Thursday, April 18, 2024
Google search engine
HomePendalamanNubuatanAMARAN DITOLAK (2)

AMARAN DITOLAK (2)

 

[AkhirZaman.org] Banyak gereja-gereja Protestan mengikuti teladan hubungan jahat Roma dengan “raja-raja dunia,” — gereja-gereja negara, oleh hubungan mereka dengan pemerintah, dan denominasi-denominasi lain, oleh usaha-usaha agar disukai dunia. Dan istilah “Babilon” — yang berarti kekacauan — dapat dikaitkan dengan badan-badan ini yang semua mengaku mengambil ajaran atau doktrinnya dari Alkitab, namun, terbagi-bagi menjadi banyak sekte, dengan ajaran dan teori yang bertentangan.

Selain persekutuan jahat dengan dunia ini, gereja-gereja yang memisahkan diri dari Roma menampilkan karakteristiknya yang lain.

Seorang Katolik Roma memberikan bantahan, bahwa “jikalau Gereja Roma pernah dipersalahkan mengenai penyembahan berhala sehubungan dengan orang-orang saleh, maka anak perempuannya, Gereja Inggris, juga melakukan kesalahan yang sama, dimana sepuluh gereja diabdikan kepada Maria sementara hanya satu diabdikan kepada Kristus.” — Dr. Challoner, “The Catholic Christian Instructed,” Preface, pp. 21,22 (ed. 1897).

Dan Dr. Hopkins dalam “A Treatise on the Millenium,” menyatakan, “Tidak ada alasan menganggap roh dan praktek-praktek agama antikristen dibatasi hanya kepada apa yang sekarang disebut Gereja Roma. Gereja-gereja Protestan sendiripun mempunyai banyak antikritus di dalamnya, dan masih jauh dari pembaharuan seluruhnya dari kebejatan dan kejahatan.” — Hopkins, Samuel, “Works,” Vol.II, p. 328 (ed. 1854).

Mengenai pemisahan Gereja Presbyterian dari Roma, Dr. Guthrie menulis, “Tiga ratus tahun lalu, gereja kita dengan Alkitab terbuka dalam panji-panjinya, dengan motto ini, ‘Selidiki Alkitab’ dalam gulungan dokumennya, berbaris keluar dari gerbang kota Roma.” Lalu ia menanyakan pertanyaan penting, “Apakah mereka keluar dengan bersih dari Babilon?” — Guthrie, John, “The Gospel in Ezekiel,” p. 237 (Edinburgh ed. 1857).

“Gereja Inggris,” kata Spurgeon, “tampaknya digerogoti terus oleh upacara-upacara sakramentarianisme, tetapi ketidaksesuaian kepada tradisi hampir sama buruknya dengan falsafah tidak percaya kepada Tuhan. Hal-hal yang kita anggap baik telah disisihkan satu persatu dari dasar-dasar iman. Seterusnya, saya percaya bahwa hati Inggeris dipenuhi oleh sarang-sarang ketidaksetiaan yang terkutuk, yang masih berani naik mimbar dan memanggil dirinya orang Kristen.”

Apakah asal mula kemurtadan besar itu? Bagaimanakah gereja pertama kali menyimpang dari kesederhanaan Injil? Oleh penyesuaian diri kepada praktek-praktek penyembahan berhala, untuk memudahkan Kekristenan diterima oleh kekafiran. Rasul Paulus menyatakan pada zamannya, “Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja.” Selama hidupnya para rasul gereja tetap murni. Tetapi menjelang abad kedua kebanyakan gereja-gereja mengambil bentuk baru. Kesederhanaan mula-mula itu hilang lenyap, dan tak terasa, pada waktu murid-murid dulu itu meninggal dunia, anak-anak mereka bersama-sama dengan orang-orang yang baru bertobat . . . tampil dan membuat bentuk baru.” — Robinson, Robert, “Ecclesiastical Researches,” ch. 6, par. 17 (ed. 1792, p. 51). Untuk mendapatkan orang-orang yang bertobat, standar iman Kristen yang tinggi diturunkan, dan sebagai akibatnya “penyembah-penyembah berhala berduyun-duyun masuk gereja, dengan membawa adat kebiasaannya dan segala praktek serta berhala-berhalanya.” — Gavazzi’s Lectures, p. 278 (ed. 1854). Pada waktu agama Kristen memperoleh bantuan dan dukungan pemerintahan negara, secara nominal diterima oleh orang banyak. Tetapi walaupun tampaknya mereka adalah orang-orang Kristen, masih banyak yang masih tetap penyembah berhala, terutama dengan sembunyi-sembunyi menyembah berhala-berhala mereka.” — Gavazzi’s Lectures, p. 278, (ed. 1854)

Bukankah proses yang sama telah diulang-ulangi di hampir setiap gereja yang menamakan dirinya Protestan? Pada waktu para penemunya yang memiliki roh pembaharuan yang benar meninggal, keturunannya tampil dan membuat “bentuk baru.” Sementara mereka secara membabibuta bergantung kepada ajaran-ajaran leluhur mereka dan menolak menerima setiap kebenaran yang belum pernah mereka ketahui, anak-anak para pembaharu itu menyimpang jauh dari teladan kerendahan hati, penyangkalan diri, dan membuangkan dunia. Dengan demikian “kederhanaan yang mula-mula itu lenyap.” Banjir keduniawian mengalir ke gereja, “membawa adat kebiasaan, praktek-praktek dan berhala-berhala dunia.”

Betapa menakutkan meluasnya persahabatan dunia yang adalah “permusuhan dengan Allah” yang sekarang melanda umat yang mengaku pengikut Kristus! Betapa jauhnya gereja-gereja populer di seluruh dunia Kristen menyimpang dari standar Alkitab mengenai kerendahan hati, penyangkalan diri, kesederhanaan dan kesalehan! John Wesley berkata mengenai pemakaian uang yang benar, “Jangan sia-siakan sebagianpun dari talenta yang begitu berharga, hanya untuk memuaskan keinginan mata, untuk pakaian yang berlebih-lebihan dan mahal, atau untuk perhiasan-perhiasan yang tidak perlu. Jangan sia-siakan sebagianpun daripadanya untuk menghiasi rumahmu dengan berlebihan atau dengan perabot yang mahal-mahal, dengan gambar dan lukisan yang mahal-mahal, dan barang-barang sepuhan . . . . Jangan gunakan apapun untuk memuaskan kesombongan hidup, untuk memperoleh kekaguman dan pujian orang-orang . . . . ‘Selama engkau berlaku baik maka orang lain akan berkata baik mengenai engkau.’ Selama engkau ‘berpakaian kain lenan yang halus, memakan makanan yang paling mahal setiap hari,’ tak heran banyak orang akan memuji kemewahan seleramu, kemurahanmu dan keramahanmu. Tetapi janganlah membeli pujian mereka dengan begitu mahal. Sebaliknya berpuaslah dengan penghormatan yang datang dari Allah.” — Wesley’s Works, Sermon 50, “The Use of Money.” Tetapi ajaran seperti ini diabaikan di banyak gereja pada zaman kita.

Pengakuan agama telah menjadi populer di dunia ini. Para penguasa, ahli politik, ahli hukum, doktor-doktor, dan para pedagang bergabung ke dalam gereja sebagai cara untuk memperoleh penghormatan dan kepercayaan masyarakat, dan untuk memajukan kepentingan duniawi mereka. Dengan begitu mereka berusaha menutupi semua transaksi mereka yang tidak benar, di bawah pengakuan Kekristenan. Berbagai badan-badan agama yang didukung oleh kekayaan dan pengaruh orang-orang duniawi yang sudah dibaptiskan ini, masih dilakukan demi popularitas dan perlindungan. Bangunan gereja-gereja yang megah, yang dihiasi dengan sangat mewah, dibangun di jalan-jalan protokol. Para pengunjung yang mau beribadat menghiasi diri mereka dengan pakaian yang mahal-mahal dan mode-mode mutakhir. Pendeta berbakat digaji dengan gaji yang tinggi untuk menghibur dan menarik perhatian orang-orang. Khotbah-khotbahnya tidak boleh menyinggung dosa-dosa, tetapi harus dibuat lembut dan menyenangkan bagi pendengar-pendengar modern. Dengan demikian orang-orang modern yang berdosa didaftarkan dalam catatan-catatan gereja, dan dosa-dosa modern ditutupi di bawah kesalehan yang pura-pura.

Mengomentari sikap orang-orang yang mengaku Kristen dewasa ini terhadap dunia, sebuah majalah terkenal berkata, “Dengan tak disadari gereja telah tunduk kepada kehendak zaman, dan menyesuaikan upacara perbaktiannya kepada kehendak kemodernan.” “Memang, segala sesuatu yang menolong membuat agama menarik, sekarang digunakan oleh gereja sebagai alat.” Seorang penulis dalam majalah New York Independent, berbicara mengenai Metodisme, “Garis pemisah antara orang saleh dengan orang yang tidak beragama lenyap bagaikan bayangan kabur waktu gerhana, dan orang-orang yang giat bersemangat di kedua belah pihak berusaha keras untuk menghapuskan semua perbedaan antara cara tindakan dan kesenangan mereka.” “Popularitas agama cenderung dengan cepat menambah jumlah orang yang mau mendapatkan keuntungan-keuntungan tanpa sama sekali memenuhi kewajiban-kewajibannya.”

Howard Crosby berkata, “Sangat memprihatinkan kita menemukan gereja Kristus sangat sedikit melaksanakan rencana Tuhan. Sama seperti oarng Yahudi zaman dahulu membiarkan pergaulan biasa dengan bangsa-bangsa penyembah berhala mencuri hati mereka dari Allah, . . . demikianlah gereja Yeusu sekarang, oleh persekutuannya dengan dunia yang tidak percaya kepada Tuhan, telah kehilangan metode ilahi dalam kehidupannya yang benar. Dan tunduk menyerah kepada kebiasaan atau tabiat berbahaya masyarakat yang tidak mempunyai Kristus, walaupun sering masuk akal, dengan menggunakan argumen-argumen dan mencapai kesimpulan yang asing kepada kenyataan Allah, dan secara langsung berlawanan dengan semua pertumbuhan dalam kasih barunia.” — “The Healthy Christian: An Appeal to the Church,” pp. 141,142 (ed. 1811).

Dalam arus keduniawian dan kepelesiran ini, penyangkalan diri dan pengorbanan diri demi Kristus hampir seluruhnya hilang. “Sebagian dari laki-laki dan perempuan sekarang yang hidup aktif dalam gereja kita adalah mereka yang telah dididik waktu masih kanak-kanak untuk berkorban agar dapat melakukan sesuatu bagi Kristus.” Tetapi “jika dana dibutuhkan sekarang, . . . tak perlu seorangpun dipanggil untuk memberi. Oh, tidak! Adakanlah perayaan atau pekan raya, sajikan makanan pesta, lelucon, makan malam cara kuno, dan sesuatu untuk dimakan, sesuatu yang menghibur orang-orang.”

Gubernur Washburn dari negara bagian Wisconsin, pada amanat tahunannya pada tanggal 9 Januari 1873 menyatakan, “Seperangkat undang-undang atau hukum diperlukan untuk membubarkan sekolah-sekolah dimana penjudi-penjudi di buat, yang merajalela dimana-mana. Bahkan gereja sendiri kadang-kadang (secara tidak sengaja, tidak diragukan) melakukan pekerjaan Setan. Konser-konser amal, usaha-usaha dan undian amal, kadang-kadang untuk membantu tujuan-tujuan keagamaan dan kedermawanan, (tetapi sering untuk tujuan-tujuan yang kurang berguna), lotere, paket-paket hadiah, dan lain-lain, adalah semua cara untuk mendapatkan uang tanpa imbalan diterima. Tidak ada yang paling meracuni dan merusak moral, terutama kepada orang-orang muda, daripada mendapatkan uang atau harta tanpa bekerja. Orang-orang terhormat melibatkan diri dalam usaha musiman ini, dan menenangkan hati nurani mereka dengan refleksi bahwa uang yang diperoleh dari usaha ini digunakan untuk tujuan-tujuan baik. Tidak heran bahwa pemuda-pemuda negara bagian itu sering harus terjerumus ke dalam kebiasaan yang kegemparan permainan berbahaya ini hampir pasti dapat menimbulkan kekejian.”

Roh penyesuaian diri dengan keduniawian telah melanda gereja-gereja sepanjang zaman Kekristenan. Robert Atkins, dalam sebuat khotbahnya di London melukiskan gambaran hitam kemerosotan kerohanian yang merajalela di Inggeris, “Orang yang betul-betul benar telah lenyap dari muka bumi ini, dan tak seorangpun yang memperdulikannya. Yang mengakui beragama dewasa ini di setiap gereja adalah pecinta-pecinta dunia, yang menyesuaikan diri dengan dunia ini, pecinta-pecinta hawa nafsu dan pengejar-pengejar kehormatan diri. Mereka dikatakan menderita dengan Kristus, tetapi mereka bahkan menghindar dari teguran . . . . Kemurtadan, kemurtadan dan kemurtadan saja yang terukir di paling depan setiap gereja. Dan sekiranya mereka menyadari itu, dan sekiranya mereka merasakan itu, mungkin masih ada pengharapan. Tetapi malangnya, mereka berseru, ‘Kita kaya dan bertambah-tambah kekayaan, sehingga kami tidak memerlukan apa-apa.'” — Second Advent Library, Tract No. 39.

Dosa besar yang ditimpakan kepada Babilon adalah bahwa ia telah “memabukkan segala bangsa dengan anggur hawa nafsu cabulnya.” Cawan kemabukan yang diberikan kepada dunia ini melambangkan ajaran-ajaran palsu yang diterimanya sebagai akibat dari hubungan gelapnya dengan para pembesar dunia. Persahabatan dengan dunia telah merusakkan imannya, dan pada gilirannya ia menyebarkan pengaruh kerusakan iman dan kebejatan kepada dunia oleh mengajarkan ajaran-ajaran yang bertentangan dengan pernyataan-pernyataan Alkitab yang begitu sederhana dan jelas.

Roma menahan Alkitab itu dari orang-orang, dan sebagai penggantinya mengharuskan semua orang menerima ajaran-ajarannya. Adalah perjuangan Pembaharuan untuk mengembalikan firman Allah kepada manusia. Tetapi bukankah hal itu benar sekali bahwa dalam gereja-gereja zaman kita orang-orang diajar untuk mengalaskan iman mereka kepada doktrin dan ajaran gereja sebagai gantinya kepada Alkitab? Berbicara mengenai gereja Protestan, Charles Beecher berkata, “Mereka mengelak dari mengucapakan kata-kata kasar melawan ajaran kepercayaan sama seperti bapa-bapa kudus mengelak mengucapkan kata-kata kasar melawan orang-orang kudus dan para syuhada (martir) yang sedang naik daun untuk dipuja, yang mereka telah pelihara . . . . Denominasi penginjilan Protestan begitu terikat satu sama lain, dan juga dengan dirinya sendiri, bahwa di antara mereka semua seseorang tidak bisa menjadi seorang pengkhotbah sama sekali, dimana saja, tanpa menerima beberapa buku disamping Alkitab . . . .

Tidak ada khayalan dalam pernyataan itu, bahwa kekuasaan ajaran atau syahadat gereja sekarang mulai melarang Alkitab sebagaimana yang dilakukan oleh Roma, meskipun dengan cara yang lebih halus.” — Sermon on “The Bible a Sufficient Creed,” delivered at Fort Wayne, Indiana, Febr. 22, 1846.

Pada waktu guru-guru yang setia menjelaskan firman Allah, bangkitlah orang-orang terpelajar, pendeta-pendeta yang mengaku mengerti Alkitab, yang mencela doktrin yang kuat dan benar sebagai bida’ah atau ajaran sesat. Dengan demikian membuat orang-orang pencari kebenaran berpaling. Seandainya dunia ini tidak dimabukkan dengan anggur Babilon, maka orang-orang banyak akan diyakinkan dan ditobatkan oleh kebenaran firman Allah yang sederhana, jelas dan menusuk. Akan tetapi kepercayaan keagamaan begitu membingungkan dan bertentangan, sehingga orang tidak mengetahui apa yang harus dipercayai sebagai kebenaran. Dosa pendurhakaan dunia terletak di pintu gereja.

Pekabaran malaikat yang kedua dalam buku Wahyu 14 pertama kali dikabarkan pada musim panas tahun 1844, yang kemudian mempunyai penerapan langsung kepada gereja-gereja di Amerika Serikat, dimana amaran penghakiman begitu luas dikabarkan, dan yang pada umumnya ditolak; dan dimana kemerosotan dalam gereja-gereja begitu cepat terjadinya. Akan tetapi pekabaran malaikat yang kedua itu tidak mencapai kegenapannya yang penuh pada tahun 1844. Gereja-gereja kemudian mengalami kejatuhan moral, sebagai akibat dari penolakan terang pekabaran kedatangan Tuhan. Tetapi kejatuhan itu belum lengkap. Pada waktu mereka terus menolak kebenaran istimewa bagi zaman ini, mereka jatuh semakin dalam dan rendah. Tetapi, belumlah bisa dikatakan bahwa “Babilon sudah rubuh, . . . krena ia memabukkan segala bangsa dengan anggur hawa nafsu cabulnya.” Belum smua bangsa dibuatnya melakukan ini. Roh penyesuaian diri dengan dunia dan tidak perduli menguji kebenaran pada zaman kita, terdapat dan telah berakar di dalam gereja-gereja yang beriman Protestan di seluruh dunia Kekristenan. Dan gereja-gereja ini termasuk dalam celaan serius malaikat yang kedua. Tetapi kemurtadan belum mencapai puncaknya.

Alkitab menyatakan bahwa sebelum kedatangan Tuhan, Setan akan bekerja “disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat.” Dan mereka yang ” tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka,” akan menerima “kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta.” (2 Tes. 2:9-11). Setelah keadaan ini dicapai dan persekutuan gereja dengan dunia benar-benar tercapai sepenuhnya di seluruh dunia Kekristenan, barulah kejatuhah Babilon itu lengkap. Perobahan terus berlangsung secara bertahap, dan kegenapan sempurna buku Wahyu 18:8 akan terjadi pada masa yang akan datang.

Walaupun kegelapan kerohanian dan pemisahan diri dari Allah yang terjadi di dalam gereja-gereja, yang membentuk Babilon itu, kelompok besar pengikut Kristus yang benar masih terdapat dalam persekutuan mereka. Banyak dari antara mereka ini yang belum pernah melihat kebenaran khusus zaman ini. Tidak sedikit yang tidak puas dengan keadaan mereka sekarang, dan rindu kepada terang kebenaran yang lebih jelas. Mereka tidak melihat gambaran Kristus di gereja-gereja tempat mereka bergabung. Sementara badan-badan ini berpisah semakin jauh dari kebenaran, dan bersekutu dengan dunia ini, maka perbedaan antara dua golongan akan semakin lebar, dan akhirnya akan mengakibatkan perpisahan. Waktunya akan datang bilamana mereka yang mengasihi Allah tidak lagi berhubungan dengan “mereka yang mengasihi kepelesiran lebih dari pada Allah, yang tampaknya beribadat, tetapi menyangkal kuasa peribadatan itu.”

Buku Wahyu 18 menunjuk kepada waktu sebagai akibat penolakan amaran rangkap tiga Wahyu 14:6-14, bilamana gereja mencapai sepenuhnya keadaan yang diramalkan oleh malaikat yang kedua, dan umat Tuhan yang masih berada di Babilon akan dipanggil keluar memisahkan diri dari persekutuannya. Pekabaran itu adalah pekabaran yang terakhir yang pernah diberikan kepada manusia, dan akan mencapai tujuannya. Bilamana mereka yang “tidak percaya akan kebenaran, dan yang suka kejahatan,” (2 Tes. 2:12) akan dibiarkan menerima penipuan dan mempercayai kebohongan, kemudian terang kebenaran akan bersinar ke dalam semua hati yang terbuka untuk menerimanya. Dan semua anak-anak Tuhan yang tinggal di Babilon akan mendengarkan panggilan, “Keluarlah daripadanya hai kaum-Ku.” (Wahyu 18:4 Terjemahan Lama).

-KA

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments

Anda rindu Didoakan dan Bertanya?