Friday, March 29, 2024
Google search engine
HomeUncategorizedJepang peringati empat tahun gempa dan tsunami dahsyat

Jepang peringati empat tahun gempa dan tsunami dahsyat

[AkhirZaman.org] Beberapa orang yang terdiri dari lansia, paruh baya ataupun orang muda tampak menundukkan kepala dan sebagian besar dari mereka memakai pakaian warna gelap seperti sedang berkabung. Kemudian secara bersama-sama mengheningkan cipta selama kurang lebih satu menit.

Pemandangan ini terjadi di kota Sendai di Jepang sebagai bentuk penghormatan dan juga untuk mengenang para korban gempa dan tsunami dahsyat yang empat tahun melanda negeri itu. Upacara serupa digelar di berbagai kota yang terkena dampak bencana tersebut.

Di kota pelabuhan Minamisanriku, di Jepang timur, para korban yang selamat bergandengan tangan dengan para relawan saat mengenang para korban. Sedangkan di tempat lain terlihat Kaisar Akihito dan Perdana Menteri Shinzo Abe memimpin upacara di Tokyontuk mengenang dan menghormati para korban.

Inilah cara Jepang untuk memperingati gempa dan tsunami dahsyat, yang antara lain menyebabkan PLTN Fukushima rusak berat, dengan mengheningkan cipta selama satu menit.

Dalam tragedi yang terjadi tahun 2011 lalu, hampir 16.000 tewas dan lebih dari 2.500 orang masih dinyatakan hilang setelah tsunami menerjang kawasan penduduk. Bencana yang dahsyat ini ternyata mengakibatkan dampak yang dahsyat pula bagi para korban.

Empat tahun berselang proses rekonstruksi dinilai berjalan lamban dan masih banyak pengungsi yang belum bisa kembali ke rumah-rumah mereka. Sang Kaisar berkata, “Sangat penting untuk terus melanjutkan upaya membangun kawasan-kawasan yang aman, tanpa melupakan pelajaran (dari bencana) ini.”

Data pemerintah menunjukkan sekitar 230.000 orang masih mengungsi, banyak di antaranya akibat bencana nuklir, termasuk 80.000 orang yang tinggal di perumahan sementara.

Dan Perdana Menteri Abe mengatakan bahwa sekarang ini “proses rekonstruksi memasuki tahap baru. Kami akan membantu para korban untuk bisa mandiri. Sebagai pemerintah, kami akan menyediakan bantuan semaksimal mungkin.”

Sumber: bbc.indonesia

Pernahkah Anda berpikir mengapa Tuhan mengijinkan semua bencana yang membawa penderitaan bagi manusia? Apakah Dia tidak bisa mencegah semua itu terjadi? Tuhan bisa, namun Iblislah yang menjadi penyebab dari semua peristiwa ini.

Yang pasti adalah akan selalu muncul pertanyaan mengapa Allah menginjinkan semua ini terjadi, dan tidak akan pernah bisa kita mendapatkanjawaban yang memuaskan untuk semua pertannyaan-pertanyaan itu. Namun yang pasti itu semua harus terjadi untuk beberapa maksud demi kebaikan kita. Kita akan melihat ada empat alasan yang bisa kita pelajari mengapa Tuhan terkadang memungkinkan kita untuk menderita.

1. Untuk Mengungkapkan Karakter Kita.
Bagaimana kita merespons kesulitan akan mengungkapkan apa yang ada di hati kita. Mari kita misalkan ada dua guci. Dan kita berikan “madu” pada setiap guci. Tetapi kita mengisi satu guci dengan madu, dan yang lainnya dengan cuka apel. Sekarang keduanya terlihat sangat mirip, namun memiliki isi yang berbeda. Dan kita telah memberi label “madu” pada keduanya. Sekarang seandainya kita membuka salah satunya., maka apa yang akan keluar? Jika ada madu di dalamnya, madu akan keluar. Jika ada cuka di dalam, cuka akan keluar.

Begitu pula dengan karakter kita, jika Roh Yesus dalam hati maka kebaikan yang akan nampak dalam karakter kita. Bahkan ketika kita mendapat perlakuan buruk maka kita akan merspon seperti yang Yesus lakukan. Apa yang keluar dari Yesus ketika mereka meludahi wajah-Nya dan memaku-Nya di kayu salib? “Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Mari kita berdoa untuk memiliki jenis karakter seperti ini. Seseorang mungkin mengatakan, “Jika Allah membiarkan itu terjadi padaku, aku membenci Dia.” Yah, ada cuka keluar!
Kadang-kadang Tuhan mengijinkan kita menderita untuk mengungkapkan karakter kita.

2. Untuk Memurnikan Karakter Kita.
Dimana menempatkan emas untuk memurnikan itu? Dalam tungku api yang panas. Dan dalam panas tungku, semua kotoran emas akan dibersihkan. Alkitab mengatakan kepada kita dalam Yesaya 48:10: “Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam dapur kesengsaraan.”

Dimana Allah menempatkan kita? Dalam tungku penderitaan. Apakah itu tempat yang menyenangkan? Tidak sama sekali. Tapi apa yang terjadi dalam api? Kita sedang dimurnikan. Jadi Tuhan terkadang mengijinkan penderitaan untuk menimpa kita supaya menyucikan kita. Dia menyempurnakan kita untuk bersiap bagi kehidupan kekal dalam kemuliaan!

3. Untuk Memperkuat Iman dan Pengalaman Kerohanian Kita.
Pohon-pohon terkuat di dunia adalah yang berada di puncak gunung, yang telah menghadapi angin dan mengalami badai. Begitu pula orang-orang Kristen terkuat biasanya adalah mereka yang paling menderita. Mereka yang menderita karena iman mereka, biasanya memiliki kedalaman pengalaman Kristen.

Alkitab mengatakan kepada kita dalam Yakobus 1: 2, 3 – “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, (1:3) sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.”

Jadi Yakobus mengatakan untuk bersukacita dalam ujian penderitaan! Jika kita bersukacita dalam masalah-masalah kita sudah dekat ke surga.

4. Untuk Memberikan Kita Kebebasan Memilih.
Mengapa Allah membiarkan semua rasa sakit dan penderitaan? Itu untuk memberikan kita kebebasan memilih. Kita bebas memilih tapi akan diikuti dengan konsekuensi. Alkitab berkata dalam Galatia 6: 7, “Apa pun yang ditabur orang itu juga yang akan dituainya.”

Sebagai contoh, seorang pria merokok sepanjang hidupnya, ia mendapat kanker paru-paru. Namun kenapa juga ada orang yang tidak bersalah atau membuat pilihan yang salah namun menderita? Contoh terbesar itu siapa? Yesus. Apakah Dia bersalah? Tidak. Apakah Ia menderita? Dia menderita lebih dari orang lain yang pernah akan menderita. Alkitab mengatakan kepada kita dalam 1 Petrus 3: 18 bahwa Dia menderita hanya untuk orang yang tidak benar.

Di kayu salib kita melihat puncak dari kontroversi besar antara Kristus dan setan. Kita melihat di Kalvari kemenangan terbesar dalam kontroversi besar. Kita melihat bukti menderita demi kebenaran ini di sisi Allah. Di kayu salib, Yesus menyerahkan nyawa-Nya untuk “membeli kembali” kebebasan kita untuk memilih. Sebelum kematian Kristus, kita tidak punya pilihan. Tapi ketika Yesus mati, kita bisa leluasa menerima hidup kekal melalui Yesus.

Mari kita tinjau kembali empat alasan mengapa Tuhan kadang memungkinkan kita untuk menderita. (1) Mengungkapkan Karakter, (2) Menyucikan Kita, (3) Memperkuat Iman dan Pengalaman, (4) Memberikan Kita Kebebasan Memilih. Kita dapat melihat bahwa ini semua sebagai salah satu cara terbaik yang Tuhan gunakan untuk bersiap bagi kedatanganNya.

Yesus mengatakan bahwa “akan terjadi gempa bumi yang dahsyat” (Lukas 21:11) untuk menjawab pertanyaan para murid mengenai waktu dan peristiwa yang akan terjadi sebelum kedatanganNya kedua kali.

Setelah memberikan jawaban lengkap yang penuh dengan kengerian dan penderitaan, di dalam ayat 28 Yesus memberikan penghiburan bagi para murid dan khususnya bagi kita: “Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.”

Sekarang kita telah mendapatkan jawaban mengapa semua penderitaan dan bencana harus terjadi sebelum kedatangan Yesus kedua kali. Pertama adalah cara Tuhan untuk menyiapkan kita untuk bersiap bagi sorga. Karena semua itu dimaksudkan untuk Mengungkapkan Karakter, Menyucikan Kita, Memperkuat Iman dan Pengalaman, serta Memberikan Kita Kebebasan Memilih berdiri bersama Tuhan atau setan.

Dan kedua adalah sebagai satu dari sekian tanda dan peristiwa yang akan mengingatkan kita betapa dekatnya waktu penyelamatan kita yang segera akan tiba.

Di saat begitu banyak pertanyaan dimanakah Tuhan ketika kita menderita, nabi Yesaya yang hidup jauh sebelum Yesus hadir di dunia menuliskan satu janji yang Tuhan berikan kepada kita di dalam Yesaya 43:1… “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.”

Dengan cara yang lain mungkin kita mengalami penderitaan yang tidak sama dengan yang dialami oleh warga Jepang akibat gempa dan tsunami, dan ini memunculkan perasaan seolah kita seperti tenggelam dalam kesulitan dan masalah.

Kita mungkin jatuh seperti air gelap putus asa siap untuk menyapu atas jiwa kita. Tapi Tuhan berkata, “Aku bersamamu.” Bila Anda menderita, Tuhan ada di sisi Anda. Dan Dia mengatakan, “Ketika kamu melewati api, kamu tidak akan terbakar.” Kita mungkin merasa bahwa hari ini Anda berada di dapur kesengsaraan. Namun kita tahu bahwa ada mata yang penuh kasih yang memastikan bahwa kita tidak membakar.

Suatu hari musim panas tahun 1932 di Chicago. Musisi jazz Afrika-Amerika bernama Tomi Dorsi tinggal di apartemen di daerah kumuh. Dan malam berikutnya, ia punya janji untuk bermain konser di St Louis, satu perjalanan jauh dengan kereta api. Istri Tomi siap untuk melahirkan dan intuisinya mengatakan bahwa dia tidak harus pergi saat ini karena istrinya membutuhkannya. Namun Tomi membutuhkan uang. Keluarganya miskin dan sangat membutuhkan uang. Oleh karena itu, keesokan paginya ia berpamitan kepada istri dan berangkat ke St Louis. Malam itu ia bermain dan memperoleh uang yang sangat dibutuhkan. Saat ia berjalan dari panggung setelah konser, seseorang memberinya telegram yang mengatakan, “Mr Dorsi, Anda adalah ayah dari bayi laki-laki. Sayangnya, istri Anda meninggal dalam kelahiran anak.” Seketika itu berita ini begitu menghancurkan hati Tomi. Dia bertanya kepada Tuhan, “Mengapa, Tuhan, kau membiarkan itu terjadi padaku?”

Kemudian seorang teman mengantar Tomi ke rumah sepanjang malam dengan mobil sehingga ia bisa pulang lebih awal. Keesokan paginya, ia tiba kembali di Chicago dan langsung pergi ke rumah sakit di mana anak yang baru lahir dan di mana istrinya telah meninggal. Tapi ketika ia tiba, ia disambut dengan berita lebih buruk bahwa bayinya juga meninggal pada malam hari. Tomi mengalami depresi yang mendalam dan keputusasaan. Ia merasa bahwa Allah telah meninggalkan dia.

Hari demi hari berlalu sejak peristiwa itu. Tampak sepertinya bahwa ia tidak bisa dihibur oleh siapapun atau apapun. Lalu suatu hari ia duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu. Saat ia sedang bermain lagu, kata-kata datang ke pikirannya dan ia tuliskan menjadi sebuah lirik. “Tuhan yang mulia, mengambil tanganku, menuntun aku. Bantu aku berdiri melalui badai, melalui malam, membawaku ke cahaya, mengambil tanganku, mulia Tuhan, tuntunlah aku ke rumah.”

Mungkin kita sedang mengalami betapa beratnya hidup, mungkin sesuatu yang mengerikan telah terjadi dalam hidup kita atau dalam kehidupan seseorang yang kita cintai. Namun satu janji Tuhan yang pasti Dia ucapakan kepada masing-masing kita: “Akulah, Akulah yang menghibur kamu.” Yesaya 51: 12.

 

 

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?