Thursday, March 28, 2024
Google search engine
HomeGaya HidupPendidikanKOMUNIKASI YANG MENGHIDUPKAN

KOMUNIKASI YANG MENGHIDUPKAN

     [AkhirZaman.org] Jika dalam beberapa hari saja rumput-rumput dipekarangan rumah kita tidak dirawat, akan terlihat rumput-rumput itu akan ditumbuhi lalang di sekitarnya. Dan lebih lama lagi kita memperhatikan serta merawatnya, taman rumput kita akan menyerupai semak-semak. Sehingga diperlukan waktu yang lama untuk membenahinya kembali daripada yang biasanya kita butuhkan.

    Merawat taman mempunyai analogi dengan memelihara hubungan kita dengan Tuhan. Oleh karena kesibukan-kesibukan rutin kita, dapat saja beberapa hari kita tidak sempat “merawat” hubungan kita dengan Tuhan. Dan apa yang terjadi? “Rumput-rumput liar”tumbuh dengan cepat memenuhi hati dan pikiran kita. Dengan bebas ia menghimpit pertumbuhan rohani kita. Betapa pentingnya kita mempunyai waktu setiap hari untuk merawat hati dan pikiran kita, membersihkannya dari “rumput-rumput liar”. Ini jauh lebih mudah ketimbang rumput-rumput itu sempat bertumbuh dengan lebatnya.
   
    Sekiranya Tuhan “enggan” berkomunikasi dan merawat hubungan kita dengan-Nya, DAPAT KITA BAYANGKAN APA AKIBATNYA! Sekiranya Tuhan tidak lagi mengirimkan sahabat untuk tersenyum kepada kita, tak ada lagi orang menyentuh kita dalam kasih sayang, hanya karena kita tak menjawab kasih saying-Nya dengan teratur! Tuhan itu maha dahsyat! Namun Tuhan juga adalah Maha Pengasih dan Penyayang. Dan kita bersyukur bahwa kita mempunyai Tuhan yang kasih setiaNya adalah untuk selama-lamanya. Kasih yang tak pernah berubah.

    Salah satu masalah yang paling umum dalam hubungan keluarga maupun dalam hubungan dengan siapa pun, adalah soal buruknya komunikasi, yang disebabkan ketidak pekaan dan keterpusatan pada diri sendiri. Tingkat komunikasi diantara kita, diantara keluarga, diatara siapapun dapat aktif, penuh kasih, dapat diperkaya, hanya mungkin dapat terjadi apabila setiap orang berusaha untuk saling memahami, menjalin kehangatan serta keakrapan. Kasih yang tidak egois adalah kekuatan yang ampuh untuk saling mempersatukan dengan Tuhan sebagai pusat-Nya.

    Namun acapkali yang terjadi di dalam hubungan berkomunikasi, bahkan yang komunkasinya tergolong lancar, dapat pula timbul kesalah-pahaman dan malah saling menyakiti. Ini terjadi bukan karena tidak ada kasih, tetapi karena salah dalam mengekspresikan perasaan atau karena kasih yang ada itu tidak dinyatakan. Oleh karena itu, kita harus meneliti kembali cara kita berkata-kata, bersikap dan bertindak satu terhadap yang lain. Kita harus berupaya untuk lemah lembut, ingin memahami orang lain, baik dalam hubungan keluarga maupun dalam masyarakat.

Terlalu banyak bicara tidak baik, dan sama sekali tidak berkomunikasi pun tidaklah baik. Namun seperti yang disebutkan di atas, berkomunikasi dapat pula menimbulkan kesalahpahaman kesalahpahaman dan sering timbul perbedaan pendapat yang mencuat ke permukaan. Memang, menerima perbedaan dan memelihara kerukunan bukanlah pekerjaan yang gampang. Tetapi di mana ada kasih, akan ada pula kemauan untuk bekerja keras untuk mencapainya.  Komunikasi yang berdasarkan kasih itu harus terus kita perluas, bahkan sampai kedalam semua lapisan masyarakat. Mengasihi memang tidak mudah, namun memungkinkan segala sesuatu. Kita harus belajar tentang kasih Tuhan, yaitu dengan mengasihi dan dikasihi.

Mereka , dengan siapa kita menjalin hubungan, membentuk dan mengajar kita, sebagaimana kita juga membentuk dan mengajar mereka. Satu-satunya yang dibutuhkan ialah memohon kepada Tuhan untuk mencintai orang-orang lain melalui melalui kita dan menuntun  kita melalui orang lain yang setiap hari kita lihat dan sapa. Tuhan akan mengajar kita bagaimana menyediakan waktu, mempersembahkan hati, berbicara dan berkomunikasi, tapi sekaligus juga mendengar. Dan kita terus-menerus akan belajar semakin mendalam, bila kita mau berkomunikasi, dan mendengar serta BERDOA lebih setia.

    “Sebab kami adalah seperti bau kememyan yang harum yang dibakar oleh Kristus untuk Allah” (2 Korintus 2: 15).

    Alangkah indah kutipan ayat Kitab Suci ini, yaitu kita adalah seperti bau haram yang menyebar ke tempat yang jauh, dan mencapai sudut –sudut yang terpencil sekali pun. Jika harumnya cukup kuat, sedikit saja bau wangi itu akan cukup untuk mengharumkan seluruh daerah atau lingkungan di mana kita berada.

    Kita semua dapat menjadi “wewangian” yang disukai di mana-mna. Kita harus menjadi wewangian yang membawa harapan baru dan hidup baru bagi semua orang, oleh karena itu, kita mempunyai banyak kesempatan untuk berkomunikasi dengan baik dengan pasangan kita, keluarga kita, sahabat-sahabat kita, tetangga kita, maupun sejawat lainnya, dan juga mengucapkan kata-kata yang menghidupkan kepada orang di sekitar kita. Dengan berkomunikasi kita dapat meyakinkan, mendukung dan membimbing orang lain melalui kata-kata kita.

     Alkitab sering menyinggung cara yang patut dalam berkata-kata.”Awasilah mulutku ya Tuhan, berjagalah pada pintu bibirku.” (Mazmur 141: 3).

    Komunikasi dan kata-kata yang baik dapat merupakan pancaran yang hidup. Kata-kata yang baik akan membagikan kesejukan kepada orang lain, dan itulah yang harus kita kerjakan dalam hidup kita.

    “Tanpa komunikasi, kita seperti hidup di padang gurun yang sepi”.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?