Thursday, March 28, 2024
Google search engine
HomeKeluargaPelajaran KeluargaHARMONI DALAM PERNIKAHAN (1)

HARMONI DALAM PERNIKAHAN (1)

“Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.” Matius 19:

[AkhirZaman.org] Memasuki pernikahan merupakan idaman bagi hampir semua manusia. Dikatakan hampir semua, karena ada sebagian kecil orang yang memang mempunyai karunia untuk hidup single seperti Rasul Paulus. Setiap orang berusaha mencari pasangannya masing-masing, membina hubungan dan saling mengenal satu sama lain, hingga pada akhirnya masuk ke jenjang pernikahan.

Membina suatu pernikahan yang indah dan harmoni merupakan idaman bagi setiap pasangan yang akan memasuki jenjang pernikahan. Apa yang ada dalam bayangan calon pengantin umumnya adalah semua hal yang indah-indah.

Tetapi ketika pernikahan telah disahkan dan sepasang pengantin baru mulai menjalani pernikahan mereka, maka mulailah timbul hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Masalah demi masalah pasti akan timbul dalam suatu pernikahan, mulai dari masalah yang kecil hingga masalah yang besar. Dan seringkali suatu pertengkaran timbul disebabkan oleh masalah yang sepele, seperti menaruh barang tidak sesuai dengan keinginan sang suami atau isteri, cara menggosok gigi yang berbeda, cara tidur yang mengganggu, dan masih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan masing-masing yang bisa memicu pertengkaran.

Tahun-tahun pertama, lima tahun pertama atau bahkan sepuluh tahun pertama dari suatu pernikahan bukanlah masa-masa yang mudah. Belum lagi ditambah omongan dari keluarga pasangan yang tidak menyenangkan, maka akan semakin memperumit keadaan. Kondisi pekerjaan yang kurang baik maupun kondisi keuangan yang juga kurang baik akan semakin memicu pertengkaran dalam suatu rumah tangga. Cara mendidik anak bisa juga menimbulkan perbedaaan pendapat yang juga mempunyai kemungkinan akan suatu pertengkaran dalam rumah tangga. Dan masih banyak lagi deretan kejadian-kejadian yang mempunyai potensi untuk menimbulkan pertengkaran dalam rumah tangga. Tidak jarang juga pertengkaran demi pertengkaran terus menumpuk tanpa penyelesaian yang berarti, hingga pada akhirnya memicu kata perceraian dalam rumah tangga yang baru dibina.

Penyebab dari semuanya itu sebenarnya sangat dipengaruhi oleh satu faktor, yaitu perbedaan latar belakang. Bukan suatu hal yang mudah untuk menyatukan dua latar belakang yang berbeda dalam satu rumah tangga. Sekian puluh tahun, mungkin 20 tahun, 30 tahun atau 40 tahun, seseorang telah hidup dalam suatu kebiasaan, kemudian harus hidup menyatu dengan pribadi lain yang juga mempunyai kebiasaannya sendiri selama puluhan tahun juga. Karakter yang keras akan lebih sulit untuk beradaptasi dengan kebiasaan pasangan yang berbeda. Bahkan ada yang telah puluhan tahun menjalani pernikahan tetapi mereka masih belum mempunyai cara untuk mencari jalan keluar jika terjadi pertengkaran.

Masalah-masalah yang terjadi dalam rumah tangga tidak dapat diselesaikan jika masing-masing mempertahankan pendapatnya. Harus ada pihak yang mengalah. Bahkan kedua pihak harus mengalah. Masalah yang terjadi dalam rumah tangga adalah salah satu cara yang Tuhan ijinkan untuk dapat memproses kehidupan masing-masing pribadi. Karakter masing-masing akan dibentuk dan diubahkan dari yang keras hingga menjadi lemah lembut. Dari yang suka marah diubahkan menjadi suka mengalah. Dari yang suka berteriak diubah menjadi ramah. Dari yang suka memukul diubah menjadi penyayang. Dari yang tidak peduli diubah menjadi peduli dan penuh perhatian. Dari yang suka mengomel diubah menjadi suka memuji.

Perlu diingat bahwa pertengkaran bukanlah suatu alasan bagi kita untuk mengatakan bahwa kita tidak cocok dengan pasangan kita, sehingga memutuskan untuk bercerai. Tuhan sendiri mengatakan bahwa Dia membenci perceraian (Maleakhi 2:16). Tidak ada kata bercerai dalam “kamus” pengikut Kristus.
“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Matius 19:6. Kunci untuk meraih harmoni dalam pernikahan adalah dengan menjaga komunikasi dan keterbukaan satu sama lain.

Ambil waktu untuk mengobrol dengan pasangan kita. Bicarakan apa yang memang perlu dibahas, tentunya dengan kepala dingin dan penuh kesabaran. Ceritakan apa yang telah dialami selama satu hari yang telah dijalani, entah pekerjaan di kantor, atau pekerjaan di rumah bagi isteri yang tidak bekerja. Ceritakan ide-ide yang muncul dipikiran kita dan juga rencana-rencana bagi masa depan keluarga. Bahas rencana keuangan rumah tangga, baik pemasukan maupun pengeluaran. Perlu diingat bahwa ketika kita memasuki pernikahan, Firman Tuhan mengatakan bahwa suami isteri adalah satu. Dengan demikian, tidak ada yang namanya sebagian harta ini milik suami, sebagian harta ini milik isteri. Uang dan harta kekayaan yang ada adalah milik bersama dan dikelola secara bersama-sama juga. Suami isteri bertanggung jawab secara bersama-sama atas apa yang terjadi dalam rumah tangga mereka, baik keuangan, anak-anak dan lain-lainnya.

Usahakan keterbukaan dalam setiap keadaan. Jangan simpan rahasia di belakang pasangan. Keterbukaan adalah pintu menuju keharmonisan. Tidak perlu takut mengungkapkan sesuatu yang salah karena kejujuran jauh lebih penting dibandingkan segala sesuatu yang ditutup-tutupi.

Pada akhirnya, usaha dari kedua belah pihak baik suami maupun isteri sangat diperlukan untuk meraih keharmonisan dalam keluarga. Tidak perlu menunggu pasangan kita yang memulai untuk berbuat baik terlebih dahulu. Tidak perlu menunggu pasangan kita untuk mengatakan maaf jika memang pertengkaran telah terjadi. Dengan usaha yang demikian dari suami maupun isteri, maka keharmonisan keluarga dapat diraih demi kemuliaan nama Tuhan. Haleluya!

Sumber: www.pelitahidup.com

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?