: Benziger, 1903), p. 304.

Apakah benar Vatikan (kepausan) di masa lalu pernah menguasai dunia selama 42 bulan=1260 hari=1260 tahun? Kekuasaan Kepausan Romawi merambah seluruh dunia menjadi sah pada tahun 538 Masehi, ketika dekrit Kaisar Justinian yang menyatakan bahwa Kepausan adalah kekuasaan tertinggi tidak lagi ditentang. Kepausan menerima apa yang kelihatan seperti pukulan maut pada tahun 1798 ketika sang Paus ditangkap oleh salah satu jenderal Napoleon, Alexander Berthier. Perhatikan bahwa 1798 – 538 = 1260 tahun.

Setelah kekuasaannya digulingkan pada tahun 1798, apakah “luka yang dialami kepausan sembuh” (dipulihkan kekuasaannya) berdasarkan Wahyu 13:3? Ketika jenderal Berthier menangkap Paus pada 1798 dan menahannya di Perancis, dimana akhirnya ia mati dalam pembuangan, setengah dari benua Eropa berpikir bahwa peristiwa ini menandakan berakhirnya kuasa Kepausan. Tetapi Tuhan telah berkata bahwa luka itu akan sembuh dan bahwa kekuasaan dan pengaruh Kepausan akan dipulihkan hingga seluruh dunia akan mengikuti pimpinannya.

The Catholic Advocate, 18 April 1929, hal 16 menyatakan: “Kardinal Gasparri bertemu dengan Premier Mussolini di istana bersejarah Santo Yohanes Lateran untuk mengembalikan kekuasaan sementara kepausan, menyembuhkan luka selama 131 tahun.”

Malachi Martin, orang dalam Vatikan, menyingkapkan hal ini dalam bukunya The Keys of This Blood: “Paus adalah orang yang paling terkenal di abad ke-20 (hal. 123), telah membangun hubungan pribadi dengan pemimpin dari 91 negara (hal. 490), dan sedang bersiap-siap untuk menguasai seluruh dunia sekarang” (hal. 143).

Binatang itu adalah suatu kekuatan keagamaan (Wahyu 13:15). Kata “penyembahan” atau “disembah” digunakan lima kali dalam Wahyu 13 sebagai referensi terhadap kekuatan ini. Dan sangat jelas bahwa Paus sebagai pemimpin tertinggi kepausan menerima (tidak menolak) penyembahan dari para pengkikutnya.

Berdasar Wahyu 13:7, binatang ini menganiaya umat-umat Tuhan. Apakah di masa lalu kepausan pernah menganiaya umat-umat Tuhan? Merupakan pengetahuan umum bahwa Kepausan memang menganiaya dan membunuh banyak orang Kristen yang bersungguh-sungguh, terutama selama Abad Pertengahan, yang merupakan masa puncak dari kekuasaannya. Banyak sejarahwan berkata bahwa lebih dari 50 juta orang mati karena iman mereka selama masa kesesakan yang besar tersebut. Kelihatannya gereja merasa sedang melakukan pekerjaan Tuhan dengan menyingkirkan para “bidat”. Paus memang telah meminta agar gereja diampuni atas kekejamannya, namun fakta tetap menunjukkan bahwa gereja Katolik memang telah menganiaya dan membunuh.

Dalam Wahyu 13:18 binatang ini memiliki angka misterius 666. Apakah angka ini identik dengan kepausan? Tuhan menyatakan bahwa kita harus menghitung angka dari nama binatang ini dan bahwa angka itu adalah bilangan seorang manusia. Ketika kita berpikir tentang Kepausan, orang yang langsung muncul dalam pikiran kita adalah Paus. Salah satu jabatan resmi Paus adalah “Wakil Anak Allah,” yaitu “Vicarius Filii Dei” dalam bahasa Latin (bahasa resmi gereja).

Artikel surat kabar, ketika merujuk pada Paus sebagai “Wakil Kristus,” seringkali menyertakan kata-kata tersebut dalam tanda kutip untuk menunjukkan bahwa kata-kata tersebut adalah terjemahan dari jabatan, atau nama Paus. Kitab Wahyu berkata bahwa nilai bilangan Romawi dari huruf-huruf namanya sama dengan 666. Mari kita lihat apakah Tanda 9 cocok dengan Kepausan atau tidak.

V (5) I (1) C (100) A (0) R (0) I (1) U (5) S (0) = 112.

F (0) I (1) L (50) I (1) I (1) = 53.

D (500) E (0) I (1) = 501

Totalnya adalah 666.

Dari semua petunjuk itu sangat jelas Tuhan menyatakan kepada kita bahwa binatang dari dalam laut yang kelak akan disembah dan memiliki tanda yang akan diterima begitu banyak orang sebagai bentuk perlawanan kepada Tuhan, tidak lain dan tidak salah lagi adalah Kepausan (Vatikan).

Lalu apakah tanda binatang yang akan dipaksakan untuk diterima umat Tuhan bilamana mereak ingin terhindar dari hukuman mati? Yang pasti agen-agen setan berujar jika umat Tuhan menyangkal imannya dan kemudian menerima tanda binatang ini, maka akan dapat menghentikan bencana gempa bumi, kelaparan, dan penyakit sampar yang disebutkan di dalam Matius 24:7b.

Tetapi apakah tanda binatang atau tanda kekuasaan Kepausan ini? Di buku Wahyu ada istilah mengenai meterai Allah (Wahyu 7:2, 3). Dalam hal ini, meterai Allah mengartikan suatu tanda dari Allah. Apakah meterai atau tanda Allah itu? Keluaran 31:13, “Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan (tanda) antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu.”

Yehezkiel 20:12, 20, “Hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan (tanda) di antara Aku dan mereka, supaya mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka … Kuduskanlah hari-hari Sabat-Ku, sehingga itu menjadi peringatan (tanda) di antara Aku dan kamu, supaya orang mengetahui bahwa Akulah TUHAN, Allahmu.”

Dari ayat-ayat itu tentunya dapat kita ketahui bahwa hari Sabat (perintah keempat dari Sepuluh Perintah Allah, Keluaran 20:8-11) adalah meterai Allah yang menjadi tanda bahwa Dia adalah Allah kita, Pencipta kita, dan juga yang menguduskan kita.

Dan sudah barang tentu tanda binatang atau tanda Kepausan adalah sesuatu yang begitu bertentangan dengan meterai Allah (hari Sabat) itu. Cara terbaik untuk menemukan tanda kekuasaannya adalah dengan bertanya langsung kepada Kepausan.

* Pertanyaan: Hari yang manakah hari Sabat itu? Jawab: Sabtu adalah hari Sabat.

* Pertanyaan: Mengapa kita menghormati hari Minggu sebagai ganti hari Sabtu? Jawab: Kita menghormati hari Minggu sebagai ganti hari Sabtu karena gereja Katolik telah memindahkan kekudusannya dari hari Sabtu ke hari Minggu.” (Peter Geiermann, The Convert’s Catechism of Catholic Doctrine (St. Louis: B. Herder Book Co., 1957 edition), p 50).

* Pertanyaan: Adakah cara lain untuk membuktikan bahwa Gereja memiliki kuasa untuk melembagakan berbagai ajaran? Jawab: Jika Gereja tidak memiliki kuasa seperti itu, Gereja tidak dapat melakukan hal yang disetujui oleh semua pelaku agama masa kini – Gereja tidak akan dapat menggantikan peribadatan hari Minggu, hari pertama dalam seminggu, untuk peribadatan hari Sabtu, hari ketujuh, yang merupakan sebuah perubahan yang tidak memiliki wewenang Alkitabiah.”( (Stephen Keenan, A Doctrinal Catechism (New York: P.J. Kenedy & Sons, third American edition, revised, n.d.), p. 174).

Jadi Kepausan sendiri berkata bahwa yang menjadi tanda kuasa dan wewenangnya adalah dalam hal menjadikan hari Minggu sebagai hari yang kudus menggantikan hari Sabat Allah – sebuah perubahan yang diterima oleh hampir seluruh dunia Kekristenan meskipun tidak memiliki wewenang dalam Alkitab.

Saudara, akhirnya kita menemukan jawaban bahwa suatu saat nanti di masa depan, seluruh dunia akan dibuat untuk berpaling dari penyembahan Allah yang benar dengan menerima peribadatan hari Minggu menggantikan hari Sabat yang benar. Dan umat Tuhan yang setia akan ditangkap sebab dianggap sebagai penyebab bencana yang terjadi oleh karena kesetiaan mereka kepada Tuhan yang mereka wujudkan dengan memelihara hari Sabat yang benar, suatu cara yang ditetapkan Tuhan sebagai tanda bahwa Dia adalah Allah, Pencipta, dan yang menguduskan kita.

Setan sangat tidak menyukai kebenaran ini sehingga melalui agen-agennya dia akan menuduh pemelihara Sabat yang benar sebagai penyebab bencana. Jika umat Tuhan tidak mau menyangkal iman mereka dan menolak meninggalkan pemeliharaan hari Sabat untuk berpaling kepada pemeliharaan hari Minggu, maka kematian adalah “upah” mereka.

“Setan menaruh tafsiran-tafsirannya atas peristiwa-peristiwa, dan mereka beranggapan sama seperti sean, bahwa bencana-bencana yang melanda … adalah akibat dari pelanggaran terhadap hari Minggu. Mengira akan meredakan murka Allah, orang-orang yang berpengaruh ini membuat undang-undang yang memaksakan pemeliharaan hari Minggu.” 10 MR 239 (1899).

Dalam kondisi seperti itulah Salomo mengatakan, “Yang sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada; dan Allah mencari yang sudah lalu.” (Pengkhotbah 3:15). Apa yang Allah cari? Dia mencari Elia-Elia modern, yang tidak gentar menghadapi tuduhan palsu meski itu mengancam nyawanya, melainkan berkata seperti yang Elia ucapkan: “Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal.” (1 Raja 18:18).

Kita perlu mengambil sikap seperi halnya Elia, yang dengan tegas menyatakan dosa sebagai dosa. Namun jangan pernah kita mengira bahwa kita akan dapat berdiri teguh dengan daya dan upaya sendiri, karena Paulus mengatakan: “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (1 Korintus 10:12). Kita harus teguh berdiri, namun janganlah dengan kekuatan diri sendiri bila tidak ingin jatuh. Semuanya adalah tentang Tuhan yang adalah kasih. Dengan merasakan kasih Tuhan, maka itulah yang menjadi sumber kekuatan kita.

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?