Friday, April 19, 2024
Google search engine
HomeGaya HidupPendidikanKemauan Adalah Salah Satu Faktor dalam Keberhasilan

Kemauan Adalah Salah Satu Faktor dalam Keberhasilan

[AkhirZaman.org] Setiap Anak Harus Memahami Kuasa Kemauan. Kemauan adalah kuasa yang memerintah di dalam tabiat manusia, yang mengendalikan segala kesanggupan lainnya di bawah perintahnya. Kemauan bukanlah cita rasa ataupun kecenderungan, tetapi itu adalah kuasa yang menentukan, yang bekerja di dalam diri manusia untuk menurut Tuhan, atau tidak menurut.1

Setiap anak harus memahami kuasa yang sebenarnya daripada kemauan. Ia harus dituntun menyadari betapa besarnya tanggung jawab yang terkandung di dalam pemberian ini. Kemauan adalah . . . kuasa yang menentukan, atau memilih.2

Sukses Datang Bilamana Kemauan Diserahkan kepada Tuhan. Setiap manusia yang dikendalikan oleh pertimbangan mempunyai kuasa untuk memilih yang benar. Di dalam setiap pengalaman hidup firman Tuhan kepada kita adalah, “Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah.” Yusak 24:15. Setiap orang dapat menempatkan kemauannya di pihak kehendak Tuhan, dapat memilih untuk menurut Dia, dan dengan cara  demikian menghubungkan dirinya sendiri dengan alat‑alat ilahi, ia dapat perdiri dimana tidak ada sesuatu yang dapat memaksa dia untuk berbuat jahat. Di dalam diri setiap anak muda, setiap anak‑anak, terdapat kuasa, oleh pertolongan Tuhan, untuk membentuk satu tabiat yang jujur dan, untuk menghidupkan satu kehidupan yang bermanfaat.

Orang tua atau guru yang oleh petunjuk seperti itu mendidik anak‑anak untuk mengendalikan diri akan menjadi orang‑orang yang paling berguna dan sukses untuk selamanya. Kepada pengamat yang dangkal pekerjaannya itu boleh jadi kelihatannya bukanlah sesuatu yang terbaik, boleh jadi itu tidak dinilai setinggi seperti pekerjaan dari seorang yang menguasai pikiran dan kemauan seorang anak dengan menggunakan wewenang yang mutlak; tetapi tahun‑tahun mendatang akan menunjukkan hasil daripada metode pendidikan yang lebih baik.3

Jangan Lemahkan, Tetapi Tuntun Kemauan Anak Itu. Simpanlah segala kekuatan kemauan itu, oleh karena manusia memerlukan semuanya tetapi berikanlah kepadanya bimbingan yang sepatutnya. Perlakukanlah itu dengan bijaksana dan dengan lemah lembut, sebagai satu harta yang suci. Jangan hancurkan itu berkeping‑keping, tetapi oleh pengajaran dan teladan yang benar bentuklah itu dengan bijaksana sampai anak itu mencapai usia dewasa.4

Anak‑anak harus cepat diajar untuk menyerahkan kemauan dan kecenderungan mereka kepada kemauan dan wewenang orang tua mereka. Bilamana orang tua mengajarkan kepada anak‑anak mereka pelajaran ini maka mereka sedang mendidik anak‑anak itu untuk menyerah kepada kehendak Tuhan dan menuruti tuntutan‑tuntutan‑Nya, dan menjadikan mereka layak untuk menjadi anggota keluarga Kristus.5

Harus Dibimbing, Bukan Dihancurkan. Untuk menuntun perkembangan seorang anak tanpa menghalanginya oleh pengendalian yang berlebih‑lebihan haruslah menjadi bahan pelajaran baik orang tua dan juga guru. Terlalu banyak mengatur adalah sama buruknya dengan terlalu sedikit. Usaha untuk “mematahkan kemauan” seorang anak adalah satu kesalahan ya hebat. Pikiran dibangun dengan cara berbeda‑beda; sementara paksa dapat menghasilkan penurutan secara luar, di dalam diri banyak anak‑anak hal itu akan mengakibatkan satu pemberontakan yang lebih nekad lagi di dalam hati mereka. Sekalipun misalnya orang tua atau guru berhasil dalam usahanya untuk mengendalikan mereka, maka hasilnya akan tidak kurang merusaknya kepada anak itu. Oleh karena penyerahan kemauan itu lebih sulit bagi beberapa orang murid daripada bagi yang lainnya, maka guru itu harus menjadika penurutan kepada tuntutan‑tuntutannya semudah‑mudahnya. Kemauan harus dibimbing dan dibentuk, tetapi jangan diabaikan atau dihancurkan.6

Tuntun, Jangan Sekali‑kali Dorong. Biarkan anak‑anak yang berada di bawah pengawasanmu memiliki satu kepribadian, sebagaimana halnya dirimu. Selalulah berusaha menuntun mereka, tetapi jangan sekali‑kali mendesak mereka.7

Digunakannya Kemauan Memperluas dan Menguatkan Pikiran. Seorang anak bisa dididik demikian rupa sehingga . . . tidak memiliki kemauannya sendiri. Bahkan kepribadiannya bisa dilebur dalam kepribadian orang yang mengawasi pendidikannya; kemauannya, untuk segala tujuan dan maksud diserahkan kepada kemauan gurunya.

Anak‑anak yang dididik dengan cara demikian rupa akan selalu mempunyai kekurangan dalam kekuatan akhlak dan tanggung jawab pribadi. Mereka tidak pernah diajar bertindak menurut pertimbangan dan prinsip; kemauan mereka telah dikendalikan oleh orang lain, dan pikiran mereka tidak digunakan, agar itu bisa berkembang dan menjadi kuat. Mereka tidak pernah dibimbing dan didisiplin sehubungan dengan pembentukan dan kesanggupan pikiran mereka, untuk menunjukkan kuasa mereka yang paling kuat bilamana dibutuhkan.8

Bilamana Terjadi Satu Pertentangan Kemauan. Jikalau seorang anak mempunyai satu kemauan yang keras, maka ibu, jikalau ia memahami tanggung jawabnya, akan menyadari bahwa kemauan keras ini adalah bagian daripada warisan yang telah diberikannya kepadanya. Ia tidak akan memandang kepada kemauannya itu sebagai sesuatu yang harus dipatahkan. Ada waktunya bilamana tekad ibu akan berhadapan dengan tekad anak, pada waktu kemauan ibu yang keras dan matang itu berhadapan dengan kemauan anak yang tidak masuk di akal, dan apabila ibu memerintah oleh karena keuntungannya dalam usia dan pengalamannya, atau oleh karena diperintahnya kemauan orang yang lebih tua oleh kemauan seorang anak yang lebih muda dan tidak berdisiplin. Pada saat‑saat seperti itu diperlukan kebijaksanaan; oleh karena dengan bimbingan yang tidak bijaksana, oleh paksaan yang keras, anak itu bisa dirusak baik bagi hidup yang sekarang ini dan juga bagi hidup yang akan datang. Oleh kurangnya kebijaksanaan segala sesuatu bisa hilang.

Hal ini adalah satu krisis yang jangan dibiarkan untuk timbul dengan sering, oleh karena baik ibu dan anak akan menghadapi suatu pergumulan yang besar. Kewaspadaan yang saksama harus diadakan untuk menghindari hal seperti itu. Tetapi sekali hal seperti itu terjadi, maka anak harus dituntun untuk menyerah kepada kebijaksanaan yang lebih tinggi daripada orang tua. Ibu harus menjaga kata‑katanya dengan pengendalian yang sempurna. Janganlah ada perintah‑perintah yang diucapkan dengan suara yang keras. Jangan ada sesuatu hal dilakukan yang akan menimbulkan satu roh perlawanan di dalam diri seorang anak. Ibu harus belajar bagaimana caranya untuk menghadapi dia dengan cara demikian rupa sehingga ia akan dapat ditarik kepada Yesus. Ia harus berdoa dalam iman agar setan tidak akan menjadi pemenang terhadap kemauan anak itu. Malaikat‑malaikat sorga sedang mengamat‑amati kejadian ini. Ibu harus menyadari bahwa Tuhan adalah penolongnya, bahwa kasih adalah sukses dan kekuatannya. Jikalau dia adalah seorang Kristen yang bijaksana, ia tidak akan mencoba memaksa anak itu supaya rnenyerah, Ia akan berdoa, dan apabila ia berdoa, ia akan menjadi sadar akan adanya satu pembaharuan kehidupan rohani di dalam dirinya sendiri. Dan ia akan menyadari bahwa pada saat yang sama kuasa yang sedang bekerja di dalam dirinya itu juga sedang bekerja di dalam diri anak itu. Dan anak itu, gantinya dipaksa, sedang dituntun dan menjadi lebih lemah lembut; dan peperanganpun dimenangkan. Setiap pikiran yang baik, setiap tindakan yang sabar, setiap kata yang dikendalikan dengan bijaksana, adalah seperti sebuah apel keemasan di dalam pinggan perak. Ibu telah memperoleh satu kemenangan yang lebih berharga daripada yang dapat dinyatakan dalam kata‑kata. Ia mempunyai terang yang diperbaharui dan pengalaman yang bertambah. “Terang yang benar itu, yang menerangi setiap orang yang datang ke dalam dunia ini,” telah menaklukkan kemauannya. Di sana terdapat damai setelah tofan berlalu, seperti terang sinar matahari sesudah hujan.9

Orang Tua Harus Mempertahankan Perasaan‑perasaan Orang Muda. Terlalu sedikit orang yang menyadari pentingnya mempertahankan, sejauh‑jauhnya, perasaan‑perasaan mereka semasa muda, dan tidak menjadi kasar dan tidak bersimpati dalam sifat mereka. Tuhan akan merasa senang melihat orang tua menggabungkan sifat kesederhanaan seorang anak dengan keteguhan, kebijaksanaan dan kematangan seorang bapa dan ibu. Beberapa orang tidak pernah‑memiliki satu masa kanak‑kanak yang sejati. Mereka tidak pernah menikmati kebebasan, kesederhanaan dan kesegaran dari hidup yang sedang berkembang. Mereka dimarahi dan diperlakukan dengan kasar ditegur dan dipukul, sehingga sifat tidak bersalah dan kejujuran seorang anak diganti oleh ketakutan, iri hati, cemburu dan tipu daya. Orang‑orang seperti itu jarang yang memiliki sifat‑sifat yang akan menjadikan masa  kanak‑kanak dari anak‑anak mereka itu berbahagia.10

Satu Kesalahan yang Besar. Satu kesalahan yang besar diperbuat bilamana tali kekang itu dibiarkan kepada tangan anak‑anak, dan dibiarkan memegang kendali di dalam rumah tangga. Hal ini memberi bimbingan yang tidak patut kepada perkara yang baik itu, yaitu kuasa kemauan. Tetapi hal ini telah dilakukan dan akan terus dilakukan karena para bapa dan ibu buta dalam pandangan dan perhitungan mereka.11

Seorang Ibu yang Menyerah kepada Anaknya yang Menangis. Anakmu. . . memerlukan tangan kebijaksanaan untuk membimbing dia dengan sebenarnya. Ia telah dibiarkan menangis untuk meminta apa yang diingininya? sehingga ia membentuk kebiasaan untuk melakukan hal ini. Ia telah dibiarkan menangis mengadu kepada bapanya. Berulang‑ulang, pada pendengarannya, kepada orang lain telah diceritakan bagaimana ia telah menangis untuk mengadu kepada bapanya, sehingga ia menjadikan hal ini sebagai senjatanya.

Andai kata saya ibu anakmu itu, dalam waktu tiga minggu ia akan diubahkan. Saya akan menjadikan dia mengerti bahwa kata‑kata saya adalah undang­undang, dan dengan manis budi tetapi dengan tegas saya akan jalankan maksud saya. Saya tidak akan menyerahkan kemauan saya kepada kemauan anak saya. Engkau mempunyai satu pekerjaan untuk dilaksanakan di sini, dan engkau telah kehilangan banyak oleh karena tidak mengerjakannya sebelumnya.12

Kehidupan yang Tidak Berbahagia dari Anak yang Dimanja. Setiap anak yang tidak didisiplin dengan saksama dan penuh permintaan doa tidak akan berbahagia dalam masa percobaan ini dan akan membentuk tabiat yang tidak baik sehingga Tuhan tidak dapat mempersatukan mereka dengan keluarga‑Nya di dalam sorga. Ada satu beban yang sangat besar yang harus dipikul seumur hidup seorang anak yang dimanjakan. Di dalam ujian, di dalam kekecewaan, di dalam penggodaan, ia akan mengikuti kemauannya yang tidak berdisiplin salah bimbing itu.l3

Anak‑anak yang dibiarkan mengikuti jalannya sendiri tidaklah berbahagia. Hati yang tidak taat itu di dalamnya tidak mempunyai unsur‑unsur ketenangan dan kepuasan. Pikiran dan hati harus didisiplin dan dikendalikan dengan sepatutnya, agar tabiat bisa menjadi selaras dengan undang‑undang yang bijaksana yang mengatur hidup kita. Ketidaktenangan dan ketidakpuasan adalah buah‑buah pemanjaan dan sifat‑sifat mementingkan diri.14

Latar Belakang daripada Banyak Penggodaan. Penggodaan yang menyedihkan yang terbukti amat membahayakan kepada kemakmuran sidang, dan yang menyebabkan orang yang tidak percaya itu terserandung dan berpaling dengan rasa bimbang dan tidak puas, biasanya timbul dari roh yang tidak mau tunduk dan roh memberontak, sebagai akibat daripada sikap orang tua yang suka memanjakan anak‑anak. Betapa banyaknya hidup yang dirusak, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukan, di bawah pengaruh daripada

Nafsu yang cepat timbul yang sebenarnya bisa dikekang pada masa kanak‑kanak, pada waktu pikiran masih peka, pada waktu hati masih mudah untuk dipengaruhi bagi yang benar dan masih tunduk kepada kemauan seorang ibu yang penuh kasih sayang. Pendidikan yang kurang diterima anak‑anak merupakan dasar daripada kemerosotan moral yang merajalela itu.15

Oleh: Ellen White

1. Testimonies for the Church, Jilid 5, hal. 513.

2. Education, hal. 289.

3. Idem

4. Counsels to Parents, Teachers and Students, hal. 116.

5. Naskah 119, 1899.

6. Education, hal. 288, 289.

7. Testimonies for the Church, Jilid 5, hal. 653.

8. Counsels to Parents, Teachers and Students, hal. 74.

9. Letter 55, 1902.

10. Good Health, Maret 1880.

11. Naskah 126, 1897.

12. Letter 5, 1884.

13. Naskah 126, 1897.

14. Testimonies for the Church, Jilid 4, hal. 202.

15. Idem .

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?