Friday, March 29, 2024
Google search engine
HomePendalamanNubuatanPARA PEMBAHARU INGGRIS YANG MUNCUL KEMUDIAN (2)

PARA PEMBAHARU INGGRIS YANG MUNCUL KEMUDIAN (2)

[AkhirZaman.org] Setelah tiba di Savannah, Wesley untuk sementara tinggal bersama orang-orang Moravia itu, dan sangat terkesan dengan tingkah laku Kristen mereka. Mengenai salah satu upacara keagamaan mereka, yang sangat bertentangan dengan formalitas yang tidak hidup Gereja Inggris, ia menulis, “Kesederhanaan dan kekhidmatan semuanya hampir membuat saya lupa bahwa 1700 tahun sudah berlalu, dan membayangkan diri saya dalam salah satu perkumpulan dimana tidak ada formalitas dan rumusan. Tetapi Rasul Paulus, pembuat tenda, atau Rasul Petrus, si nelayan, yang memimpin acara; namun dengan peragaan Roh dan kuasa.” — Idem, pp. 11-12.

Pada waktu ia kembali ke Inggeris, atas petunjuk seorang pengkhotbah Moravia, Wesley tiba pada suatu pengertian yang lebih jelas mengenai iman Alkitab. Ia yakin bahwa ia harus membuangkan semua ketergantungannya kepada perbuatannya untuk memperoleh keselamatan, dan harus percaya sepenuhnya kepada “Anak Domba Allah yang mengangkut dosa isi dunia ini.” Pada suatu pertemuan masyarakat Moravia di London, suatu pernyataan dari Luther dibacakan, yang menjelaskan suatu perubahan yang dikerjakan oleh Roh Allah di dalam hati orang-orang percaya. Pada waktu Wesley mendengarkan, iman mulai terbit di dalam jiwanya. “Aku merasakan hatiku dihangatkan secara aneh,” katanya. “Aku merasakan saya percaya pada Kristus, Kristus satu-satunya jalan keselamatan. Dan kepastian telah diberikan kepada saya bahwa Ia telah membuangkan dosa-dosaku, ya, dosaku sendiri, dan menyelamatkanku dari hukum dosa dan kematian.” — Whitehead, “Life of John Wesley,” p. 52.

Melalui tahun-tahun yang panjang pekerjaan yang melelahkan dan membosankan, — tahun-tahun penyangkalan diri yang keras, teguran dan celaan, — Wesley berpegang teguh kepada tujuannya mencari Allah. Sekarang ia telah menemukan-Nya, dan ia telah menemukan bahwa anugerah yang ia telah perjuangkan untuk dimenangkan oleh berdoa dan berpuasa, oleh perbuatan-perbuatan baik dan pengorbanan diri sendiri, adalah suatu karunia, “tanpa uang, tanpa harga.”

Sekali diteguhkan dalam iman kepada Kristus, seluruh jiwa dibakar oleh suatu kerinduan untuk menyebarkan kemana-mana pengetahuan akan kabar Injil Allah yang mulia tentang karunia cuma-cuma-Nya. “Aku menganggap seluruh dunia sebagai daerah parokiku,” katanya, “dengan demikian di bagian manapun di dunia ini saya berada, aku menganggapnya baik dan benar, dan adalah tugas kewajibanku untuk menyatakan kabar kesukaan keselamatan kepada semua orang yang mau mendengarkan.” — Idem, p. 74.

Ia melanjutkan kehidupannya yang ketat dan penuh penyangkalan diri, sekarang bukan sebagai landasan, tetapi sebagai akibat dari iman. Bukan sebagai akar, tetapi sebagai buah dari kesalehan. Kasih karunia Allah di dalam Kristus adalah dasar pengharapan orang Kristen, dan bahwa kasih karunia itu akan dinyatakan di dalam penurutan. Kehidupan Wesley dibaktikan kepada pemberitaan berita kebenaran yang besar yang telah diterimanya, yaitu pembenaran oleh iman di dalam darah Kristus yang menyucikan itu, dan kuasa yang memperbaharui hati dari Roh Kudus, yang akan menghasilkan buah dalam hidup yang sesuai dengan teladan Kristus.

Whitefield dan Wesley bersaudara, telah dipersiapkan bagi pekerjaan mereka oleh keyakinan pribadi yang lama dan tepat mengenai keadaan mereka yang hilang. Dan agar mereka sanggup menanggung kesukaran sebagai laskar Kristus, mereka telah dihadapkan kepada cobaan-cobaan gencar cemoohan, olok-olokan dan penganiayaan, baik waktu di universitas maupun waktu mereka memasuki pelayanan kependetaan. Mereka dan beberpa orang lain yang bersimpati dengan mereka dituduh dengan panggilan Metodis oleh rekan-rekannya mahasiswa yang tidak percaya pada Tuhan, — suatu nama yang dewasa ini dianggap sebagai kehormatan oleh salah satu denominasi terbesar di Inggris dan Amerika.

Sebagai anggota Gereja Inggris, mereka dengan kuat terikat kepada bentuk-bentuk perbaktian, tetapi Tuhan telah memberikan kepada mereka di dalam firman-Nya suatu standar yang lebih tinggi. Roh Suci mendorong mereka untuk mengkhotbahkan Kristus, Dia yang disalibkan itu. Kuasa Yang Mahatinggi menolong mereka dalam pekerjaan mereka. Ribuan orang diyakinkan dan benar-benar ditobatkan. Adalah perlu agar kawanan domba-domba ini dilindungi dari serigala-serigala buas yang kelaparan. Wesley tidak berpikir untuk membentuk organisasi agama baru, tetapi ia mengorganisasikan mereka kedalam apa yang dinamakan Methodist Connection atau Persekutuan Metodis.

Para pengkhotbah ini mendapat pertentangan keras dan misterius dari gereja yang sudah ada. Namun, Allah di dalam hikmat-Nya telah mengatasi segala kejadian-kejadian itu sehingga menyebabkan mulainya pembaharuan di dalam gereja itu sendiri. Seandainya pembaharuan itu seluruhnya datang dari luar gereja, maka tidak akan mampu menembus masuk ke dalam, dimana pembaharuan itu sangat diperlukan. Akan tetapi oleh karena pengkhotbah-pengkhotbah pembaharuan itu adalah anggota-anggota gereja, yang bekerja di dalam lingkungan gereja bilamana mereka mendapat kesempatan, maka kebenaran telah dapat masuk sementara pintu tetap tertutup. Beberapa dari pendeta-pendeta dibangunkan dari tidur moral mereka dan menjadi pengkhotbah-pengkhotbah yang bersemangat di wilayah paroki masing-masing. Gereja yang telah mengeras dengan formalisme sekarang dibangunkan menjadi hidup kembali.

Pada zaman Wesley, sebagaimana juga pada zaman-zaman sejarah gereja, orang-orang dengan berbagai karunia melakukan pekerjaan-pekerjaan yang telah ditetapkan bagi mereka. Mereka tidak mempunyai pandangan yang selaras atas setiap pokok doktrin, tetapi semuanya digerakkan oleh Roh Allah, dan bersatu dalam satu tujuan untuk memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus. Perbedaan-perbedaan antara Whitefield dan Wesley bersaudara pada suatu waktu mengancam terjadinya kerenggangan, tetapi oleh karena mereka telah belajar kelemah-lembutan dalam sekolah Kristus, maka mereka tetap berdamai dengan saling berbaik hati serta sabar dan saling mengendalikan diri. Mereka tidak mempunyai waktu untuk berselisih dan berdebat-debat, sementara kesalahan dan kejahatan merajalela dimana-mana, dan orang-orang berdosa sedang mau binasa.

Hamba-hamba Allah berjalan di jalan yang kasar. Orang-orang yang berpengaruh dan orang-orang terpelajar menggunakan kuasa menentang mereka. Tidak lama kemudian banyak pendeta-pendeta yang menunjukkan sikap bermusuhan, dan pintu gereja tertutup terhadap iman yang murni dan terhadap mereka yang menyiarkannya. Para pendeta , dalam menolak mereka dari mimbar, membangkitkan unsur-unsur kegelapan, kebodohan dan kejahatan. Berulang kali John Wesley lolos dari kematian oleh mujizat kemurahan Allah. Pada waktu massa yang marah mengamuk melawan dia, dan tampaknya tidak ada lagi jalan untuk meloloskan diri, seorang malaikat dalam rupa manusia datang ke sampingnya, sehingga massa mundur dan hamba Kristus luput dari tempat bahaya itu.

Mengenai kelepasannya dari amukan massa pada salah satu peristiwa itu, Wesley berkata, “Banyak yang berusaha melemparkan saya kebawah sementara kami turun dari atas bukit melalui jalan yang licin menuju kota, dengan pertimbangan bahwa sekali saya terkapar di atas tanah, saya tidak bisa bangkit lagi. Tetapi saya sama sekali tidak tersandung atau tergelincir sampai saya lepas dari tangan mereka. . . . Walaupun banyak yang berusaha keras memegang leher baju saya atau pakaian saya, untuk menjatuhkan saya, mereka sama sekali tidak bisa menahan saya. Hanya pernah seseorang memegang kuat tutup saku baju rompi saya, yang akhirnya robek tertinggal ditangannya. Tutup saku lain, saku yang berisi uang kertas, robek menjadi dua bagian . . . . Seorang yang kuat yang berada di belakangku memukul saya beberapa kali dengan tongkat kayu ek. Kalau saja dengan tongkat itu ia memukul belakang kepala saya, maka semuanya sudah beres. Tetapi setiap kali ia memukul, pukulan itu menyamping, saya tidak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi, karena saya sendiri tidak dapat bergerak ke kiri atau ke kanan . . . . Yang lain datang tergesa-gesa menerobos massa dan mengangkat tangannya hendak memukul, lalu tiba-tiba tangannya turun hanya menyentuh kepala saya, lalu ia berkata, ‘Betapa halusnya rambutnya!’ . . . Orang yang paling pertama yang diubahkan hatinya ialah pahlawan-pahlawan kota, pemimpin gerombolan dalam berbagai kejadian, salah seorang dari antara mereka pernah menjadi petarung memperebutkan hadiah dengan beruang . . . .

“Dengan tingkatan kelembutan yang bagaimanakah Allah mempersiapkan kita bagi kehendak-Nya? Dua tahun yang lalu, sepotong batu bata menggores bahu saya. Setahun kemudian sebuah batu menghantam wajah saya, di antara kedua mata. Bulan yang lalu saya menerima sebuah pukulan, dan sore ini dua pukulan, satu pukulan sebelum kami datang kekota, dan satu lagi sesudah kami pergi dari kota. Tetapi kedua-duanya tidak apa-apa, karena walaupun seseorang memukul saya di dada dengan sekuat tenaganya, dan yang lain memukul saya di mulut dengan sekeras-kerasnya sehingga darah mengucur keluar, saya tidak merasakan sakit dari pukulan-pukulan itu lebih dari seandainya mereka sentuh saya dengan sebatang jerami.” — Wesley’s Works, Vol. III, pp. 297,298 (ed. 1831).

Orang-orang Metodis pada zaman itu, baik anggota biasa maupun para pendeta, menanggung ejekan dan penganiayaan dari anggota-anggota gereja dan orang-orang yang nyata-nyata tidak beragama yang marah oleh karena kekeliruan mereka. Mereka dituntut ke pengadilan — hanya nama saja, sebab keadilan sangat jarang ditemukan pada zaman itu. Mereka sering mengalami perlakuan kejam dari penganiaya. Gerombolan massa bergerak dari rumah ke rumah, menghancurkan perabot dan barang-barang, merampas apa saja yang mereka mau, dan dengan brutal memperlakukan semena-mena pria, wanita dan anak-anak. Kadang-kadang mereka menempelkan pengumuman, memanggil mereka yang mau membantu merusak jendela-jendela dan merampok rumah-rumah orang Metodis, supaya berkumpul pada waktu dan tempat yang telah ditentukan. Pelanggaran terhadap hukum kemanusiaan dan hukum Tuhan yang secara terang-terangan ini telah dibiarkan terjadi tanpa teguran. Penganiayaan yang sistematis telah dilakukan kepada orang-orang yang “kesalahannya” adalah mengembalikan langkah-langkah orang berdosa dari jalan kebinasaan ke jalan kesalehan.

John Wesley berkata, menanggapi tuduhan yang dilancarkan kepadanya dan rekan-rekannya, “Sebagian orang menduga bahwa doktrin-doktrin orang-orang ini adalah palsu, salah dan penuh entusias; bahwa doktrin itu baru dan belum pernah terdengar sampai baru-baru ini; bahwa doktrin itu adalah Quakerisme, fanatisisme, kepausan. Semua kepura-puraan ini telah dicabut sampai ke akar-akarnya, meskipun telah ditunjukkan bahwa setiap cabang doktrin atau ajaran ini adalah doktrin sederhana Alkitab yang ditafsirkan oleh gereja kita sendiri. Oleh sebab itu tidak mungkin palsu atau salah, selama Alkitab itu benar.” “Yang lain menduga, ‘Ajaran mereka terlalu ketat, sehingga membuat jalan ke Surga itu terlalu sempit.’ Dan inilah sebenarnya yng mereka tolak, (sebagaimana hampir satu-satunya selama beberapa waktu), dan bukan itu saja, secara rahasia ada ribuan lagi yang nampak dalam berbagai bentuk. Tetapi apakah mereka mempersempit jalan ke Surga dari pada yang dilakukan oleh Tuhan kita dan rasul-rasul-Nya? Apakah doktrin mereka lebih ketat dari pada yang ada dalam Alkitab? Perhatikanlah hanya beberap ayat saja: ‘Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap pikiranmu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu.’ ‘Karena setiap perkataan yang sia-sia yang diucapkan oleh seseorang akan dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman.’ ‘Apakah engkau makan atau minum, atau apa saja yang engkau perbuat, perbuatlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.’

bible 1open Copy“Jikalau doktrin mereka lebih ketat dari semua ini, mereka patut dipersalahkan. Tetapi engkau tahu di dalam hati nuranimu tidaklah demikian. Dan siapakah yang dapat menjadi kurang ketat tanpa menyelewengkan firman Allah? Dapatkah seorang pelayan rahasia-rahasia Allah didapati setia jikalau ia mengubah sesuatu bagian dari tulisan kudus itu? Tidak. Ia tidak boleh menghilangkan sesuatupun. Ia tidak boleh melembutkan sesuatupun. Ia harus menyatakan kepada semua orang, ‘Saya tidak dapat menyesuaikan Alkitab menuruti seleramu. Engkau harus menyesuaikan diri kepadanya, atau engkau akan binasa untuk selama-lamanya.’ Inilah landasan yang sebenarnya adanya seruan mengenai ‘kekejaman orang-orang ini’. Kejam, benarkah mereka begitu? Apakah engkau tidak memberi makan orang lapar dan memberi pakaian orang yang bertelanjang? ‘Tidak, bukan itu masalahnya. Mereka tidak menghendaki itu, tetapi mereka begitu kejam dalam pertimbangan. Mereka pikir tak seorangpun bisa selamat kecuali melalui jalan mereka.’ ” — Wesley’s Works, Vil. III, pp. 152-153.

Kemerosotan rohani yang telah nyata di Inggris sebelum zamannya Wesley, sebagian besar diakibatkan oleh ajaran Antinomian. Banyak yang menyatakan bahwa Kristus telah menghapuskan hukum moral, dan oleh sebab itu orang Kristen tidak berkewajiban untuk menurutinya; bahwa orang percaya telah dibebaskan dari “perhambaan perbuatan-perbuatan baik.” Sebagian yang lain, walaupun mengakui keabadian hukum itu, menyatakan bahwa para pendeta tidak perlu mendesak atau mendorong orang-orang untuk menuruti aturan atau perintah itu, oleh karena mereka yang telah dipilih Allah kepada keselamatan akan “dituntun kepada perbuatan kesalehan dan kebajikan oleh dorongan kasih karunia ilahi yang tidak tertahankan itu,” sementara mereka yang binasa kedalam kutuk yang kekal “tidak mempunyai kuasa atau kesanggupan untuk menuruti hukum ilahi itu.”

Yang lain yang berpegang pada ajaran bahwa “umat pilihan itu tidak bisa jatuh dari kasih karunia atau kehilangan kehendak ilahi,” tiba pada kesimpulan yang lebih mengerikan lagi, bahwa “perbuatan jahat yang mereka lakukan sebenarnya bukanlah dosa, atau tidak dianggap sebagai pelanggaran hukum ilahi, dan sebagai akibatnya mereka tidak perlu mengakui dosanya atau meninggalkannya oleh pertobatan.” — McClintock and Strong’s Cyclopaedia, art. Antinomians (ed. 1871). Oleh sebab itu mereka menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai dosa yang paling buruk sekalipun, “yang dianggap secara universal sebagai pelanggaran berat kepada hukum ilahi, bukanlah suatu dosa di pandangan Allah,” jika dilakukan oleh seseorang umat pilihan, “sebab itulah salah satu ciri-ciri penting dan jelas dari seorang umat pilihan, bahwa mereka tidak dapat melakukan sesuatu baik yang tidak menyenangkan hati Allah maupun yang dilarang oleh hukum.”

Doktrin-doktrin aneh dan menakutkan ini pada dasarnya adalah sama dengan pengajaran yang berkembang kemudian oleh para pendidik dan para ahli teologia — bahwa tidak ada hukum ilahi yang tidak bisa diubah sebagai standar hak, tetapi standar moral akan ditentukan oleh masyarakat itu sendiri, dan selamanya mempunyai kemungkinan untuk diubah. Semua pemikiran ini diilhami oleh roh yang sama — oleh dia yang, bahkan di antara penduduk Surga yang tidak berdosa, memulai pekerjaannya mencari-cari kesempatan untuk menghancurkan hukum Allah yang benar dan yang mengendalikan itu.

Doktrin dekrit ilahi, yang tidak berubah dan memperbaiki tabiat manusia, telah menuntun banyak orang kepada penolakan hukum Allah. Wesley dengan tegas menolak kesalahan guru-guru ajaran Antinomian, dan menunjukkan bahwa doktrin ini, yang menuntun kepada Antinomianisme, bertentangan dengan Alkitab. “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.” “Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juru Selamat kita, yang menghendaki semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia.” (Titus 2:11; 1 Timotius 2:3-6).

Roh Allah dianugerahkan dengan cuma-cuma untuk menyanggupkan setiap orang untuk memperoleh keselamatan. Dengan demikian Kristus, “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.” (Yoh. 1:9). Manusia gagal memperoleh keselamatan oleh karena dengan sengaja menolak karunia hidup.

Sebagai jawaban kepada pendapat yang mengatakan bahwa pada saat kematian Kristus, ajaran Sepuluh Hukum (decalogue) telah dihapuskan bersama dengan hukum upacara, Wesley berkata, “Hukum moral, yang terdapat di dalam Sepuluh Hukum dan diberlakukan oleh para nabi, tidak dihapuskan-Nya. Kedatangan-Nya tidak dimaksudkan untuk membatalkan sesuatu bagian dari hukum itu. Hukum ini adalah hukum yang tidak pernah dihapuskan, yang ‘berdiri teguh sebagai saksi yang setia di Surga’ . . . . Hukum ini sudah ada sejak awal dunia ini, yang ‘dituliskan bukan di atas loh-oh batu,’ tetapi di dalam hati semua anak manusia, pada waktu mereka keluar dari tangan Pencipta (Khalik). Namun huruf-huruf yang pada suatu ketika dituliskan oleh jari-jari tangan Allah, sekarang dinodai oleh dosa. Meskipun begitu, hukum itu tidak dapat benar-benar dihapuskan sementara kita masih mempunyai kesadaran terhadap yang baik dan yang jahat. Setiap bagian dari hukum ini harus tetap berlaku bagi manusia, dan di segala zaman, sebagaimana ia tidak tergantung kepada waktu atau tempat, atau keadaan-keadaan yang lain yang dapat berubah. Tetapi bergantung pada sifat alamiah Allah, dan alamiah manusia dan hubungannya yang tak berubah kepada satu sama lain.

” ‘Aku datang bukan untuk merombak hukum, tetapi untuk menggenapi’ . . . . Tanpa dipertanyakan, maksud-Nya dalam hal ini (sesuai dengan semua yang sudah lalu dan yang akan menyusul), — Aku datang untuk memenuhinya, walau apapun pemutar-balikan manusia: Aku datang untuk menempatkannya di tempat yang bisa dilihat dengan jelas dan penuh betapapun kegelapan atau atau kesuraman menutupi tempat itu. Aku datang untuk menyatakan kebenaran dan kepenuhan makna setiap bagian dari hukum itu, untuk menunjukkan panjangnya dan lebarnya, luas seluruhnya setiap perintah yang dikandungnya dan tingginya dan dalamnya, kemurnian dan kerohanian yang tak terpahami dalam semua cabang-cabangnya.” — Wesley’s Works, Sermon 25.

Wesley menyatakan keselarasan yang sempurna hukum itu dengan kabar Injil. “Oleh sebab itu, ada hubungan yang paling erat yang dapat dipikirkan, antara hukum dan Injil. Di satu sisi, hukum itu secara terus menerus menunjukkan jalan dan mengarahkan kita kepada Injil. Di sisi lain, Injil itu terus menerus menuntun kita kepada penggenapan hukum itu dengan lebih tepat. Sebagai contoh, hukum itu menghendaki kita mengasihi Allah, mengasihi tetangga kita, menjadi lemah lembut, rendah hati atau suci. Kita merasa bahwa kita tidak layak untuk hal-hal ini, ya, ‘bagi manusia hal ini tidak mungkin,’ tetapi kita melihat janji Allah memberikan kasih itu kepada kita, dan membuat kita lemah lembut dan rendah hati dan suci. Kita berpegang kepada Injil ini, kepada kabar kesukaan. Hal itu diberikan kepada kita sesuai dengan iman kita. Dan ‘kebenaran hukum itu digenapi di dalam kita,’ melalui iman yang di dalam Kristus Yesus . . . .

“Di tingkat yang paling tinggi musuh-musuh Injil Kristus,” kata Wesley, “adalah mereka yang secara terbuka dan jelas ‘menghakimi hukum itu,’ sendiri, dan ‘berbicara jahat mengenai hukum itu,’ yang mengajar orang melanggar (melenyapkan, melonggarkan, atau membuka ikatan kewajiban kepada) bukan hanya satu — yang paling kecil atau yang paling besar — tetapi seluruh hukum itu . . . . Yang paling mengherankan dari semua keadaan yang membantu keadaan penipuan besar ini ialah bahwa mereka yang menyerah kepadanya, benar-benar percaya bahwa mereka menghormati Kristus oleh membuangkan hukum-Nya. Dan bahwa mereka sedang membesarkan kedudukan-Nya sementara membinasakan ajaran-ajaran-Nya! Ya, mereka menghormati-Nya hanya seperti yang dilakukan Yudas bilamana ia berkata, ‘Salam Rabbi dan ia mencium-Nya,’ Dan Kristus juga bisa berkata dengan jujur kepada setiap orang, ‘Engkau mengkhianati Anak Manusia dengan sebuah ciuman?’ Adalah pengkhianatan dengan ciuman membicarakan darah-Nya, tetapi membuang mahkota-Nya. Menyalakan terang oleh sesuatu bagian hukum-Nya, tetapi berpura-pura memajukan Injil-Nya. Tidak ada yang akan lolos dari tuduhan ini, yang mengkhotbahkan iman sedemikian rupa, apakah secara langsung atau tidak langsung cenderung mengesampingkan setiap cabang penurutan, dan yang mengkhotbahkan Kristus dengan meniadakan atau melemahkan hukum Allah yang terkecil sekalipun.’ — Wesley’s Works, Sermon 25.

Kepada mereka yang mendesak bahwa, “pengkhotbahan Injil menjawab semua tujuan akhir hukum itu,” Wesley menjawab, “Ini kita tolak dengan keras. Hal itu tidak menjawab tujuan akhir sekali dari hukum itu, yaitu, meyakinkan manusia akan dosa, membangunkan mereka yang masih tidur di tepi pintu neraka.” Rasul Paulus menyatakan bahwa “oleh hukum kita mengenal dosa;” “dan bukan sampai seseorang melakukan dosa baru benar-benar merasakan keperluannya akan penebusan darah Kristus . . . . ‘Mereka yang sehat’ sebagaimana Tuhan kita sendiri mengamatinya, ‘tidak memerlukan dokter, tetapi mereka yang sakit.’ Oleh sebab itu, adalah tidak masuk akal untuk menyodorkan seorang dokter kepada mereka yang sehat, atau paling sedikit yang membayangkan diri mereka sehat. Pertama-tama engkau harus meyakinkan bahwa mereka itu sakit, sebab kalau tidak mereka tidak akan berterimakasih kepadamu atas jerih payahmu. Adalah sama mustahilnya menyodorkan Kristus kepada mereka yang hatinya ‘sehat,’ yang belum pernah mengalami patah hati.” — Idem, Sermon 35.

Dengan demikian sementara mengkhotbahkan Injil karunia Allah, Wesley, seperti Tuannya, berusaha “membesarkan hukum, dan menghormatinya.” Dengan setia ia melakukan tugas yang diberikan Allah kepadanya, dan ia diizinkan untuk melihat hasilnya yang gemilang. Pada akhir hidupnya yang cukup lanjut yang lebih dari delapan puluh tahun — lebih dari setengah abad digunakannya dalam pelayanan Injil — pengikut-pengikutnya berjumlah lebih dari setengah juta orang. Tetapi orang-orang banyak, yang melalui usahanya telah diangkat dari puing-puing dan kehinaan dosa kepada kehidupan yang lebih tinggi dan lebih suci, dan jumlahnya yang oleh pengajarannya telah mencapai pengalaman yang lebih dalam dan lebih kaya, tidak akan pernah diketahui sampai seluruh keluarga umat yang ditebus itu dikumpulkan ke dalam kerajaan Allah. Hidupnya mempersembahkan satu pelajaran yang tak ternilai harganya bagi setiap orang Kristen. Akankah iman dan kerendahan hati, semangat yang tak mengenal lelah, pengorbanan diri sendiri, dan penyerahan hamba Kristus ini, boleh dipantulkan di dalam gereja-gereja zaman ini?

 

-Buku Kemenangan Akhir

 

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?